************************** Laporkan Situasi lingkungan <[EMAIL PROTECTED]> Atau Hub Eskol Hot Line Telp: 031-5479083/84 ************************** KONGRES AS SOROTI KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA Friday, February 09, 2001/10:58:56 AM ------------------------------- New York, 9/2 (ANTARA) - Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) menjadwalkan suatu acara dengar pendapat tentang kebebasan beragama di Indonesia dan Vietnam pada 13 Februari mendatang di gedung parlemen AS Capitol Hill. Wartawan ANTARA dari New York, Kamis (Jumat WIB) melaporkan, perutusan dari Indonesia dan pakar AS akan memberikan kesaksian mengenai kekerasan berlatar belakang agama di Indonesia, khususnya pertikaian antara ummat Islam dengan Kristen di Maluku yang telah menelan ribuan korban jiwa. Tokoh agama Indonesia yang akan memberi kesaksian itu, H.M.Jusuf Ely dari Yayasan Jaziratul Muluk yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan kemanusiaan di Ambon serta John Titaley dari Universitas Satya Wacana, Salatiga. Sedang pakar AS yang ahli tentang Indonesia yang akan tampil di Kongres AS itu ialah Prof. William Liddle dari Universitas Ohio, Prof. Daniel S Lev dari Universitas Washington serta Sidney Jones dari Human Right Watch Asia. USCIRF adalah lembaga yang dibentuk tahun 1998 ber dasarkan undang-undang Kebebasan Beragama Internasional. Lembaga ini bertugas memberikan rekomendasi kepada Kongres dan pemerintah AS dalam kebijakan negeri itu mengenai kebesan beragama di negara lain. Meskipun selama ini Indonesia dipandang Washington sebagai negara muslim yang toleran, para pengamat Barat kini melihat dengan keprihatinan adanya ketegangan yang meningkat antara pemimpin Islam tradisional dengan kaum intelektual muslim modernis. Para pengamat Barat khawatir akan terjadinya radikalisasi Islam di Indonesia yang mengancam stabilitas regional Asia Tenggara. Disebutkan antara lain bahwa unjuk rasa pendukung Presiden Abdurrahman Wahid oleh warga NU akhir-akhir ini dengan kekuatan 40 juta anggota makin marak dipenuhi kekerasan. Prof. Sheldon W Simon dari Universitas Arizona mengatakan, gerakan separatis dan kekerasan berlatar belakang agama yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia telah memperlemah pemerintahan Presiden Wahid. Di Aceh, Maluku, Timor Barat dan Kalimantan Barat, menurut Simon, pemerintah tampak tidak mampu menjaga ketertiban atau melindungi hak asasi penduduk setempat. "Bahkan polisi dan tentara sering terlibat sebagai provokator terjadinya kekerasan itu," kata Simon. Di Aceh dan Timor Barat khususnya, lanjut Simon, situasinya begitu kacau sehingga lembaga bantuan internasional terpaksa menarik personilnya karena takut akan keselamatan jiwanya. Kelompok hak asasi manusia memperkirakan sebanyak 3000 jiwa penduduk Indonesia telah tewas sebagai korban kekerasan selama setahun terakhir di negara itu dan puluhan ribu lainnya terpaksa hidup sebagai pengungsi. Meskipun masyarakat internasional berulangkali menyatakan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia, pelanggaran HAM skala besar tetap terjadi yang mendorong munculnya kutukan dari dunia internasional, demikian Prof Sheldon W Simon. (LNY01/SR1/B/ 9/02/:1 10:43) "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772 atau BCA Cab. Darmo Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l