Saya kira benar, biarkan masing "jenis" dengan segala macam "feature"nya berada 
dipasar. Disamping, masing2 memiliki pangsa pasar sendiri2, juga karena 
karakteristik yang membedakan masing2.

Bank syariah didalam melakukan bisnisnya memiliki beberapa aksioma. Yang paling 
dikenal tentu saja anti riba.

Riba sendiri tidak boleh disimplifikasi sebagai "bunga", karena misalnya dalam 
skema mudharobah, bila tingkat marginnya disyaratkan 70%, walau sudah 
disepakati dg akad, bisa terkatagori riba. Jika si nasabah dalam posisi 
terjepit, tak punya alternatif lain, sedang bank dalam posisi yg lebih kuat, 
bisa memaksakan.

Diseluruh dunia porsi bisnis bank syariah saya kira masih kecil (CMIIW), di 
Indonesia sendiri masih kurang dari 5%. Apatah BI, membuat direktorat khusus, 
agar peran bank syariah makin besar. Toh perkembangannya begini2 saja.

Karena masih berlabel bank syariah yg mau ngak mau akan dikonotasikan dengan 
Islam. Jadi seolah2 bank ini, skema ini, hanya cocok dg orang Islam. Padahal 
mestinya tidak. Toh jika memang lebih menguntungkan, didunia yg serba pragmatis 
ini, sapa yg ngak mau.

Saya kira bank syariah masih terkonotasi dan akhirnya peran yg dimainkan ya 
sesempit konotasi dan persepsi yg melekat padanya.

Satu lagi, satu dua bank syariah sdh mulai mau menjadi grameen bank. Sayang 
sekali, menurut pengamatan saya, kawan2 syariah banker masih terkungkung atau 
mengkungkung dirinya pada persepsi diatas, yg bagi saya salah besar. 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Poltak Hotradero <hotrad...@gmail.com>

Date: Sun, 19 Jul 2009 09:49:06 
To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
Subject: Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Gra
        meen Bank’ di Indonesia?


Menurut saya, biarkan saja masing-masing jenis bank berkembang.
Semakin banyak alternatif (termasuk lewat pendanaan non bank semisal
venture capital ataupun pasar modal) akan semakin baik.  Mengapa?
Karena kebutuhan tiap usaha dan bisnis berbeda-beda. Kalau ada 1000
alternatif, mengapa cuma puas dengan 3 alternatif?

Jadi tidak usah lah satu bank "ditantang" untuk menjadi jenis bank
lainnya. Tantangan seperti itu cuma akan mengaburkan esensi
masing-masing.

Dan mengatakan bahwa satu jenis perbankan adalah "dari Tuhan" - dan
yang lain bukan - adalah semata-mata pengelabuan.  Bila memang Tuhan
sendiri mau bikin "bank" - Beliau tidak butuh campur tangan
organisatoris manusia (yg cuma akan bikin repot dan cenderung
manipulatif).

On 7/19/09, Ari Condro <masar...@gmail.com> wrote:
> agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena
> M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia
> dibandingkan grameen bank.  beberapa alasannya seperti dijabarkan
> salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan
> nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib
> wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan).
>
> di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS
> dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat
> level corporate dan industri.  jadi kalau bicara UMKM dgn bank
> syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya.
>
> selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di
> bank islam, yaitu :
> - mudhorobah (bagi hasil)
> - murobahah (cost plus)
> - musyarokah (holding)
>
> yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan
> liwat skema murobahah, alias cost plus).  ini metode ilustrasi
> sederhananya.
>
> ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt.  maka bank
> akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar
> 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt.  tinggal anguran misale
> 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil.  metode
> ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga
> berjalan pulak.
>
> kenapoa metode ini paling populer ?  karena nasabah bank islam "tidak
> dipercaya" akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble.
> secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, "managers tend to apply
> earnings management" gitu lho.  silakan buka lagi bukunya Scott
> positive accounting theory bagian earnings management.
>
> gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara
> oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem
> bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan
> mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank
> akan lebih kecil dari yang seharusnya.
>
>
>
>
>
> 2009/7/18 anton ms wardhana <ari.am...@gmail.com>:
>> tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn
>> handayani
>> dalam rangka iB Blogger Competition.
>> kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
>> saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
>> selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
>> tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya
>> isyu
>> ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai
>> pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli
>> dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi
>> jumlah
>> merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari
>> angka
>> itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang
>> keduanya
>> :)
>>
>> komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM,
>> bukan
>> pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang
>> tertarik
>> dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi
>> ketinggian
>> ah.. penonton aja deh :)
>>
>> menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada
>> UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang "layak" dibantu
>> (kriteria
>> bisa macam2 soalnya) dan / atau   "mendidik" UKM ini agar mampu menyusun
>> rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu
>> diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan
>> laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa
>> monitor
>> dan mungkin mengembangkan usahanya lagi.
>> kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja
>> rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan
>> penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya
>> memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri.
>>
>> ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu "asal". kalo ternyata
>> ngaco
>> ya mohon maap dan mohon koreksinya :)
>>
>>
>> *BR, ari.ams*
>>
>> sumber asli:
>> http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/
>> *
>> *
>>>
>>> iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog
>>> Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar
>>> Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki
>>> blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel
>>> diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan
>>> tanggal
>>> 31 Oktober 2009 untuk periode II.
>>
>> *
>> Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh
>> ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali -
>>
>> Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari
>> berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200
>> anggota
>> Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur
>> di
>> ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha
>> Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim.
>> Padahal
>> modal pinjaman yang diberikan Bank Jatim hampir mencapai 80%. Dari 29 Bank
>> Gakin yang ada, hanya tujuh unit yang menggunakan dana mandiri. Dana yang
>> digulirkan juga lumayan besar yakni mencapai Rp 14 milyar lebih. Jika
>> benar
>> Bank Jatim akan menarik seluruh pinjamannya, dipastikan sekitar 2.200
>> anggota Bank Gakin Jember akan kelabakan. Mereka harus pontang-panting
>> mempertahankan eksistensi usahanya yang sudah tiga tahun ini dirintis
>> dengan
>> gemilang. Mereka akan terpukul karena pemerintah dalam hal ini Pemerintah
>> Kabupaten Jember, belum mampu menyediakan dana pengganti karena
>> keterbatasan
>> anggaran. Demikian sebagian isi dari tulisan di Harian Pagi Radar Jember
>> tersebut. Atas realitas ini, akankah Bank Syariah khususnya Bank Syariah
>> di
>> Kota Jember tergerak hatinya dan melihat ini sebagai potensi pasar yang
>> prospektif?
>>
>> Tujuh belas tahun sudah usia bank syariah di Indonesia sejak berdiri 1992
>> lalu, namun eksistensinya masih “melangit”. Sebagian besar strategi dan
>> inovasi produk yang dikembangkan bank syariah belum bisa dinikmati sektor
>> riil yang notabene adalah kalangan masyarakat kelas bawah yang jelas-jelas
>> sangat membutuhkan aliran modal namun tidak memiliki apa-apa untuk
>> dijadikan
>> agunan. Dalam mekanisme pemberian kredit/modal, bank syariah menetapkan
>> prosedur yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Masalahnya
>> kemudian menjadi sangat sederhana, apa artinya perbedaan antara bank
>> konvensional dengan sistem bunganya dan bank syariah dengan sistem bagi
>> hasilnya, jika keduanya sama-sama susah diakses oleh masyarakat kecil yang
>> membutuhkan modal untuk kelangsungan usahanya?
>>
>> Saya terenyuh mendengar cerita seorang ibu lijo (penjual sayur keliling)
>> tentang bagaimana ia bisa mendapatkan modal usaha untuk bisa berjualan dan
>> bagaimana ia harus membayar bunganya. Tak adanya akses untuk meminjam
>> modal
>> usaha ke bank karena tak punya apa-apa untuk dijadikan agunan, terpaksa si
>> ibu meminjam uang kepada rentenir dengan bunga 20 persen sebulan.
>> Bandingkan
>> dengan tingkat suku bunga kredit komersil bank konvensional yang kini
>> hanya
>> berkisar 11-14 persen/tahun (Jawa Pos, 4 Juli 2009). Si rentenir rupanya
>> sedikit berbaik hati dengan “belanja” pada ibu lijo rata-rata Rp 10 ribu
>> setiap hari. Ia tidak perlu membayar belanjaannya, cukup dihitung dengan
>> teliti kemudian mengurangi jumlah bunga yang harus dibayar ibu lijo atas
>> pinjamannya. Rata-rata sepuluh ribu setiap hari mungkin sedikit
>> meringankan
>> dan tidak terlalu besar dibandingkan jika harus membayar sekaligus. Tapi
>> bagi seorang lijo yang jam 12 malam harus sudah bangun dan segera kulakan
>> ke
>> pasar kemudian berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain, dari
>> satu
>> rumah ke rumah lain sejak hari masih gelap, yang jika sedang hoki paling
>> cepat jam 10 pagi baru bisa pulang ke rumah atau hingga jam 12 siang jika
>> dagangannya tak cepat laku, nominal itu sangat luar biasa. Betapa tidak?
>> Dari setengah kilogram daging ayam yang harganya sekitar Rp 11 ribu, lijo
>> biasanya hanya mengambil keuntungan Rp 500, atau Rp 100 dari seikat bayam
>> yang dijualnya. Dari receh demi receh itulah ia membayar bunga dan
>> mencicil
>> hutangnya pada rentenir, menghidupi keluarganya dan masih harus
>> menyisihkan
>> untuk modal berjualan esok harinya.
>>
>> Dalam situasi seperti ibu lijo di atas, keberadaan Bank Gakin tentu akan
>> sangat membantu. Sayangnya, untuk kabupaten Jember sebagaimana diberitakan
>> oleh Harian Pagi Radar Jember bulan lalu, nasibnya seperti telur di ujung
>> tanduk. Akankah bank syariah yang semakin marak mengekspansi Kota
>> Suwar-suwir ini mau menjadi dewa penolong bagi wong cilik tersebut?
>> Memberdayakan secara ekonomi sekaligus membebaskan masyarakat dari jerat
>> riba.
>>
>> *Belajar dari Grameen Bank*
>>
>> Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya berhasil membuktikan bahwa gerakan
>> nyata
>> untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu
>> ciri
>> unik Grameen Bank adalah pola pemberian kredit yang disandarkan pada
>> pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari
>> lima
>> orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating
>> (aktifitas yang mendatangkan penghasilan). Hanya dua orang dari mereka
>> yang
>> diperkenankan meminta kredit dari bank dan jika mereka tidak bermasalah
>> dalam pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut
>> meminjam, dan jika semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit
>> pada
>> bank. Dukungan moral dari sesama anggota kelompok peminjam menjadi pemacu
>> pengembalian kredit secara disiplin. Hanya sebagian kecil dari kreditor
>> yang
>> gagal mengembalikan kredit, sebagian besar (98,85%) mengembalikannya
>> secara
>> penuh tepat pada waktunya.
>>
>> Di antara kriteria pemberian modal yang dianut oleh Grameen Bank adalah
>> bahwa kredit pada masyarakat miskin pedesaan diberikan tanpa perlunya
>> agunan
>> atau penjaminan, kredit digunakan untuk aktifitas yang mendatangkan
>> penghasilan (income generating), adanya pengawasan dan bimbingan ketat
>> dari
>> pihak bank, serta transparansi pada pengelolaan banknya. Hampir semua
>> permodalan Grameen Bank dimiliki oleh para kreditornya sendiri dan hanya
>> sebagian kecil (6%) dimiliki oleh pemerintah Bangladesh. Saat ini,
>> operasional mereka dibiayai dari hasil pemutaran kredit dan sama sekali
>> tidak tergantung dari pinjaman atau bantuan dari pihak lain.
>>
>> Muhammad Yunus dan Grameen Bank berhasil menjadi pemecah mata rantai
>> lingkaran setan yang diciptakan antara kemiskinan dan permodalan. Dukungan
>> anggota kelompok dalam proses peminjaman kredit menjadi pengganti perlunya
>> agunan di Grameen Bank. Dalam praktik ekonomi kapitalisme yang umum
>> berlaku,
>> setiap peminjam kredit harus mempunyai sejumlah agunan sebagai jaminan
>> bagi
>> bank. Dengan adanya syarat ini, rakyat miskin yang tidak punya apa-apa
>> tidak
>> mungkin mendapat kesempatan mendapatkan modal dalam upayanya meningkatkan
>> penghasilan.
>>
>> Upaya yang dilakukan Muhammad Yunus dan Grameen Bank terus berkembang
>> pesat
>> dan yang sangat menarik adalah bahwa 97% diantara peminjam adalah
>> perempuan.
>> Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya tidak hanya berhasil membuktikan
>> bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa
>> berjalan namun juga membuktikan bahwa kaum perempuan yang menjadi nasabah
>> utama (98%) ternyata tidak hanya bisa dipercaya namun juga mampu melakukan
>> sebuah perubahan sangat revolusioner, yakni berhasil melawan kemiskinan.
>> Perempuan secara tidak disengaja menjadi ujung tombak penerima kredit
>> Grameen Bank. Dengan nilai kredit yang tidak terlalu besar, perempuan
>> pedesaan Bangladesh yang secara tradisional tidak terlalu banyak
>> berkontribusi ekonomi dapat mencoba menumbuhkan usaha-usaha kecil yang
>> menghasilkan uang. Hasilnya luar biasa. Kaum perempuan Bangladesh memiliki
>> andil besar dalam meningkatkan perekonomian di desanya masing-masing dan
>> karena Grameen Bank dilakukan pada skala yang besar, kontribusinya pada
>> perekonomian negara juga cukup signifikan. Diperkirakan 1,1% dari GDP
>> Bangladesh merupakan nilai tambah dari seluruh aktifitas Grameen Bank.
>> Hingga 2008 lalu Grameen Bank telah memiliki 1.181 cabang, bekerja di
>> 42.127
>> desa, didukung 11.777 staf, menyalurkan kredit sebanyak $3,9milyar kepada
>> 2,6juta debitur yang 95% perempuan. Hingga kini model Grameen Bank telah
>> direplikasi oleh lebih 250 lembaga keuangan mikro di hampir 100 negara.
>>
>> *Grameen Bank di Kabupaten Jember*
>>
>> Pertumbuhan dan perkembangan Bank Gakin di Kabupaten Jember sangat pesat
>> bahkan berhasil meraih MDGs Award dan menjadi role model bagi bank
>> gakin-bank gakin di daerah lain di Indonesia. Bank Gakin adalah sebutan
>> yang
>> diberikan sendiri oleh warga miskin yang menjadi anggotanya. Istilah ini
>> kemudian dipopulerkan oleh beberapa pengurus dan anggota Lembaga Keuangan
>> Masyarakat Mikro (LKMM) sebagai antitesis terhadap bank formal yang selama
>> ini tidak pernah mau peduli dengan ekonomi keluarga miskin.
>>
>> Tumbuh kembang bank gakin di Jember dipelopori oleh Dinas Koperasi dan
>> Usaha
>> Kecil Menengah Kabupaten Jember sejak tahun 2005 lalu. Tujuan utamanya
>> adalah perempuan miskin dan produktif. Pada awalnya program ini akan
>> diimplementasikan pada tingkat desa. Namun karena wilayah desa dianggap
>> masih terlalu luas, wilayah kerja Keuangan Mikro Masyarakat dipersempit
>> menjadi tingkat dusun. Semakin sempit wilayah kerja diprediksi akan
>> semakin
>> efektif. Dusun Semenggu dan Mojan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang
>> terpilih sebagai pioneer karena masyarakat di kedua lokasi tersebut telah
>> di-black list lembaga perbankan. Dengan modal dana hibah dari Dinas
>> Koperasi
>> dan UMKM sebesar dua puluh lima juta rupiah dan simpanan sukarela anggota,
>> kedua Lembaga Keuangan Mikro Masyarakat tersebut telah mampu melayani
>> sekitar 30 kelompok yang beranggotakan lebih dari 150 kepala keluarga.
>>
>> Sebagaimana halnya Grameen Bank, bank gakin di Jember juga menggunakan
>> prinsip tanggung renteng di antara para anggotanya. Kelompok usaha yang
>> terdiri atas 5-10 orang dapat mengajukan kredit usaha tanpa agunan antara
>> Rp
>> 50.000 hingga Rp 1 juta. Masyarakat yang mengajukan kredit tidak perlu
>> menyerahkan proposal usaha, apalagi melalui survei yang berbelit. Proposal
>> bisa diajukan secara lisan. Dana kredit bisa langsung cair setelah
>> diadakan
>> survey sekilas terhadap usaha yang dijalankan. Dengan kucuran kredit
>> berjangka waktu 10 minggu yang diangsur setiap minggu dengan bunga 0,5
>> persen, terobosan ini sangat membantu kelompok usaha kecil dan menengah.
>>
>> Anggota satu bank gakin maksimal 200 orang warga miskin. Jika lebih dari
>> 200
>> orang, bank akan mengalami kesulitan dari sisi pengelolaan. Bank ini
>> dikelola sendiri oleh warga miskin, di mana 90% pengurusnya adalah
>> perempuan. Sebanyak 46% di antaranya adalah lulusan sekolah dasar dan 5%
>> tidak melewatkan pendidikan sekolah formal. Meski demikian, omzet bank
>> gakin
>> di Jember mampu mencapai Rp 14 miliar dengan aset Rp 2,1 miliar.
>> Pertumbuhan
>> omzet selama tiga tahun terakhir rata-rata 260%. Sebuah pertumbuhan yang
>> sangat spektakuler jika dilihat dari kacamata usaha. Sayang, nasibnya kini
>> seperti telur di ujung tanduk. Empat tahun belum cukup bagi sebagian besar
>> bank gakin untuk bisa mandiri. Hanya tujuh dari 29 Bank Gakin yang mampu
>> menggunakan dana mandiri.
>>
>> *Butuh Keberanian Revolusioner dan Niat Tulus*
>>
>> Problematika yang tengah melanda bank gakin di Jember sebenarnya bisa
>> menjadi potensi pasar yang prospektif. Termasuk bagi bank syariah di kota
>> Jember : Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Dibutuhkan
>> keberanian revolusioner dan niat tulus untuk mengambil alih peran Bank
>> Jatim
>> yang selama ini menjadi pengayom. Keberanian yang revolusioner dan niat
>> yang
>> tulus menjadi hal yang penting dalam konteks ini mengingat :
>>
>> Pertama, sekalipun prospektif karena pertumbuhannya yang pesat hingga
>> 260%,
>> membiayai bank gakin yang tidak lain adalah banknya orang miskin, tentu
>> tak
>> semenguntungkan jika membiayai usaha besar yang omsetnya jauh lebih besar.
>> Juga jauh lebih menguntungkan dan aman jika dana bank disimpan dalam
>> bentuk
>> Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Faktor komersil ini yang mungkin
>> menjadi
>> salah satu pertimbangan Bank Jatim mau menarik dananya di bank gakin.
>> Dengan
>> sistem bagi hasilnya, bank syariah sebenarnya tidak akan rugi. Bukankah
>> selama ini prinsip bagi hasil yang dijalankan bank syariah berdasarkan
>> keuntungan riil di lapangan. Artinya, jika usaha yang dibiayai oleh bank
>> gakin berhasil, bank syariah yang memberikan dana pinjaman juga akan
>> memperoleh keuntungan. Hanya saja, karena pelakunya adalah unit usaha
>> kecil,
>> keuntungannya juga relatif kecil. Di sinilah perlu adanya niat tulus untuk
>> memberdayakan ekonomi rakyat.
>>
>> Kedua, ini adalah moment untuk membebaskan umat dari jerat riba. Andai
>> Bank
>> Jatim benar-benar menarik modalnya, bisa jadi sebagian dari 2.200 anggota
>> bank gakin yang harus mencari suntikan dana baru akan masuk dalam jebakan
>> rentenir. Sangat disayangkan.
>>
>> Kalaupun Bank Jatim tidak jadi menarik dananya atau Pemkab Jember bisa
>> mendapatkan bank/sponsor pengganti, fenomena maraknya bank gakin tetap
>> menjadi peluang pasar yang prospektif bagi bank syariah. Usaha kecil yang
>> dibiayai oleh bank gakin tidak akan selamanya menjadi usaha kecil.
>> Pembinaan
>> yang intensif dan dukungan modal yang memadai sangat mungkin
>> mengantarkannya
>> menjadi usaha besar tidak hanya dalam skala regional dan nasional, tapi
>> juga
>> internasional. Di new economy era seperti sekarang, semuanya serba
>> mungkin.
>> Tinggal apakah bank syariah berani menangkap peluang emas ini atau
>> membiarkannya berlalu begitu saja.
>>
>> *Tulisan ini juga dimuat di www.auliya-fr.blogspot.com dan
>> www.facebook.com/ririn.handayani*
>>
>> --
>>
>> -----
>> save a tree.. please don't print this email unless you really need to
>>
>>
>> [Non-text portions of this message have been removed]
>>
>>
>>
>> ------------------------------------
>>
>> =========================
>> Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain
>> games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan
>> 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
>> =========================
>> Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang
>> ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi
>> tegas.
>> =========================
>> Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
>> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
>> -------------------------
>> Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor
>> posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>
>
>
> --
> salam,
> Ari
>
>
> ------------------------------------
>
> =========================
> Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain
> games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan
> 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
> =========================
> Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada.
> Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
> =========================
> Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
> -------------------------
> Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor
> posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
>
>
>
>

-- 
Sent from my mobile device


------------------------------------

=========================
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=========================
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=========================
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-------------------------
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnyaYahoo! Groups Links





------------------------------------

=========================
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=========================
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=========================
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-------------------------
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnyaYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke