Bung Agung,

Kalo menurut anda menjadi pengusaha itu enak, kenapa anda gak jadi pengusaha
saja? kan enak tuh?


On 5/5/08, Agung Darmawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi
> pengusaha
> tuh!.
>
> 2008/5/6 Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED] <verthandy%40yahoo.com>>:
>
> > Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan
> > pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_,
> > BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_.
> >
> > Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat
> > menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat
> > sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah
> > rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang
> > sudah bekerja.
> >
> > Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa
> > dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi
> > outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih
> > beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak
> > mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon.
> >
> > Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan
> > sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya
> > pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan
> > gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon.
> >
> > Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja
> > pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas
> > sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk
> > mengantisipasi tuntutan pesangon.
> >
> > Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan
> > pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total
> > pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2
> > didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk
> > mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima
> > menjadi "adil".
> >
> > Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka
> > dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas
> > produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan
> > pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau
> > perusahaan sedang mengalami kesulitan.
> >
> > Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang
> > diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk
> > flexi-time, bukan pesangon.
> >
> > Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun,
> > tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih
> > tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai
> > pesangon yang harus diantisipasi..
> >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke