*\/**\/**\/**\/**\/**\/*
  S  E  L  A  M  A  T
HARI  NATAL 1998
           DAN
TAHUN BARU 1999
*+**+**+**+**+**+*


Artikel Eskol-Net
--------------------

Ketika Kejahatan Menimpa Orang-Orang Baik
Versus
Ketika Yang Baik Menjumpai Orang-Orang Jahat
Oleh: E. Nuban Timo


III

 Yohanes, penulis kitab Injil ke-empat, menyimpan satu cerita me-narik.
Suatu hari keti-ka Yesus sedang mengajar di Bait Allah, datanglah beberapa
orang Farisi dan Ahli Taurat kepadaNya. Mereka membawa seorang perempuan
yang kedapatan berbuat zinah. Mereka men-desak Yesus menjatuhkan hukuman
kepada perempuan itu dengan maksud menjerat Dia. Menjawab desakan mereka
Yesus berkata: "Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa hendaklah ia yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan ini." Mendengar hal ini, pergilah
mereka seo-rang demi seorang mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah
Yesus sendiri dengan perempuan itu (Yoh. 8:1 dst).
 Akar dosa kata Karl Barth adalah kecenderungan manusia untuk menjadi hakim
bagi diri sendiri, menentukan apa yang baik dan jahat dari diri sendiri
tanpa mempedulikan Allah yang adalah hakim yang sebenarnya. Sikap demikian
adalah ketidak-taatan yang adalah benih kejahatan. Para Ahli Taurat dan
orang Farisi tidak berani menghukum perempuan itu setelah mendengar
perkataan Yesus. Ini adalah satu pengakuan tak langsung bahwa mere-ka bukan
orang-orang baik, meskipun orang banyak menganggap mereka orang-orang baik.
Mereka adalah hakim-hakim yang munafik. Ukuaran yang mereka pakai
menghakimi orang tidak mereka terapkan bagi mereka. Jelaslah bahwa
orang-orang yang memiliki komitmen moral yang tinggi, seperti Ahli Taurat
dan Orang Farisi mengaku diri bahwa mereka juga ada-lah orang-orang jahat.
 Lukas mempunyai cerita lain. Yesus sedang dikerumuni anak-anak. Lalu
datanglah kepadaNya seorang yang sangat kaya. Ia berkata kepada Yesus:
"Guru yang baik...?" Teta-pi Yesus menjawab dia: "Mengapa kau katakan Aku
baik? Tidak seorangpun yang baik, se-lain Allah saja." (Luk. 18:18-20).
 Kiranya jelas bahwa di dunia ini tidak ada orang-orang baik. Semua manusia
adalah orang-orang jahat, manusia yang tidak taat pada Allah, homo
peccator. Paulus katakan: "Ka-rena semua orang telah ber-buat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma -3:23)."
 Tetapi ini bukan kata terakhir. Alkitab juga punya penegasan yang berbeda.
Dalam per-tikaian dengan orang Farisi tentang kuasa penyembuhanNya, Yesus
berkata-kata tentang adanya orang-orang baik dan orang-orang jahat
(Mt.12:35).
 Kita sampai pada kesimpulan pertama. Yesus katakan: "tidak ada orang
baik!" Lalu Dia tegaskan lagi: "Orang yang baik mengeluarkan hal-hal baik
dari perbendaharaannya yang baik." Ini dua these yang secara logika saling
bertentangan. Apakah memang bertentangan?
 Saya kira tidak. Persetujuan Yesus akan adanya orang baik tidak boleh
dilepaskan dari penegasan Yesus bahwa hanya Allah saja yang baik. Artinya
orang yang baik dalam arti ka-ta yang sesungguhnya ha-nya Allah. Dialah
sumber segala kebaikan. Predikat "baik" bagi Allah adalah terminus ad quo,
sedangkan predikat "baik" bagi manusia harus dipahami se-bagai terminus ad
quem. Yang pertama adalah dasar yang kedua adalah refleksinya. Uru-tan ini
tidak bisa dibalik. Ada orang-orang baik karena Allah menggap mereka baik
dengan memberikan kebai-kan ada dalam hati mereka. Dari diri mereka
sendiri, manusia tidak bisa dikatakan bai. Juga "baik"-nya manusia tidak
bisa disejajarkan dengan "baik"-nya Allah, mes-kipun itu diberikan Allah
kepada manusi-a. Singkatnya, predikat "baik" dari manusia ada-lah
bersya-rat, ada ba-tasnya.

III
 Kembali pada judul tulisan ini. Kalimat kedua berbunyi: "Ketika Yang Baik
Menjumpai Orang-Orang Jahat." Kita sudah sebutkan bahwa hanya Allah saja
yang baik. Semua manu-sia adalah jahat. Tidak! semua manusia adalah simul
peccator et iustus. Manusia adalah orang ja-hat yang dibenarkan Allah. De
iure semua manusia sudah dibenarkan. De facto tidak semua  mau hidup dalam
situasi baru yang sudah dicip-ta-kan Allah diantara manusia. Bahkan mereka
yang mau hidup dalam situ-asi baru ini masih juga cenderung untuk tidak mau
terima pemba-haruan yang terjadi dalam Kristus. Karena alasan ini kalimat
kedua judul tulisan ini juga pantas untuk kita renungkan.
 "Ketika Yang Baik menjumpai Orang-Orang Jahat." Saya ingat per-tama-tama
kondisi di Indonesia saat ini. Orang-orang jahat (baca: mereka yang tidak
mau hidup dalam suasana baru atau yang munafik) -mengamuk. Di-am-diam tapi
secara beren-cana reformasi di-hambat laju-nya. Kalau ti-dak bisa secara
lang-sung, orang-orang munafik ini pakai tangan orang lain. Melempar batu
sembunyi tangan. Mungkin sudah ra-tusan insiden yang sudah terjadi. Orang
jahat menunjukkan sikap ber-musuhan terhadap "Yang Baik" yang datang
menjumpainya.
 Reaksi offensif orang-orang jahat ini bukan hal baru. Yang baru ialah
modus operan-dinya. Essensi reaksinya sama di mana-mana. Orang ja-hat tidak
mau mengakui kejahatan-nya. Mereka merasa harga dirinya hilang jika harus
mengakui dosa-dosa yang sudah mere-ka buat. Bau busuk itu mereka tutup
dengan misalnya dengan cara mendepak keluar orang-orang dalam kelompok
mereka yang coba buka rahasia, atau den-gan membuat gara-gara lain supaya
perhatian orang bisa dialihkan. Ini ada yang terjadi di Indonesia ketika
"Yang Baik" (reformasi) menjumpai hidup orang-orang jahat (pemerintahan
gaya Orde Baru minus Suharto).
 Modus operandi orang Orde Baru dalam menghambat atau mengkerdil-kan
gerakan reformasi sebenarnya ada penggembangan paling canggih dan licik
dari sikap offensif nenek moyang kita Adam dan Hawa. Dari-pada mengakui
ketidak-taatannya pada Allah, Adam mem-buang kesalahan pada Hawa. "Saya
tidak bersalah! Perempuan yang Kau berikan pa-daku itulah yang mengajak aku
makan dari pohon pengetahuan hal baik dan jahat." Reaksi Hawa juga sama:
"Ular yang menipuku sehingga aku ma-kan." Orang-orang jahat mencoba cuci
tangan ketika "Yang Baik" men-jumpai mereka. Kesalahan dilempar dari satu
orang ke-pada orang yang lain.
 Reaksi offensif yang sama kembali kita baca dalam sejarah Yesus Kristus.
Yesus da-tang dari Allah Bapa. Artinya Dia adalah utusan dari Allah Yang
Baik untuk orang-orang ja-hat. Maka bangkitlah semua orang-orang jahat
menyerang, menangkap, menyeret Dia ke pengadilan, menyiksa, menyalibkan dan
membunuh Dia. Semua orang, bukan hanya orang Roma yang dianggap kafir,
bukan hanya para imam dan ahli Tau-rat yang dianggap orang baik menurut
ukuran moral, murid-muridNyapun punya peranan dalam menolak Dia, yang
berakibat kematianNya. Ketika Yang Baik menjumpai orang-orang jahat reaksi
orang-orang jahat ada-lah menolak dan membinasakan Yang Baik itu. Tragis
ceritanya.

Bersambung...


"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke