********************************* Laporkan Situasi lingkungan <[EMAIL PROTECTED]> Atau Hub Eskol Hot Line Telp: 031-5479083/84 ************************************** BEBERAPA PEMIKIRAN DARI PESERTA DISKUSI ESKOL- NET TENTANG PANCASILA ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ "Bagaimana tanggapan Netters yang lain ? Silahkan ungkapkan pemikiran Anda sendiri di forum diskusi ini. Kesimpulan diskusi ini akan disampaikan kepada Netters pada awal Bulan Maret mendatang. Perlu Netters ketahui bahwa diskusi ini telah diambil alih oleh Litbang FKKI. Terima kasih." ******************** SELAMAT MEMBACA ******************** 1. Tanggapan I dari Pak Petrus Gunawan Pancasila sebagai dasar negara adalah tepat. Yang salah adalah pelaksanaannya dalam kehidupan kita sehari- hari. Kita cenderung menggunakannya sebagai "topeng" atau retorika saja tanpa adanya tindakan yang konsisten dengan apa yang kita katakan. Yang penting disini adalah kewibawaan orang- orang yang berwewenang nenegakkan hukum dengan keberanian untuk menegakkannya tanpa pandang bulu, seperti di Amerika, dimana Presidenpun dapat diseret ke pengadilan. * Penguasa Orde Baru adalah orang orang yang munafik seperti yang saya uraikan diatas. Jauh kata dari perbuatan. * Saya tidak dapat memberikan komen atas keduanya. (baca 2 point ajakan diskusi: redaksi) 2. Tanggapan dari Pak Pieter Pitojo Saya melihat bukan Pancasilanya yang gagal. Pancasila telah disosialisasikan sedemikian rupa oleh orde baru dengan P4. P4 ini yang gagal, karena dipaksakan masuk ke otak, tapi perilakunya tidak pernah disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat ini ini kan paternalistik, apa yang dibuat di atas, ya itu yang ditiru. Yang atas korupsi, sampai bawah juga korupsi semua. Nah, kenapa nilai-nilai luhur Pancasila tidak sampai ke perbuatan ?. Sekali lagi ya karena paternalistik itu, kalau yang diatas tidak mengamalkan, jangan harap yang di bawah (rakyat) akan mengamalkan juga. Omong kososng!. b.) Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ? Saya rasa posisi Pancasila sebagai dasar negara dan dasar dari segala perilaku (way of life) yang didoktrinkan orde baru sudah betul. Cuma jangan dipaksakan, harus diterima dengan kerelahan dan kesadaran penuh bahwa Pancasila adalah yang terbaik untuk keutuhan bangsa. c.) Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewengan oleh Orde Baru ? Sama saja, 2 orde itu cuma memakai Pancasila untuk kepentingan politik penguasa saja. Pancasila hanya di bibir, berhenti di otak, tidak dilakukan di dalam kehidupan. 3. Tanggapan II dari Pak Petrus Gunawan Menurut hemat saya persoalan yang paling mendasar dari negara kita adalah tidak adanya kemauan politik untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekwen, seperti yang kita lihat sampai saat ini ; ada perbedaan perlakuan secara hukum antara "yang berpengaruh" dan "Yang tidak mempunyai pengaruh" di negara kita ini. Saya berpendapat pendidikan moral Pancasila yang ada sekarang sudah memadai. Yang terpenting adalah teladan yang nyata dari para pejabat negara yang dengan konsisten melaksanakan Pancasila. Kalau hal ini sudah betul- betul dilaksanakan, saya yakin rakyat dengan sadar akan mencontohnya, karena budaya kita adalah meniru apa yang diperbuat oleh orang -orang yang diatasnya. Didalam rumah tangga contohnya, kita tidak dapat pengharapkan anak-anak berbuat baik kalau si orang tuanya tidak baik. Peradilan para pejabat yang KKN harus dilakukan, sebab kalau tidak ini merupakan preseden yang buruk bagi masa depan negara kita. Akan tetapi, kita harus menyusun skala prioritas tentang apa yang harus dilaksanakan segera, dan apa yang kemudian, dengan mempertimbangkan situasi yang sudah sangat parah saat ini. Pendapat saya, perut rakyat harus mendapat prioritas yang terutama, dan masalah hukum kemudian. mengapa demikian? Karena, kalau kita memaksakannya, mantan babe dan antek-anteknya tentunya "secara diam-diam tidak rela"untuk diperlakukan secara demikian dan kondisi negara kita pasti akan semakin rusuh, karena kenyataannya sampai sekarang dialah yang sebenarnya paling berkuasa dinegeri ini, walaupun sudah lengser. diharapkan akan adanya persepsi yang sama untuk menyusun skala prioritas ini dari semua komponen bangsa. Sementara ini dulu tanggapan saya. 4.Tanggapan dari Pak Michael Wibowo Sutanto Apakah dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara ? ===Tidak, karena menurut saya dengan banyaknya kerusuhan menunjukkan kegagalan pelaksanaan Pancasila, bukan kegagalan Pancasila itu sendiri sebagai dasar dan ideologi negara, pelaksanaan dari operasi (manusianya). b. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ? ===Penguasa Orde Baru (masa Soeharto ?) memposisikan Pancasila untuk lebih kepribadi dan golongan tertentu (militer&berduit) c. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewengan oleh Orde Baru ? ===Perbedaan, menurut saya bentuknya penyelewengan sama cuma Orde Baru lebih pintar dalam menutupi penyelewangan yang ada dibanding dengan yang lama. 5. Tanggapan dari Pak Martianus Zega a. Apakah dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara ? Pancasila tidak gagal, tetapi pancasila telah diinjak-injak oleh negara untuk kepentingan sekelompok orang b. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ? Menerjemahkan pancasila sedemikian rupa menurut kehendak dan kepentingan penguasa. Konsepnya pada dasarnya manis-manis tetapi prakteknya nol besar c. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewengan oleh Orde Baru ? Pada masa orde lama, penyelewengan pada konsep dimana pancasila pernah diganti isi dan kata-katanya sedangakan pada masa orde baru adalah pada praktek pelaksanaan 6. Tanggapan dari Pak Jamaluddin Siregar 1. Pertama-tama saya akan katakan bahwa rancangan manusia dalam bentuk ideology apapun bentuknya tidak pernah ada yang "abadi - kekal", dan dalam rangcang bangun ideology itu tidak lepas dari unsur "keterbatasan" dan "kelemahan" dari perancang - pencetus ideology itu. Sehingga kerapuhan dan gampang remuknya cohesiveness dari adonan ideology itu rentan terhadap perkembangan zaman. Tidak perekat buatan manusia yang tidak tunduk kepada perjalanan waktu, selalu memerlukan pemugaran agar dapat berlangsung mengikuti perjalanan manusia yang hidup pada generasi-generasi berikutnya. Pemugaran, dimaksudkan tidak merubah gambar bangunannya, akan tetapi yang berperan sekarang dalam pemugaran itu adalah element-element yang mengikat semua pertikel-partikel dari semua yang menjadi bagian tak terpisahkan dari bangunan itu. Pancasila, adalah falsafah bangsa dan negara yang lahir dan ada dari kehidupan orang-orang yang melintasi waktu dalam perjalanan bangsa kita Indonesia, dan oleh para pendiri negara ini diangkat dan dituangkanlah dalam beberapa kalimat yang disaring dan disaring dari harkat kehidupan bermasyarakat dan bernegara dari kehidupan suku-suku yang ada dari Sabang sampai Merauke dan dari Manado sampai ke Rotte. Pada masa penyaringan dan pem-process-an banyak partikel-partikel yang terpaksa harus disingkirkan karena yang menjadi ukuran adalah persamaan-persamaan semata-mata dari partikel-partikel yang menjadi kumpulan bahan dasar dari Pancasila itu sendiri. Ditambah lagi faktor subjectivitas orang-orang yang mengkemas adonan itu. Padahal barangkali partikel yang memang "minor" yang telah disingkirkan itu adalah merupakan pengawet dari sedangkan itu sebenarnya adalah merupakan partikel yang tidak bisa dipisahkan dari adonan, bila adonan itu dikehendaki tidak cepat busuk. Saya melihat bahwa Pancasila itu merupakan "sari - inti" dari falsafah kehidupan dari bangsa kita Indonesia, bila dilakukan secara murni dan bertanggung jawab adalah sudah ampuh untuk menjadi acuan pokok dalam melaksanakan hidup ermasyarakat dan berbangsa. Persoalannya adalah sebagaimana saya katakan diatas bahwa Ideology buatan manusia itu bagaimanapun pasti ada kelemahannya, sehingga orang-orang pintar sering mencari loophole dari setiap kata-kata bahkan mempermainkan isi yang tersirat dalam Pancasila itu. Orang-orang cerdik pandai tersebut menjadikan Pancasila itu menjadi perisai didalam setiap perilaku yang sebenarnya tidak harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah sepakat melaksanakan Pancasila itu secara murni didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap pembuat kesalahan dan pelanggaran terhadap Sila-sila yang ada dalam Pancasila itu berkelit menggunakan sila-sila yang lainnya untuk membelanya. Perikemanusiaan dapat disalahgunakan untuk berlindung bagi pelanggar-pelanggar harkat kemanusiaan orang lain yang teraniaya, seharusnya hukuman sudah tidak boleh ditunda-tunda untuk orang-orang melanggar aturan-aturan yang sudah disepakati oleh bangsa ini. Bukan Pancasilanya yang "gagal" orang-orangnya yang gagal, pelaku-pelaku kegiatan dinegeri ini. Pancasila tidak lemah dan gagal, orang-orang yang dengan melakukan "willful negligence" terhadap Pancasila. 2. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ? Menurut pendapat saya bahwa pelaku-pelaku kenegaraan dan pemerintahan Orde Baru harus pertama-tama tunduk dan patuh secara pribadi sesuai dengan hakiki yang tersurat dan tersirat dalam butir-butri Pancasila itu. Bukan untuk menggunakan butir-butir Pancasila itu untuk berkelit dan bermain sehingga melindungi kesalahan-kesalahan pelakunya dari tuntutan hukum sosial yang sebenarnya lebih sakit dari hukum-hukum yang lain. Orang-orang cerdik pandai yang duduk menjadi pengelola negara dengan segala penyimpangan penyimpangan yang dilakukan, dapat berlindung didalam kekuatan dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Yang pada kenyataannya yang membuat perekat Pancasila itu tererosi adalah para pengelola negara kita, orang kecil yang secara murni melaksanakan setiap butir-butir Pancasila itu sangat kecil kemungkinannya, boleh dikatakan hampir tidak ada, kecuali perampok dan pemerkosa. 3. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewengan oleh Orde Baru ? Menurut pendapat saya: penyelewengan Orde Lama terhadap Pancasila adalah dengan merubah beberapa dari butir-butir Pancasila dan menambahkan adanya ajaran NASAKOM nya pada masa kekuasaan Orde Lama itu. Dimana faham Nasionalis - Agama - Komunis dianggap sejajar, sedang Agama bukan faham yang bersumber dari manusia, sedang faham nasionalis adalah faham yang dianut dan dijiwai manusia dan demikian juga faham komunis adalah faham yang dibuat oleh manusia dengan segala keahliannya. Karena pensejajaran Agama dengan fahan manusia nasionalis dan manusia yang komunis, maka kemanusiaan yang materialistisnya lebih menonjol kepermukaan didalam bermasyarakat dan bernegara. Pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, kesatuan dan persatuan menjadi prioritas saya tidak tahu nomor berapa. Sehingga pembangunan tidak diupayakan dijalankan secara sungguh-sungguh karena kekuatan ketiga komponen yang disejajarkan tadi. Menurut pendapat saya Orde Baru sudah melakukan pemurnian didalam mengembalikan Pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar dan falsafah bangsa dan negara RI dan menghancurkan faham komunis dari Indonesia karena tidak sesuai dengan falsafah Pancasila yang menempatkan Ketuhanan menjadi sila pertama dst. Yang berati menempatkan Agama paling atas dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, namun bangsa kita tidak dikehendaki menjadi negara Theokrasi-Negara Agama. Seperti yang kamu telah sampaikan diatas penyelewengan Orde Baru terhadap Pancasila adalah melakukan segala kehendaknya dengan mencari loopholes yang ada dalam Pancasila untuk jalan mereka untuk menjadikan Pancasila menjadi perisai perlindungan mereka dari kontrol masyarakat bangsa Indonesia, yang sebenarnya perbuatan mereka yang "willful Negligence" itu merusak perekat perekat yang begitu sudah baik dalam ikatan sila-sila dalam Pancasila itu. Karena Pancasila itu adalah falsafah yang merupakan sesuatu yang tidak bernyawa sehingga butir-butir Pancasila itu dapat dipermainkan oleh manusia manusia tertentu untuk kepentingan golongan atau diri sendirinya. Menurut pendapat saya Pancasila itu sudah tidak perlu dirubah-rubah lagi, kalaupun ada pemugaran yah perekat-perekatnyalah yang harus diganti dan bahan-bahan yang yang sudah rusak dari element dasar Pancasila itu harus diperbaiki, karena kalau masih ada keinginan sebagian orang untuk merubahnya, menurut saya itu sudah melupakan tradisi-tradisi yang sudah menjadi momumental bangsa ini, kita sudah melupakan diri kita berasal dari tradisi mana. Karena boleh saja orang Indonesia berkebangsaan Belanda, Amerika dlsb, akan tetapi darahnya adalah tetap darah Indonesia. Setiap bangsa di dunia ini pasti memiliki suatu tradisi sosial yang terus terpelihara dari generasi kegenerasi. Demikian tanggapan saya. 7. Tanggapan dari Pak Johannis R. Dethan Untuk memahami jawaban atas bahan diskusi melalui pertanyaan 1,2 dan 3, maka sebaiknya bila kita memperhatikan bagian yang sangat penting dari pola pikir yang menurut saya akan menjadi kritis dan sia-sia bila hal ini kita lewati begitu saja dalam membahas Pancasila. Pancasila itu adalah karunia Tuhan seru sekalian alam bagi rakyat Indonesia. Kalau kita berpikir kritis maka Pancasila itu dapat diterima sebagai bagian dari segala sesuatu yang adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia. Banding ayat tema yang dipakai Eskolnet: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). Pancasila itu adalah suatu prinsip yang disukai bagi semua orang yang hidup. Prinsip disini berarti dia memiliki sifat-sifat sebagai sebuah hukum alam atau kebenaran yang mendasar, universal, tidak dibatasi dimensi waktu (selalu sakti, walaupun kita tidak merayakan kesaktian Pancasila, misalnya), dia berada diluar diri kita, dia berfungsi dengan atau tanpa pengertian dan penerimaan oleh diri kita , dia bisa menyatakan pembuktian kebenaran dirinya dan dia bisa menolong kita bila kita mengerti keadaanya sebagai sebuah prinsip. Artinya bahwa prinsip dalam Pancasila itu berlaku hanya bagi orang yang hidup atau bagi orang yang mencintai hidup. Pancasila tidak punya arti apa-apa bagi orang yang mati, dan sangat menjadi sia-sia mengajarkan Pancasila bagi orang yang mati. Semua orang telah mati didalam Adam Pertama, tetapi orang akan hidup didalam Adam Kedua yaitu Yesus Kristus. Alkitab memberi kesaksian bahwa orang yang hidup adalah orang yang hidup didalam Tuhan. Hidup yang dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Barang siapa didalam Yesus, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh.11:25). Yesus adalah hidup (Yoh. 14:6). Orang yang hidup itu, atau orang yang baru belajar untuk hidup di dalam Tuhan perlu diajarkan untuk menerima dan meyakini Pancasila sebagai sebuah prinsip yang berlaku didalam kehidupan, khususnya masyarakat Indonesia. Seperti batu yang terlempar keatas akan jatuh kebumi, maka demikianlah kita meyakini Pancasila itu sebagai sebuah prinsip yang berlaku alami. Melawan prinsip adalah melawan tatanan kehidupan yang berlaku didalam alam dan dapat berakibat mempercepat kematian. Kita harus belajar melalui sejarah bangsa ini untuk tidak hidup dalam cara hidup yang lain yang berlawanan dengan prinsip Pancasila. Orang yang mau mati akan terjun dari atas gedung yang tinggi sebab dia tahu bahwa ia akan jatuh kebawah sesuai prinsip gravitasi bumi. Mati karena melawan prinsip untuk bertahan hidup. Pancasilaadalah tanda kehidupan bangsa Indonesia. Sekarang mengenai pertanyaan yang dibahas yaitu: 1. Apakah dengan banyaknya kerusuhan berbau SARA itu menunjukkan kegagalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara ? 2. Bagaimana sebenarnya penguasa Orde Baru memposisikan Pancasila dalam kehidupan berbangsadan bernegara ? 3. Di mana letak perbedaan bentuk penyelewengan Pancasila oleh Orde Lama dengan penyelewenganolehOrdeBaru? Opinisaya: 1. Sebagai sebuah prinsip maka Pancasila itu tidak pernah gagal ataupun tidak pernah sukses. Sebagaimana prinsip gravitasi bumi yang berlaku, maka prinsip ini tidak pernah gagal dan tidak pernah sukses. Gagal dan suksesnya ataupun kebenarannya sama sekali tidak dipengaruhi oleh tindakan manusia. Sebaliknya, orang yang bertidak melawan prinsip ini yaitu yang melakukan kerusuhan dan yang berbau SARA adalah orang yang terbukti sebagai kelompok orang yang gagal atau yang lebih tepat dikatakan bahwa merekalah kelompok orang yang "mati". Bukan karena ada kelompok orang yang mengamalkan Pancasila lalu Pancasila menjadi sukses, tetapi baiklah dimengerti sebaliknya bahwa karena kita melihat bahkan mengalami sendiri suksesnya orang-orang Indonesia itu, maka kita akan berkata bahwa orang-orang Indonesia itu sudah menghayati dan mengamalkan Pancasila. Mereka sukses karena merekalah orang berPancasila, orang Indonesia. Dimata dunia sebagai orang Indonesia kita malu karena citra kita dirusak oleh par a perusuh itu. Lalu adakah kita membenci mereka, bukankah mereka adalah saudara kita, bukankah kita ini dipanggil untuk hidup dan hidup kita juga menjadi teladan bagi kelompok orang yang "mati" itu. Adakah kita sudah memiliki hidup itu??? 2. Pada mulanya penguasa Orde baru telah berjuang untuk mengamalkan Pancasila lewat P4. Namun upaya ini hanya merumuskan ulang keindahan dari sifat-sifat yang terkandung dalam prinsip Pancasila. Pedoman penghayatan menuju tercapainya harapan-harapan yang indah dalam Pancasila dapat dirumuskan diatas dokumen-dokumen penting negara. Namun sangatlah disayangkan bahwa setelah P4 tersusun, tindakan dan perbuatan penguasa Orde Baru tidak memberi contoh sebagai orang-orang Indonesia yang mengamalkan Pancasila dan P4nya. Rasa keadilanrakyatmenuntut reformasi atas kepemimpinan Orde Baru. Kepemipinan Orde Baru lemah dalam menunjukkan teladan sebagai manusia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila, bahkan membuat angka-angka kemiskinan bertambah banyak, dan menjadikan sebuah bomb krisis yang sudah meledak disemua bidang kehidupan. Kepemimpinan Orde Baru harus mengakuikematiannyakarena sudah tercium bahwa merekapun melawan prinsip Pancasila. Akibatnya mulai banyak orang merasa tertipu bukan hanya oleh kepemimpinan Orde Baru tetapi juga dengan rumusan-rumusan indah didalam P4, bahkan mungkin meremehkan Pancasila sebagai sebuah prinsip. Hal ini perlu kita waspadai. Pancasila bukan hanya diajarkan bagi orang yang "hidup", tetapi juga harus disampaikan kepada orang yang antipati terhadap Pancasila dan juga bagi orang yang "mati" karena mereka ini harus pertama-tama memiliki hidup didalam Tuhan barulah mereka dapat diajar dan belajar Pancasila. Mengajarkan Pancasila sebagai sebuah prinsip bagi orang yang hidup adalah melalui perjuangan dalam memberi teladan yang terus menerus. Bagaimana kita bisa menjadi seorang Bapak Pembangunan yang terus menerus??? Tuhan tahu dan akan menolong kita lagi untuk bertahan dan bertindak yang sesuai dengan prinsipPancasilaitu. 3. Perbedaan penyelewengan ORLA dan ORBA itu ada pada objek kewaspadaan kita. Ketika ORLA kita mewaspadai pengaruh komunnisme didalam kepemimpinan ORLA dan ketika ORBA kita mewaspadai pengaruh perbedaan pendapat yang tegas didalam kepemimpinan ORBA. Akhirnya kita belajar dari keduanya bahwa didalam kepemimpinan bangsa Indonesia tidak boleh ada komunis, tidak seperti ORLA dan perbedaan pendapat yang tegas harus selalu terpelihara, tidak seperti ORBA. Itu juga berarti bahwa sekalipun P4 telah dirumuskan dengan baik, namun perbedaan pendapat yang tegas atas rumusan P4 itu harus dipelihara agar Pancasila itu tidak hanya semakin kaya dalam bentuk perumusan cita-cita dan pengharapan yang indah, tetapi Pancasila itu menjadi bagian dari sikap hidup dan teladan dari kepemipinan bangsa kitakinidanseterusnya. 8. Parlin Napitupulu 1. Ideologi Pancasila sebagai dasar Negara menurut saya sangat bagus dan tidak ada sangkut-pautnya dengan kerusuhan yang akhir-akhir ini terjadi. Menurut hemat saya, penyebabnya adalah para Pemuka agama, dimana kebanyakan dari mereka sengaja atau tidak sengaja membangun opini/jalan pikiran Umatnya untuk antipati dan selalu curiga kepada agama lain dan keadaan ini dimanfaatkan oleh Provokator untuk kepentingan kelompok dan politiknya. 2. Penguasa orde baru terlalu memaksakan kehendak agar Pancasila itu adalah segalanya, agar seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah +/- 200 juta orang ini memandangnya dari sudut pandang yang sama dengan cara mengahabiskan dana yang begitu besar melalui P4 (Penataran P4) dimana banyak pesertanya merasa terpaksa mengikutinya. akibatnya P4 itu sendiri hanya menjadi "Hapalan" bukan di jiwai oleh Masyarakat. Yang saya tahu adalah: Orde baru hanya bisa merumuskan dan mensosialisasikan (dengan paksa) Pancasila sedangkan mereka sendiri tidak berbuat sesuai dengan Pancasiala itu sendiri. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l
[Eskol-Net]- Bilik Asuhan Litbang FKKI; Lanjutan Diskusi Pancasila
Buletin Elektronik Eskol-Net Tue, 16 Feb 1999 07:50:19 -0500