Masalah utamanya penduduk indonesia berkembang biaknya seperti kelinci. Dari 200 juta, 210 juta, 220 juta, ntah nanti barangkali mau menyaingi Cina jadi 1 milyar orang?
Ini untuk memberi makan 220 juta (demand naik) kalau bukan bikin keajaiban bagaimana caranya? Lahan hutan sudah dibabat habis semua untuk menyediakan makanan rakyat? Bagus buat aturan satu keluarga satu anak saja kalau begitu... macam Cina... Demand dikurangi, maka supply melimpah dan harga jadi turun. --- On Sat, 7/8/10, anton ms wardhana <ari.am...@gmail.com> wrote: From: anton ms wardhana <ari.am...@gmail.com> Subject: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Saturday, 7 August, 2010, 6:26 PM di copas dari koran-digital tentang menjinakkan inflasi berita asli dari seputar indonesia BR, ari.ams ---------- Pesan terusan ---------- Tanggal: 7 Agustus 2010 10.23 Subjek: [Koran-Digital] Khudori : Menjinakkan Inflasi *Menjinakkan Inflasi * Friday, 06 August 2010 Inflasi mulai merangkak naik, dipicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Inflasi bulanan pada Juni lalu mencapai 0,97%, naik menjadi 1,57% pada Juli 2010. Laju inflasi Januari-Juli 2010 mencapai 4,02% dan inflasi year on year sebesar 6,22%. Target inflasi pemerintah tahun ini sebesar 5,3% berpotensi terlampaui karena inflasi Agustus dan September diperkirakan masih akan tinggi. Selain karena bulan puasa,tingkat inflasi Agustus akan disumbang dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik industri sebesar 10–15%. Adapun inflasi September didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri. Untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 5,3%,pemerintah masih memiliki ruang manuver sebesar 1,3%. Artinya, selama lima bulan ke depan rata-rata inflasi bulanan harus tidak lebih dari 0,2%.Amat muskil inflasi Agustus dan September 2010 bisa ditekan menjadi 0,2%.Pada September 2009,inflasi menembus 1,02% karena bulan puasa dan Idul Fitri.Setelah itu terjadi deflasi karena konsumsi menurun. Masalahnya, ruang gerak 1,3% itu amat sempit dan tidak banyak menyisakan pilihan bagi pemerintah.Apabila pemerintah gagal mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok, inflasi pasti terlampaui. Pengalaman puluhan tahun menunjukkan, pemerintah gagal menjinakkan inflasi lantaran didorong oleh kegagalan mengendalikan harga kebutuhan pokok. Instabilitas harga kebutuhan pokok selalu menjadi agenda rutin tahunan karena sampai saat ini pemerintah belum juga menyusun instrumen dan kelembagaan stabilisasi yang kredibel, terukur, dan komprehensif. Sebaliknya, respons pemerintah selalu reaktif, ad hoc, dan fragmentaris. Semua itu tak lebih sebagai pemadam kebakaran.Tak terhitung energi, waktu, dan biaya yang terkuras akibat instabilitas harga kebutuhan pokok. Bangsa ini kehabisan waktu, tenaga, dan biaya besar untuk mengatasi halhal rutin yang mestinya bisa diselesaikan. Bagi rakyat, terutama yang miskin, instabilitas harga kebutuhan pokok ini akan mengekspos mereka pada posisi yang amat rentan. Pendapatan rakyat yang tidak seberapa akan tergerus oleh inflasi. Warga miskin yang 60-75% pendapatannya untuk pangan harus merealokasi keranjang belanja dengan menekan pos nonpangan guna mengamankan perut. Mereka harus mengatur ulang keranjang pengeluaran. Pertama, dana pendidikan dan kesehatan dipangkas, lalu dialihkan ke pangan.Kedua, jumlah dan frekuensi makan dikurangi. Jenis pangan inferior (murah dengan kandungan energi-protein rendah) jadi pilihan.Dampaknya, konsumsi energi dan protein menurun. Bagi orang dewasa, ini berpengaruh pada produktivitas kerja dan kesehatan. Buat ibu hamil/menyusui dan anak balita akan berdampak buruk pada perkembangan kecerdasan anak.Terbayang akan lahir generasi IQ jongkok dan SDM yang tak bisa bersaing dalam kompetisi yang kian ketat. Inikah generasi yang akan kita ciptakan di masa mendatang? *** Menurut Biro Pusat Statistik (BPS),mayoritas pengeluaran penduduk Indonesia masih untuk pangan. Rata-rata pengeluaran penduduk untuk pangan mencapai 50,62% pada 2009. Bahkan, bagi penduduk miskin, 73,5% pengeluaran keluarga untuk pangan. Sedikit saja ada lonjakan harga,daya beli mereka akan anjlok drastis. Itulah sebabnya, banyak ekonom menyebut inflasi sebagai “perampok uang rakyat”. Kondisi semacam ini bukan khas Indonesia. Hampir di semua negara berkembang pangsa pengeluaran pangan keluarga memang masih dominan. Ketika harga kebutuhan pokok naik,kemiskinan pun melonjak. Inflasi di Indonesia tergolong masih tinggi, rata-rata di atas 5%. Memang, inflasi pada 2009 hanya 2,78%. Namun, pada tahun yang sama banyak negara mengalami deflasi karena krisis ekonomi global. Dibandingkan negara lain,target inflasi tahun ini pun tergolong masih tinggi. Inflasi di Malaysia dan Thailand biasanya lebih kecil dari 5%. Inflasi di negara-negara maju seperti Singapura, Korea Selatan,Hong Kong, dan Taiwan di bawah 3%. Bahkan, Jepang sering mengalami deflasi. Ini semua ditopang kebijakan yang komprehensif dan kredibel.Kita bisa ambil contoh Malaysia. Saat ini, ketika Indonesia gonjang-ganjing oleh harga kebutuhan pokok, Malaysia tidak mengalaminya. Ini terjadi karena Malaysia bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok lebih baik daripada Indonesia. Malaysia memiliki undang-undang The Price Control Actuntuk mengontrol harga barang- barang yang kebanyakan adalah barangbarang makanan sejak 1946.Juga ada The Control of Supplies Act yang mulai berlaku pada 1961. Undang- undang ini mengatur keluar-masuknya barang di perbatasan seperti gandum. Dalam UU tersebut, harga 225 kebutuhan sehari-hari warga masyarakat dan 25 komoditas dikontrol pada festive season (hari besar). Pada tahun 2008 dibentuk Majlis Harga Negara untuk memonitor harga barang, menerima keluhan masyarakat, dan mendukung cadangan pangan nasional. Pada tahun-tahun saat harga minyak tinggi, inflasi di Malaysia bisa ditekan, bahkan di bawah 5%.Padahal, inflasi di Indonesia pada 2005 mencapai 17,11% dan pada 2008 mencapai 11,06%. Malaysia cukup berhasil menjaga stabilitas harga sehingga inflasi rendah, apa pun yang terjadi di pasar internasional (Adiningsih,2010). Berpijak dari kondisi itu, langkah-langkah Bank Indonesia untuk menekan inflasi dengan menstabilkan nilai tukar tidak akan banyak artinya apabila tidak didukung upaya pemerintah dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok. Di masa lalu, negeri ini pernah memiliki sejarah gemilang dalam stabilisasi harga kebutuhan pokok lewat Bulog. Wacana untuk mengembalikan fungsi-fungsi strategis Bulog bisa saja dilakukan. Namun, itu tidak banyak artinya apabila tidak didukung dengan pendanaan memadai dan instrumen yang komprehensif. Pertama, harus segera ditentukan komoditas kebutuhan pokok yang memiliki pengaruh besar terhadap pengeluaran rumah tangga. Jumlahnya bisa 4–5 komoditas. Ini pun sifatnya dinamis. Komoditas inilah yang menjadi opsi stabilisasi. Kedua, instrumen harus komplet, mulai dari harga patokan (ceiling/ floor price), stok atau cadangan, dana murah, pengendalian eksporimpor hingga program jaminan sosial dalam bentuk pangan bersubsidi. Ketiga, pemerintah harus menjamin sistem distribusi lancar dan tidak ada pelaku dominan di pasar yang bisa mengeksploitasi keadaan. Dengan ketiga langkah simultan tersebut, hampir bisa dipastikan inflasi akan bisa dijinakkan.(*) Khudori Anggota AEPI, Pengamat Sosial- Ekonomi Pertanian dan Globalisasi http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/343009/ -- -- ----- save a tree, don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ========================= Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking" ========================= Alamat penting terkait millis AKI Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 Arsip Milis AKI online: http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com ========================= Perhatian : Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]