Teknik dan teknologi pertanian tentu tambah maju. Tapi kalau melihat perkembangan teknologi makanan yang arahnya pada 'pengawetan', modifikasi genetika, dan formulasi nutrisi/chemical compound, maka ini arahnya jelas lain dengan yang kita ambil/asumsikan.
Pertanian tradisional yang berdasarkan tanah dan iklim yang baik sudah semakin sedikit. Menurut saya daerah terbaik untuk cocok tanam adalah daerah tropis sub tropis yang tidak punya 4 musim. Dibandingkan panjang ekuatorial 360derajat, maka panjang sabang sampai merauke ini (tidak menghitung laut dan gurun yang biasanya ada di tengah dunia), maka ekuatorial tanah kepulauan kita adalah aset yang sangat-sangat berharga. Afrika dan Mesir, juga Amerika (barangkali) memiliki daerah tropis. Tapi berhubung benuanya yang sangat besar, penguapan laut tidak pernah sampai ke tengah benua tersebut sehingga sering kali daerah besar macam afrika, amerika australia tengah-tengahnya nyaris tidak bisa dihuni apalagi ditanami karena tidak ada airnya. Dibandingkan dengan kepulauan kita, daerah kering pun masih adalah hujannya sedikit-sedikit karena jarak tengah pulaunya dengan laut masih tidak terlalu besar.. NAh dari 360derajat garis ekuatorial dunia ini, yang banyak pulaunya dan tropis cocok untuk padi dan makanan penduduk indonesia mana lagi? Vietnam dan thailan kalau sudah semakin maju tentu tidak akan mau lagi menjual beras murah ke indonesia. Perluasan wilayah tanam menurut teori pertanian tradisional sudah tidak mungkin lagi. Arahnya sudah mulai ke makanan kaleng dan makanan tablet, juga makanan beku. Tapi kalau harga makanan tidak diperbolehkan naik, maka tentu inovasi untuk produk makanan juga akan terhambat. --- On Thu, 12/8/10, Hok An <ho...@t-online.de> wrote: From: Hok An <ho...@t-online.de> Kalau pasar Indonesia tertutup pendapat Anda benar. Tetapi ada produsen2 barang pertanian lain yang besar dan lebih murah produksinya dari Indonesia. Sebab itu ada tekanan pasar menuju stagnasi harga bahan makanan. [Non-text portions of this message have been removed]