--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo <sesaw...@...> wrote: > > Sori saya rada bertanya-tanya nih...Ini mbak Dyah yang beberapa waktu lalu > gemar mempromosikan discourse Ekonomi Pancasila a.k.a Ekonomi Kerakyatan > bukan sih? > Kalo iya, kok rasanya ada yg keliru dlm frame pemahaman saya .. imho..lho... > > salam >
Jangan khawatir Mas Prastowo. Mengutip syair Dian Pisesha, aku masih seperti yang dulu. Saya sendiri sebenarnya masih terpana dengan semua analisa kasus Bank Century. Kalo saya bobotin, meskipun kalimatnya muter sana muter sini ke utara barat timur selatan yang bikin saya tambah puyeng ternyata isinya sebagian besar membela keputusan bail out bahkan terkadang seperti keputusan dewa yang tanpa cela. Astaga, jadi uang 6,7 trilyun bisa lepas begitu saja?. Bahkan antara pelaku pelaku utamanya seperti email saya sebelumnya terlihat jelas pada saling tuding. Ini berarti memang ada yang nggak beres dalam proses itu. Herannya kok malah dipuji puji di milis ini. Sistem ekonomi apa yang mereka pakai? 6.7 trilyun. Bayangkan, berapa gedung SD bisa dibangun? berapa toyota crown bisa dibeli? Bagi saya lebih baik menterinya memang di equiped dengan lebih baik tetapi prestasi kerja harus lebih baik. Jangan hanya semua kesalahan dibalikkan pada Presiden dan tidak ada yang mau bertanggung jawab. Terus terang saya jadi prihatin banget. Di Jepang kalo seperti ini pasti ada pejabat yang sukarela mundur. Saya tidak mau menuding si A atau Si B, sebagai orang awam sudah jelas ada masalah dalam kasus ini (see Bank Century, siapa yang harus bertanggung jawab?). Pandangan saya toh juga terwakili dalam survey yang sudah dipublikasikan sebelumnya. Intinya itu saja Mas. Kalaupun toh saya demen shopping, ya masak bertentangan dengan sistem ekonomi Pancasila. Wong yang saya pake shopping duit halal kok.