APBN kan ada sisi pendapatan dan sisi belanja. Di sisi pendapatan yg terkait migas: Pph Migas, Pendapatan SDA Minyak, dan Pendapatan SDA Gas. Di sisi belanja yang terkait migas ada: subsidi BBM (dibayarkan ke Pertamina) dan subsidi non-bbm (dibayarkan ke PLN).
Periode 2000 - 2007 selisih pendapatan dan belanja yang terkait migas selalu masih Positif. Pada Oktober 2005, sebelum kenaikan BBM, selisih itu tipis. Sekarang 2008, pada harga minyak di atas USD 110, produksi minyak dibawah 1 juta bph, dan konsumsi BBM terus tumbuh, selisih itu sudah menjadi NEGATIF. Hal itu saya baca dari papernya Institute of Development and Energy Economics. Salam HD --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mike harnett <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > pak,., maksud saya,., gimana sih hitung2nya pak Kwik asalnya dan reasoningnya? > kok beda banget ya dg versi mba Ani?? > > nah,. bedanya dmn yah,., ada yg bs jelaskan?,., > > kok,.,. bisa2xnya harga BBM itu 0,.,. kayaknya pak kwik tdk menjelaskan seperti itu,., (atau memang saya yg kurang info lengkapnya dr Kwik).. > > > nah yg benernya gmn tuh,. sehingga harus menaikkan BBM sebesar 28.7%? > > > > (karena rasa2nyam, kalo dijelaskan mekanisme hitungannya,., mahasiswa tentu akan berpikir logis,.,. dan tidak main asal demo.., tanpa mengetahui akar masalah kenaikan tsbt),., > > > thx kalo ada yg mau menjelaskan,.,.. > > >