Hati, Mata, Telinga

“Sesunguhnya telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya 
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS 
21:10).

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya ke 
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang 
itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizinNya, dan 
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS 5:16).

“(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa 
yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS 
42:53).

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan 
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan 
diminta pertangungjawabannya.” (QS 17:36).

                                                *

Dengan Al-Qur’an, Allah Swt telah memberikan petunjuk paripurna dan 
terang-benderang. Bagi mereka yang mau membaca dan berpikir, terbentang dua 
jalan: yang diridhai dan dimurkai Allah. Tetapi, begitu banyak manusia yang 
lebih tunduk kepada setan dan hawa nafsu, ketimbang kepada Tuhan yang 
menjanjikan surga. 

Untuk sedikit kesenangan duniawi, kelalaian sengaja dimasuki. Untuk kemegahan 
di dunia, keseimbangan tatanan alam tak dihiraukan. Untuk kekuasaan kebendaan, 
isi bumi dikuras dengan kerakusan tiada tara. Untuk penaklukan wilayah, seluruh 
nilai kemanusiaan diabaikan: hati nurani dibungkam, akal sehat dibabat. 

Kegagalan membaca dan memahami, menimbulkan bencana alam dan bencana 
kemanusiaan. Bencana-bencana itu menjerumuskan manusia ke dalam lingkaran 
“fakir-kafir-kufur.” 

Manusia harus segera hijrah dari keadaan gelap-gulita kepada cahaya yang 
terang-benderang. Kembali kepada kemuliaan. Sebab, kita bukanlah binatang 
ternak atau makhluk yang lebih sesat lagi. Manusia diciptakan Allah dalam 
bentuk yang sebaik-baiknya (QS 95:4). 

Manusia Indonesia harus segera kembali kepada Allah, pusat segala urusan. 
Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Al-Qur’an. Kembali kepada tugas yang 
diberikan Tuhan, sebagai khalifah di muka bumi: untuk menjadi rahmat bagi 
semesta alam (QS 21:107). Tidak merugikan manusia pada hak-haknya, dan tidak 
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (QS 26:181-184).

                                                *

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai 
Tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah 
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas 
penglihatannya?” (QS 45:23).

“Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang yang tidak (mau) memahami.” 
(QS 30:59).

Tentu, tidak seorang waras pun yang ingin termasuk ke dalam golongan yang 
terkunci mati dan merugi. Tidak ingin, bersama jin, menjadi isi neraka Jahanam. 
Menjadi golongan dari mereka yang “…mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan 
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak 
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka 
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat 
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi...” 
(QS 7:179).


ymassa...@yahoo.com


      

Kirim email ke