ada!!

sesungguhnya bukan hanya nenek moyang kita saja yang pelaut.
sampai sekarang pun, sebagian bangsa indonesia, terutama dari belahan timur 
Indonesia,
merupakan bangsa pelaut.
Mereka melaut dengan kapal kecil kira-kira ukuran 3 meter x 18 meter,
hingga Hong Kong bahkan semenanjung Korea.

Saya pernah jumpa pelaut-pelaut Indonesia yang gagah berani,
yang pernah mengalami sapuan ombak besar di laut cina selatan
dan salah satu pahanya habis dimakan ikan hiu
bercerita, bagaimana berada di laut, antara hidup dan mati.
mereka berasal dari daerah WaKaToBi
(khususnya yang saya temui berasal dari kota Wanci / Wangi-wangi)

Padahal, mereka sekedar berjualan rempah dan komoditi lain dari Sulawesi 
Tenggara
lalu bertukar dengan benda-benda elektronik untuk dijual di daerah WaKaToBi 
tersebut.

Barangkali, kawan-kawan masih ingat, kerusuhan di Ambon
sebagian warga Ambon yang keturunan pulau Buton, segera dapat melarikan diri,
karena,..--untungnya-.. mereka tidak pernah melupakan budaya bahari mereka.
Sehingga, mereka tidak silap untuk hendak memiliki mobil atau sepeda motor.
Ukuran transportasi bagi suku-suku seperti Bugis atau Buton adalah
seberapa besar kapal atau seberapa banyak kapal mereka punya,
sehingga, ketika pecah kerusuhan, sebagian dari mereka dapat langsung
mengungsi ke pulau asal mereka di P. Buton, misalnya
P. Buton saat itu merupakan daerah penampungan pengungsi (IDP) yang cukup besar.

Saya kira, lagu itu bukan cuma mitos, bahwa nenek moyangku pelaut.

Namun hingga sekarang, sebagian bangsa Indonesia adalah pelaut.

Sayangnya, karena Jawanisasi yang dilakukan Orde Baru itu,

maka budaya laut yang kita punya, tidak pernah tampil ke permukaan.

Moga informasi ini berguna
Tabik
Gayatri


--- On Tue, 13/1/09, ketua_iblis <pelican_product...@yahoo.com> wrote:
Subject: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut
Date: Tuesday, 13 January, 2009, 12:50 PM










    
            ada yg maungomentarin ga nenek moyangku seorang pelaut



      

Reply via email to