--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, daniel marsan <denici...@...> 
wrote:
>
> Mungkin yg perlu diperhatikan juga adalah jangan sampai kita terjebak dalam 
> spekulasi harga CPO yg bisa membuat pasar dunia oversupply dan efek ke 
> belakangnya adalah jatuhnya harga. sedikit perbandingan harga komoditas di 
> tahun 2008 yg meroket akibat spekulasi dan membuat gelembung yg akhirnya 
> pecah di september-november 2008. Value-added bisa saja berarti inovasi 
> menemukan manfaat baru dari CPO yang bisa mendorong terus tumbuhnya industri 
> hilir yang baru. 
> btw salam kenal buat smua anggota milis ( masih new bee dan mohon bimbingan 
> dari senior-senior )
> 
> 

Oversuply bisa saja terjadi, namun perkembangan pemanfaatan CPO menunjukkan 
bahwa agroindustri ini memiliki prospek yang cerah ke depannya yaitu:

1. Konsumen CPO terbesar dunia (China dan India) pertumbuhan ekonominya sangat 
bagus (bisa hingga 8 s/d 10 % per tahun). Penurunan bea masuk membuat CPO 
memiliki nilai kompetitif terhadap jenis minyak yang lain.
2. Regulasi negara negara Eropa yang mencanangkan peningkatan penggunaan 
biofuel (2% di tahun 2005, 5,75% di tahun 2010 dan 10 % di tahun 2020) 
3.  Pemerintah mewajibkan sektor transportasi, industri, dan pembangkit listrik 
memakai bahan bakar nabati (BBN) 5 persen, dan ditingkatkan menjadi 10 persen 
(2020) dan 20 persen (2025) 
4. Pengaturan emisi karbon melalui Protokol Kyoto. 
5. Ketidak stabilan di Timur Tengah yang mengancam pasokan minyak bumi.

Saya sependapat dengan Mas Daniel, bahwa sangat perlu untuk meningkatkan 
pengembangan industri turunan kelapa sawit karena akan meningkatkan konsumsi 
CPO. Selain itu AC-FTA akan sangat membantu karena untuk membuat pabriknya kita 
bisa mengimpor mesin mesin dari China yang harganya relatif murah sehingga 
ongkos investasinya bisa lebih rendah. 


Reply via email to