#####################
Pemberitaan media massa
Semakin tendensius.
Pilih dan pilah berita yang
Anda terima dengan bijak
#####################

Aksi "solidaritas" Ambon
---------------------------
Semenjak peristiwa 1 Maret 1999 (isu penembakan warga di mesjid)
diberitakan, aksi-aksi demonstrasi mahasiswa dan kalangan masyarakat Muslim
Indonesia bermunculan di beberapa kota di pulau Jawa. Gerakan yang dimotori
oleh sekelompok ormas dan partai Islam garis keras  ini memprotes tindakan
aparat terhadap warga Muslim Ambon, khususnya terhadap korban penembakan
(yang dikabarkan sedang
shalat ketika ditembak) di Rinjani, Ambon. Dalam demo ini dikumandangkan
tekad massa untuk berjihad demi masyarakat Muslim di Ambon. Selain itu
tuntutan agar Pangdam VIII Trikora dan Pangab mengundurkan diri turut
mewarnai aksi.

Bila melihat materi pemicu aksi, adalah aneh apabila baru saat ini mereka
bereaksi. Hal ini mengingat bahwa keluhan keberpihakan aparat terhadap
salah satu golongan sudah disuarakan sejak awal pecahnya kerusuhan oleh
kedua belah pihak. Selain itu, sebelum kasus Ambon meletus sudah ada kasus
Idi Cut (Aceh) pertengahan Februari lalu, dimana ABRI sendiri tidak
menyangkal bahwa mereka menembaki para peserta pengajian. Namun toh ketika
itu reaksi masyarakat tidak se-gempar ini.

Nampaknya salah satu faktor penggerak "meluapnya amarah" kali ini bukan
hanya karena adanya aparat yang menembak warga Muslim di Mesjid, namun
karena hadirnya komponen lain di sekitar lokasi kejadian, yaitu kelompok
Kristen yang (diinformasikan media massa seakan-akan) "tidak disentuh"
aparat. Hal ini tergambar dari "ancaman" yang dilontarkan kepada "semua
pihak" yang (dianggap) menekan umat Muslim Ambon. Apabila komponen "semua
pihak" ini terpenuhi dalam kasus Idi Cut, maka bisa dipastikan demonstrasi
besar seperti ini sudah lama terjadi.

Peranan media massa sendiri dalam kasus ini cukup besar. Karena hampir
semua koran, tabloid dan Televisi menaikkan materi berita yang sama (sejauh
ini redaksi mencatat hanya "Suara Pembaruan" yang tidak terlalu mengekspos
kasus ini). Dan seperti sudah disiapkan, beberapa koran dan tabloid
kemudian menaikkan laporan-laporan seputar kasus penyerangan umat Islam
(baik secara individu maupun kelompok) dan memberi porsi yang sangat
sedikit terhadap kesaksian pihak Kristen. Bahkan koran "Republika" secara
teratur memuat rincian kasus pembunuhan dan perusakan rumah warga Muslim
dengan gaya penulisan yang cukup dramatis, dan secara terang-terangan
menuduh isu Mesianis sebagai alasan mengapa orang Kristen Ambon "kalap".
Tindakan ini ibarat menyiram bensin ke kobaran api.

Dari sini nampaknya antara penggerak aksi massa ini dengan penggerak media
massa mempunyai kepentingan yang sama (atau mungkin penggeraknya adalah
kelompok yang sama). Kepentingan yang pertama adalah membangkitkan
fanatisme Islam yang (mungkin) selama era orde baru dan reformasi ini
sempat "terkubur". Dengan munculnya kasus ini maka mereka punya "alasan"
untuk mengupas habis peristiwa Ambon (dengan versi mereka), sehingga emosi
massa makin tersulut, opini publik pun terbentuk. Bila kita perhatikan,
maka kita bisa melihat adanya upaya untuk mengarahkan seluruh perhatian
masyarakat kepada kasus Ambon, sehingga dengan demikian kasus ini punya
"akses" untuk menjadi kasus SARA berskala nasional. Konsekwensinya, kasus
Ambon berpotensi menjadi sumber kerusuhan SARA nasional. Lebih jauh lagi,
bila hal ini dihubungkan dengan Pemilu yang tinggal 3 bulan lagi,
dinaikkannya kasus ini akan menaikkan popularitas partai-partai garis keras
dikalangan umat Islam.

Kepentingan kedua adalah menjatuhkan pamor ABRI atau petinggi ABRI
tertentu. Berita di media massa dan tuntutan dalam demonstrasi membantu
membentuk opini masyarakat bahwa ada ABRI yang menindas Islam dan ada ABRI
yang berpihak pada Islam. Isu tentang perpecahan di tubuh ABRI ini bukan
hal baru bagi masyarakat. Hal ini "diamini" dengan seringnya terjadi kasus
aparat yang bertindak "di luar koordinasi/perintah". Isu-isu ini telah
mengakibatkan masyarakat tidak lagi memandang ABRI sebagai satu kesatuan
dan cenderung menilainya secara tokoh pertokoh (atau kelompok perkelompok).
Sehingga jangan heran bila ada tokoh-tokoh atau kelompok dalam ABRI yang
diidolakan masyarakat dan ada yang dihujat.

Masuk akal bila salah satu kelompok dalam ABRI (sebut saja "A")berusaha
menjatuhkan kelompok yang sedang berkuasa (kelompok Wiranto?) dengan jalan
menciptakan kekacauan di lapangan. Logikanya, bila kelompok yang berkuasa
jatuh pamor di mata masyarakat, maka jalan menuju kekuasaan bagi kelompok A
akan semakin mulus. Dalam hal ini kelompok kepentingan pertama membantu
menciptakan tekanan dari rakyat dengan cara pengerahan masa. Bila sudah ada
pressure dari masyarakat untuk mengganti pejabat ABRI tertentu ditambah
perpecahan internal, pemerintah akan sulit menolaknya. Bila ini terjadi,
maka kelompok A tinggal mengajukan "jago"nya kepada pemerintah. Hal inilah
yang nampaknya sedang berusaha diantisipasi kelompok NU, paling tidak oleh
Gus Dur. Dalam pernyataan terakhir mengenai kasus Ambon Gus Dur menyatakan
percaya pada janji Wiranto, bahwa dalam waktu satu bulan Ambon sudah aman
(Surya 8/3). Selain itu PB NU juga tidak setuju bila Wiranto mundur (Detak
No.33). Hal ini sebenarnya agak janggal, mengingat NU lah yang paling
dirugikan akibat lambannya aparat bertindak dalam kasus dukun santet. Namun
toh PBNU tetap percaya pada ABRI pimpinan Wiranto.

Sekarang pertanyaannya, kepentingan mana yang akan tampil dominan? Apakah
NU mampu mengimbangi permainan kelompok garis keras? Apakah Wiranto mampu
memenuhi janjinya? Kita lihat saja nanti.

*Redaksi

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke