Bung Andy,

Bunga luar negeri jauh lebih rendah dari bunga dalam negeri.
Apalagi bunga untuk proyek infrastruktur pemerintah yang bisa sangat 
murah (mendekati 0%)
Tetapi ada komitmen yang ternyata dianggap terlalu berat, yaitu 
kewajiban untuk transparansi.
Selain itu kredit luar negeri bisa di periksa oleh BPKP.
Sebab itu kita ogah pakai sarana ini dan malah CGI dibubarkan.

Bagi saya sistem ini adalah subvensi dari bank2 dalam negeri.
Ada yang bilang sistem ini adalah rekap secara pelan2 sebab bank2 itu 
banyak yang sebetulnya belum sehat benar. Ada ahli yang tidak setuju 
dengan cara ini sebab proses sampai bank2 itu ikut kembali memberi 
kredit investasi lama sekali.

Salam


Hok an




andy_tambu...@yahoo.com schrieb:
> Setuju dg Bung Oka. Perusahaan dg leveraged malah memiliki firm value lebih 
> lebih tinggi ketimbang yg unleveraged sepanjang masih manageable.
>
> Bagi saya, memonya menggelitik sebab bernada menekan US, kalo nggak, gue ke 
> Rusia neeeehhh... Usaha yg bagus, sebab saat itu yg penting kita dapat 
> traktor dgn soft loan dgn memanfaatkan bargaining power yg kuat. 
> Sekarang ini, apakah Indonesia masih memiliki bargaining position spt di 
> zaman Bung Karno? I don't think so.
>
> Regards,
> Andy Porman Tambunan
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
> From: "Oka Widana" <o...@ahlikeuangan-indonesia.com>
> Date: Mon, 22 Feb 2010 13:13:17 
> To: Millis AKI<ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com>
> Subject: Re: [Keuangan] Kemandirian
>
> Knapa penasarang, bung?
>
>
>
> Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang 
> bahkan "dianjurkan" oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah 
> langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? 
> Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana?
>
>
>
> Atau ada view lain.....:)
>
>
>
>
>
> Oka
>
>
>
>
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
>
>
> -----Original Message-----
>
> From: "irmec" <ir...@usa.com>
>
> Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 
>
> To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
>
> Subject: [Keuangan] Kemandirian
>
>
>
> Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU 
> jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International 
> Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya 
> "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. 
>
>
>
> Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to 
> increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands 
> into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend 
> and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on 
> credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply 
> such a number quickly and we want American equipment. In making this request 
> we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the 
> program-details such as exact plan application, technical help and financing 
> can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we 
> are prepared to take risks and even material losses in embarking on this 
> program-But embark upon it we will, with or without your help".
>
>
>
> Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. 
> Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-))
>
>
>
> Cheers
>
> Enda
>
>
>
>
>   

Kirim email ke