----- Original Message ----- 
  From: Abdul Rohim 
  To: undisclosed recipients: 
  Sent: Friday, November 28, 2008 2:35 AM
  Subject: [media-jatim] Ironi, Wayang Ditinggalkan Penonton


        Ironi, Wayang Ditinggalkan Penonton

        [JAKARTA] Ironi. Mungkin kata itu yang paling tepat jika bicara soal 
pudarnya pesona wayang di mata masyarakat. Soalnya, bukan hanya adanya 
penghargaan Unesco, badan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang salah 
satu kegiatannya berkaitan dengan kebudayaan. 
        Melihat keadaan tersebut, apalah artinya Direktur Jenderal Unesco, 
Koichiro Matsuura pada 21 April 2004 di Paris menyerahkan sebuah piagam penting 
kepada Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi), 
Solichin. Piagam yang ditandatangani Koichiro Matsuura pada 7 November itu 
menyatakan bahwa wayang Indonesia dianggap sebagai Karya Agung Budaya Dunia. 
        Saat itu, tepuk tangan meriah di Paris yang dalam hitungan detik 
beritanya melesat ke Indonesia disambut berbagai komentar penuh rasa bangga. 
Setelah itu, jangan banyak berharap soal meningkatnya minat masyarakat terhadap 
wayang.
        "Kita memang dikepung banyak suguhan hiburan dari luar. Coba saja 
perhatikan tayangan di televisi. Tapi, tentu saja kita tidak perlu menyerah. 
Wayang bukan hanya bisa bertahan, tapi akan terus berkembang. Bukan hanya di 
Indonesia melainkan juga di dunia," kata Solichin dengan suara pelan di 
Jakarta, Senin (24/11).
        Suara Solichin yang pelan mungkin bisa menjelaskan pelannya laju kerja 
Sena Wangi. Tapi sekali lagi, menurut Solichin yang sudah lebih dari 25 tahun 
bergelut di dunia wayang, kebudayaan yang pernah sangat populer di Nusantara 
dan kemudian di Indonesia itu akan terus berkembang. 
        "Jangan banyak mengeluh. Kami sudah bekerja dan menyiapkan banyak 
program untuk pengembangan wayang. Bahwa pemerintah terkesan kurang perhatian 
sebagaimana sering dikeluhkan banyak orang, biar saja. Dana pemerintah mungkin 
memang terbatas. Biar saja. Masih ada kok yang terus membantu kami dengan 
tulus. Salah satu misi kami sejak lama ialah mengembangkan seni pewayangan 
sesuai tantangan zaman dan meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap 
wayang, " tambahnya. 
        Pria sepuh itu kemudian menyodorkan sejumlah bukti dan program kerja 
Sena Wangi dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI). Sebagai tambahan, 
sebelum menjadi Ketua Umum Sena Wangi, Solichin pernah menjadi Ketua Umum 
PEPADI pada 1999-2003. "Sena Wangi itu adalah lembaga yang merumuskan strategi 
pengembangan wayang. PEPADI yang melaksanakannya melalui 23 komisariat di 23 
daerah tingkat I," tambah Ekocipto, Ketua Umum PEPADI.
        Wayang Masuk Mal
        Lalu apa buktinya bahwa wayang tetap digemari masyarakat? Tentu saja 
belum ada penelitian ilmiah atau jajak pendapat untuk meneliti isu tersebut. 
Tapi, program pentas dalang cilik belum lama ini digelar telah mampu menyedot 
banyak penonton. Belum lagi program Wayang Masuk Mal. 
        Pilihan program yang tepat jika dikaitkan dengan fakta betapa 
pusat-pusat perbelanjaan saat ini menjadi tempat favorit masyarakat. 
Program-program itu pula yang mendorong UNESCO membantu Sena Wangi dan PEPADI 
menyelamatkan wayang Banjar dan Palembang dari kepunahan. 
        Tupuk Sutrisno, Sekretaris Jenderal Sena Wangi punya cerita lain. 
Mantan Dubes Indonesia di Kenya itu mengungkapkan, berkat usaha yang dipimpin 
Solichin telah lahir ASEAN Puppetry Association (APA) atau Asosiasi Wayang 
ASEAN. 
        "Wayang ternyata ada juga di hampir semua anggota ASEAN kecuali Brunei 
Darussalam. Melalui APA kita kembangkan terus hubungan di antara para anggota 
ASEAN. [A-14]

------------------------------------------------------------------------

        Last modified: 24/11/08

        http://202.169.46.231/News/2008/11/25/Hiburan/hib01.htm


           Salam
        Abdul Rohim
        http://groups.google.com/group/peduli-jateng?hl=id 



   

Kirim email ke