*********************************
Laporkan Situasi lingkungan
<[EMAIL PROTECTED]>
Atau Hub Eskol Hot Line
Telp: 031-5479083/84
**************************************
BEBERAPA PEMIKIRAN DARI PESERTA DISKUSI
ESKOL- NET TENTANG PANCASILA
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
"Bagaimana tanggapan Netters yang lain ? Silahkan ungkapkan
pemikiran Anda sendiri di forum diskusi ini. Kesimpulan diskusi
ini akan disampaikan kepada Netters pada awal Bulan
Maret mendatang. Perlu Netters ketahui bahwa diskusi ini
telah diambil alih oleh Litbang FKKI. Terima kasih."
********************
SELAMAT  MEMBACA
********************
1. Tanggapan I dari Pak Petrus Gunawan
Pancasila sebagai dasar negara adalah tepat. Yang salah adalah
pelaksanaannya dalam kehidupan kita sehari- hari. Kita cenderung
menggunakannya sebagai "topeng" atau retorika saja tanpa adanya tindakan
yang konsisten dengan apa yang kita katakan. Yang penting disini adalah
kewibawaan orang- orang yang berwewenang nenegakkan hukum dengan keberanian
untuk menegakkannya tanpa pandang bulu, seperti di Amerika, dimana
Presidenpun dapat diseret ke pengadilan. * Penguasa Orde Baru adalah orang
orang yang munafik seperti yang saya uraikan diatas. Jauh kata dari
perbuatan.  * Saya tidak dapat memberikan komen atas keduanya. (baca 2
point ajakan  diskusi: redaksi)

2. Tanggapan dari Pak Pieter Pitojo
Saya melihat bukan Pancasilanya yang gagal. Pancasila telah
disosialisasikan sedemikian rupa oleh orde baru dengan P4. P4 ini yang
gagal, karena dipaksakan masuk ke otak, tapi perilakunya tidak pernah
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat ini ini kan
paternalistik, apa yang dibuat di atas, ya itu yang ditiru. Yang atas
korupsi, sampai bawah juga korupsi semua. Nah, kenapa nilai-nilai luhur
Pancasila tidak sampai ke perbuatan ?. Sekali lagi ya karena paternalistik
itu, kalau yang diatas tidak mengamalkan, jangan harap yang di bawah
(rakyat) akan mengamalkan juga. Omong kososng!.  b.) Bagaimana sebenarnya
penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ? Saya rasa posisi Pancasila sebagai dasar negara dan dasar dari
segala perilaku (way of life) yang didoktrinkan orde baru sudah betul. Cuma
jangan dipaksakan, harus diterima dengan kerelahan dan kesadaran penuh
bahwa Pancasila adalah yang terbaik untuk keutuhan bangsa.  c.) Di mana
letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan
penyelewengan oleh Orde Baru ?  Sama saja, 2 orde itu cuma memakai
Pancasila untuk kepentingan politik penguasa saja. Pancasila hanya di
bibir, berhenti di otak, tidak dilakukan di dalam kehidupan.

3. Tanggapan II dari Pak Petrus Gunawan
Menurut hemat saya persoalan yang paling mendasar dari negara kita adalah
tidak adanya kemauan politik untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan
konsekwen, seperti yang kita lihat sampai saat ini ; ada perbedaan
perlakuan secara hukum antara "yang berpengaruh" dan "Yang tidak mempunyai
pengaruh" di negara kita ini. Saya berpendapat pendidikan moral Pancasila
yang ada sekarang sudah memadai. Yang terpenting adalah teladan yang nyata
dari para pejabat negara yang dengan konsisten melaksanakan Pancasila.
Kalau hal ini sudah betul- betul dilaksanakan, saya yakin rakyat dengan
sadar akan mencontohnya, karena budaya kita adalah meniru apa yang
diperbuat oleh orang -orang yang diatasnya. Didalam rumah tangga contohnya,
kita tidak dapat pengharapkan anak-anak berbuat baik kalau si orang tuanya
tidak baik.  Peradilan para pejabat yang KKN harus dilakukan, sebab kalau
tidak ini merupakan preseden yang buruk bagi masa depan negara kita. Akan
tetapi, kita harus menyusun skala prioritas tentang apa yang harus
dilaksanakan segera, dan apa yang kemudian, dengan mempertimbangkan situasi
yang sudah sangat parah saat ini. Pendapat saya, perut rakyat harus
mendapat prioritas yang terutama, dan masalah hukum kemudian. mengapa
demikian? Karena, kalau kita memaksakannya, mantan babe dan antek-anteknya
tentunya "secara diam-diam tidak rela"untuk diperlakukan secara demikian
dan kondisi negara kita pasti akan semakin rusuh, karena kenyataannya
sampai sekarang dialah yang sebenarnya paling berkuasa dinegeri ini,
walaupun sudah lengser. diharapkan akan adanya persepsi yang sama untuk
menyusun skala prioritas ini dari semua komponen bangsa. Sementara ini dulu
tanggapan saya.

4.Tanggapan dari Pak Michael Wibowo Sutanto
Apakah dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara ? ===Tidak, karena menurut saya
dengan banyaknya kerusuhan menunjukkan kegagalan pelaksanaan Pancasila,
bukan kegagalan Pancasila itu sendiri sebagai dasar dan ideologi negara,
pelaksanaan dari operasi (manusianya). b. Bagaimana sebenarnya penguasa
Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
===Penguasa Orde Baru (masa Soeharto ?) memposisikan Pancasila untuk lebih
kepribadi dan golongan tertentu (militer&berduit) c. Di mana letak
perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama  dengan
penyelewengan oleh Orde Baru ?
===Perbedaan, menurut saya bentuknya penyelewengan sama cuma Orde Baru
lebih pintar dalam menutupi penyelewangan yang ada dibanding dengan yang
lama.

5. Tanggapan dari Pak Martianus Zega
a. Apakah dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara ? Pancasila tidak gagal, tetapi
pancasila telah diinjak-injak oleh negara untuk kepentingan sekelompok
orang b. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
Menerjemahkan pancasila sedemikian rupa menurut kehendak dan kepentingan
penguasa. Konsepnya pada dasarnya manis-manis tetapi prakteknya nol besar
c. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama
dengan penyelewengan oleh Orde Baru ?
Pada masa orde lama, penyelewengan pada konsep dimana pancasila pernah
diganti isi dan kata-katanya sedangakan pada masa orde baru adalah pada
praktek pelaksanaan

6. Tanggapan dari Pak Jamaluddin Siregar
1. Pertama-tama saya akan katakan bahwa rancangan manusia dalam bentuk
ideology apapun bentuknya tidak pernah ada yang "abadi - kekal", dan dalam
rangcang bangun ideology itu tidak lepas dari unsur "keterbatasan" dan
"kelemahan" dari perancang - pencetus ideology itu. Sehingga kerapuhan dan
gampang remuknya cohesiveness dari adonan ideology itu rentan terhadap
perkembangan zaman. Tidak perekat buatan manusia yang
tidak tunduk kepada perjalanan waktu, selalu memerlukan pemugaran agar
dapat berlangsung mengikuti perjalanan manusia yang hidup pada
generasi-generasi berikutnya. Pemugaran, dimaksudkan tidak merubah gambar
bangunannya, akan tetapi yang berperan sekarang dalam pemugaran itu adalah
element-element yang mengikat semua pertikel-partikel dari semua yang
menjadi bagian tak terpisahkan dari bangunan itu.  Pancasila, adalah
falsafah bangsa dan negara yang lahir dan ada dari kehidupan orang-orang
yang melintasi waktu dalam perjalanan bangsa kita Indonesia, dan oleh para
pendiri negara ini diangkat dan dituangkanlah dalam beberapa kalimat yang
disaring dan disaring dari harkat kehidupan bermasyarakat dan bernegara
dari kehidupan suku-suku yang ada dari Sabang sampai Merauke dan dari
Manado sampai ke Rotte. Pada masa penyaringan dan pem-process-an banyak
partikel-partikel yang terpaksa harus disingkirkan karena yang menjadi
ukuran adalah persamaan-persamaan semata-mata dari partikel-partikel yang
menjadi kumpulan bahan dasar dari Pancasila itu sendiri. Ditambah lagi
faktor subjectivitas orang-orang yang mengkemas adonan itu. Padahal
barangkali partikel yang
memang "minor" yang telah disingkirkan itu adalah merupakan pengawet dari
sedangkan itu sebenarnya adalah merupakan partikel yang tidak bisa
dipisahkan dari adonan, bila adonan itu dikehendaki tidak cepat busuk.
Saya melihat bahwa Pancasila itu merupakan "sari - inti" dari falsafah
kehidupan dari bangsa kita Indonesia, bila dilakukan secara murni dan
bertanggung jawab adalah sudah ampuh untuk menjadi acuan pokok dalam
melaksanakan hidup ermasyarakat dan berbangsa. Persoalannya adalah
sebagaimana saya katakan diatas bahwa Ideology buatan manusia itu
bagaimanapun pasti ada kelemahannya, sehingga orang-orang pintar sering
mencari loophole dari setiap kata-kata bahkan mempermainkan isi yang
tersirat dalam Pancasila itu. Orang-orang cerdik pandai tersebut menjadikan
Pancasila itu menjadi perisai didalam setiap perilaku yang  sebenarnya
tidak harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah sepakat melaksanakan
Pancasila itu secara murni didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setiap pembuat kesalahan dan pelanggaran terhadap Sila-sila yang ada dalam
Pancasila itu berkelit menggunakan sila-sila yang lainnya untuk membelanya.
Perikemanusiaan dapat disalahgunakan untuk berlindung bagi
pelanggar-pelanggar harkat kemanusiaan orang lain yang teraniaya,
seharusnya hukuman sudah tidak boleh ditunda-tunda untuk orang-orang
melanggar aturan-aturan yang sudah disepakati oleh bangsa ini. Bukan
Pancasilanya yang "gagal" orang-orangnya yang gagal, pelaku-pelaku kegiatan
dinegeri ini. Pancasila tidak lemah dan gagal, orang-orang yang dengan
melakukan "willful negligence" terhadap Pancasila. 2. Bagaimana sebenarnya
penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ?
Menurut pendapat saya bahwa pelaku-pelaku kenegaraan dan pemerintahan Orde
Baru harus pertama-tama tunduk dan patuh secara pribadi sesuai dengan
hakiki yang tersurat dan tersirat dalam butir-butri Pancasila itu. Bukan
untuk menggunakan butir-butir Pancasila itu untuk berkelit dan bermain
sehingga melindungi kesalahan-kesalahan pelakunya dari tuntutan hukum
sosial yang sebenarnya lebih sakit dari hukum-hukum yang lain. Orang-orang
cerdik pandai yang duduk menjadi pengelola negara dengan segala
penyimpangan penyimpangan yang dilakukan, dapat berlindung didalam kekuatan
dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Yang pada kenyataannya yang membuat
perekat Pancasila itu tererosi adalah para pengelola negara kita, orang
kecil yang secara murni melaksanakan setiap butir-butir Pancasila itu
sangat kecil kemungkinannya, boleh dikatakan hampir tidak ada, kecuali
perampok dan pemerkosa.  3. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan
Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewengan oleh Orde Baru ?
Menurut pendapat saya: penyelewengan Orde Lama terhadap Pancasila adalah
dengan merubah beberapa dari butir-butir Pancasila dan menambahkan adanya
ajaran NASAKOM nya pada masa kekuasaan Orde Lama itu. Dimana faham
Nasionalis - Agama - Komunis dianggap sejajar, sedang Agama bukan faham
yang bersumber dari manusia, sedang faham nasionalis adalah faham yang
dianut dan dijiwai manusia dan demikian juga faham komunis adalah faham
yang dibuat oleh manusia dengan segala keahliannya. Karena pensejajaran
Agama dengan fahan manusia nasionalis dan manusia yang komunis, maka
kemanusiaan yang materialistisnya lebih menonjol kepermukaan didalam
bermasyarakat dan bernegara. Pembangunan ekonomi, sosial dan budaya,
kesatuan dan persatuan menjadi prioritas saya tidak tahu nomor berapa.
Sehingga pembangunan tidak diupayakan dijalankan secara sungguh-sungguh
karena kekuatan ketiga komponen yang disejajarkan tadi. Menurut pendapat
saya Orde Baru sudah melakukan pemurnian didalam mengembalikan Pancasila
dan UUD 1945 menjadi dasar dan falsafah bangsa
dan negara RI dan menghancurkan faham komunis dari Indonesia karena tidak
sesuai dengan falsafah Pancasila yang menempatkan Ketuhanan menjadi sila
pertama dst. Yang berati menempatkan Agama paling atas dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat, namun bangsa kita tidak dikehendaki menjadi
negara Theokrasi-Negara Agama. Seperti yang kamu telah sampaikan diatas
penyelewengan Orde Baru terhadap Pancasila adalah melakukan segala
kehendaknya dengan mencari loopholes yang ada dalam Pancasila untuk jalan
mereka untuk menjadikan Pancasila menjadi perisai perlindungan mereka dari
kontrol masyarakat bangsa Indonesia, yang sebenarnya perbuatan mereka yang
"willful Negligence" itu merusak perekat perekat yang begitu sudah baik
dalam ikatan sila-sila dalam Pancasila itu. Karena Pancasila itu adalah
falsafah yang merupakan sesuatu yang tidak bernyawa sehingga butir-butir
Pancasila itu dapat dipermainkan oleh manusia manusia tertentu untuk
kepentingan golongan atau diri sendirinya.  Menurut pendapat saya Pancasila
itu sudah tidak perlu dirubah-rubah lagi, kalaupun ada pemugaran yah
perekat-perekatnyalah yang harus diganti dan bahan-bahan yang yang sudah
rusak dari element dasar Pancasila itu harus diperbaiki, karena kalau masih
ada keinginan
sebagian orang untuk merubahnya, menurut saya itu sudah melupakan
tradisi-tradisi yang sudah menjadi momumental bangsa ini, kita sudah
melupakan diri kita berasal dari tradisi mana. Karena boleh saja orang
Indonesia berkebangsaan Belanda, Amerika dlsb, akan tetapi darahnya
adalah tetap darah Indonesia. Setiap bangsa di dunia ini pasti memiliki
suatu tradisi sosial yang terus terpelihara dari generasi kegenerasi.
Demikian tanggapan saya.

7. Tanggapan dari Pak Johannis R. Dethan
Untuk memahami jawaban atas bahan diskusi melalui pertanyaan 1,2 dan 3,
maka sebaiknya bila kita memperhatikan bagian yang sangat penting dari pola
pikir yang menurut saya akan menjadi kritis dan sia-sia bila hal ini kita
lewati begitu saja dalam membahas Pancasila.  Pancasila itu adalah karunia
Tuhan seru sekalian alam bagi rakyat Indonesia. Kalau kita berpikir kritis
maka Pancasila itu dapat diterima sebagai bagian dari segala sesuatu yang
adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia. Banding ayat tema yang
dipakai Eskolnet: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan
kepada Dia:Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).
Pancasila itu adalah suatu prinsip yang disukai bagi semua orang yang
hidup. Prinsip disini berarti dia memiliki sifat-sifat sebagai sebuah hukum
alam atau kebenaran yang mendasar, universal, tidak dibatasi dimensi waktu
(selalu sakti, walaupun kita tidak merayakan kesaktian Pancasila,
misalnya), dia berada diluar diri kita, dia berfungsi dengan atau tanpa
pengertian dan
penerimaan oleh diri kita , dia bisa menyatakan pembuktian kebenaran
dirinya dan dia bisa menolong kita bila kita mengerti keadaanya sebagai
sebuah prinsip. Artinya bahwa prinsip dalam Pancasila itu berlaku hanya
bagi orang yang hidup atau bagi orang yang mencintai hidup. Pancasila tidak
punya arti apa-apa bagi orang yang mati, dan sangat menjadi sia-sia
mengajarkan Pancasila bagi orang yang mati. Semua orang telah mati didalam
Adam Pertama, tetapi orang akan hidup didalam Adam Kedua yaitu Yesus
Kristus. Alkitab memberi kesaksian bahwa orang yang hidup adalah orang yang
hidup didalam Tuhan. Hidup yang dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Barang
siapa didalam Yesus, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh.11:25).
Yesus adalah hidup (Yoh. 14:6). Orang yang hidup itu, atau orang yang baru
belajar untuk hidup di dalam Tuhan perlu diajarkan untuk menerima dan
meyakini Pancasila sebagai sebuah prinsip yang berlaku didalam kehidupan,
khususnya masyarakat Indonesia. Seperti batu yang terlempar keatas akan
jatuh kebumi, maka demikianlah kita meyakini Pancasila itu sebagai sebuah
prinsip yang berlaku alami. Melawan prinsip adalah melawan tatanan
kehidupan yang berlaku didalam alam dan dapat berakibat mempercepat
kematian. Kita harus belajar melalui sejarah bangsa ini untuk tidak hidup
dalam cara hidup yang lain yang berlawanan dengan prinsip Pancasila. Orang
yang mau mati akan terjun dari atas gedung yang tinggi sebab dia tahu bahwa
ia akan jatuh kebawah sesuai prinsip gravitasi bumi. Mati karena melawan
prinsip untuk bertahan hidup. Pancasilaadalah tanda kehidupan bangsa
Indonesia. Sekarang mengenai pertanyaan yang dibahas yaitu: 1. Apakah
dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara ?
2. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila  dalam
kehidupan berbangsadan bernegara ?
 3. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama
dengan penyelewenganolehOrdeBaru?
Opinisaya:
1. Sebagai sebuah prinsip maka Pancasila itu tidak pernah gagal ataupun
tidak pernah sukses. Sebagaimana prinsip gravitasi bumi yang berlaku, maka
prinsip ini tidak pernah gagal dan tidak pernah sukses. Gagal dan suksesnya
ataupun kebenarannya sama sekali tidak dipengaruhi oleh
tindakan manusia. Sebaliknya, orang yang bertidak melawan prinsip ini yaitu
yang melakukan kerusuhan dan yang berbau SARA adalah orang yang terbukti
sebagai kelompok orang yang gagal atau yang lebih tepat dikatakan bahwa
merekalah kelompok orang yang "mati". Bukan karena ada kelompok orang yang
mengamalkan Pancasila lalu Pancasila menjadi sukses,
tetapi baiklah dimengerti sebaliknya bahwa karena kita melihat bahkan
mengalami sendiri suksesnya orang-orang Indonesia itu, maka kita akan
berkata bahwa orang-orang Indonesia itu sudah menghayati dan mengamalkan
Pancasila. Mereka sukses karena merekalah orang berPancasila, orang
Indonesia. Dimata dunia sebagai orang Indonesia kita malu karena citra
kita dirusak oleh par a perusuh itu. Lalu adakah kita membenci mereka,
bukankah mereka adalah saudara kita, bukankah kita ini dipanggil untuk
hidup dan hidup kita juga menjadi teladan bagi kelompok orang yang "mati"
itu. Adakah kita sudah memiliki hidup itu???
2. Pada mulanya penguasa Orde baru telah berjuang untuk mengamalkan
Pancasila lewat P4. Namun upaya ini hanya merumuskan ulang keindahan dari
sifat-sifat yang terkandung dalam prinsip Pancasila. Pedoman penghayatan
menuju tercapainya harapan-harapan yang indah dalam Pancasila dapat
dirumuskan diatas dokumen-dokumen penting negara. Namun sangatlah
disayangkan bahwa setelah P4 tersusun, tindakan dan perbuatan penguasa Orde
Baru tidak memberi contoh sebagai orang-orang Indonesia yang mengamalkan
Pancasila dan P4nya. Rasa keadilanrakyatmenuntut reformasi atas
kepemimpinan Orde Baru. Kepemipinan Orde Baru lemah dalam menunjukkan
teladan sebagai manusia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila, bahkan
membuat angka-angka kemiskinan bertambah banyak, dan menjadikan sebuah bomb
krisis yang sudah meledak disemua bidang kehidupan. Kepemimpinan Orde Baru
harus mengakuikematiannyakarena sudah tercium bahwa merekapun melawan
prinsip Pancasila. Akibatnya mulai banyak orang merasa tertipu bukan hanya
oleh kepemimpinan Orde Baru tetapi juga dengan rumusan-rumusan indah
didalam P4, bahkan mungkin meremehkan Pancasila sebagai sebuah prinsip. Hal
ini perlu kita waspadai. Pancasila bukan hanya diajarkan bagi orang yang
"hidup", tetapi juga harus disampaikan kepada orang yang antipati terhadap
Pancasila dan juga bagi orang yang "mati" karena mereka ini harus
pertama-tama memiliki hidup didalam Tuhan barulah mereka dapat diajar dan
belajar Pancasila. Mengajarkan Pancasila sebagai sebuah prinsip bagi orang
yang hidup adalah melalui perjuangan dalam memberi teladan yang terus
menerus. Bagaimana kita bisa menjadi seorang Bapak Pembangunan yang terus
menerus??? Tuhan tahu dan akan menolong kita lagi untuk bertahan dan
bertindak yang sesuai dengan prinsipPancasilaitu.
3. Perbedaan penyelewengan ORLA dan ORBA itu ada pada objek kewaspadaan
kita. Ketika ORLA kita mewaspadai pengaruh komunnisme didalam kepemimpinan
ORLA dan ketika ORBA kita mewaspadai pengaruh perbedaan pendapat yang tegas
didalam kepemimpinan ORBA. Akhirnya kita belajar dari keduanya bahwa
didalam kepemimpinan bangsa Indonesia tidak boleh ada komunis, tidak
seperti ORLA dan perbedaan pendapat yang tegas harus
selalu terpelihara, tidak seperti ORBA. Itu juga berarti bahwa sekalipun P4
telah dirumuskan dengan baik, namun perbedaan pendapat yang tegas atas
rumusan P4 itu harus dipelihara agar Pancasila itu tidak hanya semakin kaya
dalam bentuk perumusan cita-cita dan pengharapan yang
indah, tetapi Pancasila itu menjadi bagian dari sikap hidup dan teladan
dari kepemipinan bangsa kitakinidanseterusnya.

8. Parlin Napitupulu
1. Ideologi Pancasila sebagai dasar Negara menurut saya sangat bagus dan
tidak ada sangkut-pautnya dengan kerusuhan yang akhir-akhir ini terjadi.
Menurut hemat saya, penyebabnya adalah para Pemuka agama, dimana kebanyakan
dari mereka sengaja atau tidak sengaja membangun opini/jalan pikiran
Umatnya untuk antipati dan selalu curiga kepada agama lain dan keadaan ini
dimanfaatkan oleh Provokator untuk kepentingan kelompok dan politiknya.
2. Penguasa orde baru terlalu memaksakan kehendak agar Pancasila itu adalah
segalanya, agar seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah +/- 200 juta
orang ini memandangnya dari sudut pandang yang sama dengan cara
mengahabiskan dana yang begitu besar melalui P4 (Penataran P4) dimana
banyak pesertanya merasa terpaksa mengikutinya. akibatnya P4 itu sendiri
hanya menjadi "Hapalan" bukan di jiwai oleh Masyarakat.  Yang saya tahu
adalah: Orde baru hanya bisa merumuskan dan mensosialisasikan (dengan
paksa) Pancasila sedangkan mereka sendiri tidak berbuat sesuai dengan
Pancasiala itu sendiri.


"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke