--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Agung Bayu Purwoko 
<agungpurw...@...> wrote:
>
> gak perlu ACFTA untuk meningkatkan ekspor CPO ke China.
> Yang dibutuhkan Indonesia adalah industri hilir CPO untuk menyerap tenaga > 
> kerja dan meningkatkan value added. Bagaimanapun, Indonesia masih pasar  
> terbesar.....


Pada tahun 2008, kapasitas produksi CPO di Indonesia sudah mencapai 19.2 juta 
ton yang berarti telah menjadikan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di 
dunia. Pada tahun 2020 ditargetkan produksi CPO di Indonesia mencapai 40 juta 
ton atau dua kali dari sekarang dan tentu akan meninggalkan jauh Malaysia yang 
sudah mentok lahannya yang akan menjadikan Indonesia sebagai Arab Saudinya 
minyak kelapa sawit dunia. Target ini akan bisa tercapai tentu jika memperoleh 
pasar yang baik agar perkebunan dan pengolahannya bisa terus maju berkembang 
(riset, peningkatan produktivitas) dan China merupakan suatu kesempatan dengan 
jumlah penduduknya yang raksasa dan ekonominya yang melesat. Industri CPO 
adalah industri yang bersifat terbaharui jadi akan bisa dipanen terus menerus 
asalkan perawatannya baik dan berbeda dengan industri penambangan yang suatu 
saat akan habis. Tentunya industri hilir perlu pula didorong agar bisa bersaing 
dan ini mungkin karena industri hilir kelapa sawit bukanlah industri padat 
tenaga kerja. Pabrik yang efisien didukung iklim bisnis yang kondusif akan 
membuat industri hilir ini mampu bersaing. Meskipun demikian tentu industri 
hilir saja tidak akan muat menampung muntahan kapasitas produksi CPO kita yang 
terus melesat naik. Dua duanya perlu didukung dan bisa saling bersinergi. 
Apalagi negara negara Asia seperti China dan India tidak terlalu rewel dalam 
hal impor CPO dibanding negara negara barat. 

Kirim email ke