KEWAJIBAN ITTIBA’ (MENGIKUTI) JEJAK SALAFUSH SHALIH DAN MENETAPKAN MANHAJNYA


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Pertamar dari Tiga Tulisan 1/3




Mengikuti manhaj/jalan Salafush Shalih (yaitu para Shahabat) adalah 
kewajiban bagi setiap individu Muslim. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan 
hal tersebut adalah sebagai berikut:

A. DALIL-DALIL DARI AL-QUR-AN

Allah berfirman:

“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beri-man 
kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka 
berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam per-musuhan (dengan kamu). Maka 
Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi 
Maha-mengetahui.” [Al-Baqarah: 137]

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah (wafat tahun 751 H) berkata: 
“Pada ayat ini Allah menjadikan iman para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam sebagai timbangan (tolak ukur) untuk membedakan antara petunjuk 
dan ke-sesatan, antara kebenaran dan kebatilan. Apabila Ahlul Kitab beriman 
sebagaimana berimannya para Shahabat, maka sungguh mereka mendapat hidayah 
(petunjuk) yang mutlak dan sempurna. Jika mereka (Ahlul Kitab) berpaling 
(tidak beriman), sebagaimana imannya para Shahabat, maka mereka jatuh ke 
dalam perpecahan, perselisihan, dan kesesatan yang sangat jauh...”

Kemudian beliau rahimahullah melanjutkan: “Memohon hidayah dan iman adalah 
sebesar-besar kewajiban, men-jauhkan perselisihan dan kesesatan adalah 
wajib. Jadi, mengikuti (manhaj) Shahabat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
adalah kewajiban yang paling wajib.” [1]

“Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, 
maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), 
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian 
itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’aam: 153]

Ayat ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu 
bahwa jalan itu hanya satu, se-dangkan jalan selainnya adalah jalan 
orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan jalannya ahlul bid’ah.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh Imam Mujahid ketika 
menafsirkan ayat ini. Jalan yang satu ini adalah jalan yang telah ditempuh 
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya 
radhi-yallahu ‘anhum. Jalan ini adalah ash-Shirath al-Mustaqiim yang wajib 
atas setiap muslim menempuhnya dan jalan inilah yang akan mengantarkan 
kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa jalan yang mengan-tarkan seseorang kepada 
Allah hanya SATU... Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Allah, 
kecuali melalui jalan yang satu ini.[2]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebe-naran 
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami 
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami 
masukkan ia ke dalam Jahan-nam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat 
kembali.” [An-Nisaa’: 115]

Ayat ini menunjukkan bahwa menyalahi jalannya kaum mukminin sebagai sebab 
seseorang akan terjatuh ke dalam jalan-jalan kesesatan dan diancam dengan 
ma-suk Neraka Jahannam.

Ayat ini juga menunjukkan bahwasanya mengikuti Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam adalah sebesar-besar prinsip dalam Islam yang mempunyai 
konsekuensi wajibnya ummat Islam untuk mengikuti jalannya kaum mukminin dan 
jalannya kaum Mukminin adalah perka-taan dan perbuatan para Shahabat 
ridhwanullahu ‘alaihim ajma’iin. Karena, ketika turunnya wahyu tidak ada 
orang yang beriman kecuali para Shahabat, sebagaimana firman Allah jalla 
wa’ala:

“Artinya : Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan ke-padanya 
dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beri-man.” [Al-Baqarah: 285]

Orang Mukmin ketika itu hanyalah para Shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak ada 
yang lain. Ayat di atas me-nunjukkan bahwa mengikuti jalan para Shahabat 
dalam memahami syari’at adalah wajib dan menyalahinya adalah kesesesatan. 
[3]

“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) 
di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti 
mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada 
Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai 
di dalam-nya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keme-angan 
yang besar.” [At-Taubah: 100]

Ayat tersebut sebagai hujjah bahwa manhaj para Shahabat ridhwanullahu 
‘alaihim jami’an adalah benar. Dan orang yang mengikuti mereka akan 
mendapatkan keri-dhaan dari Allah Jalla wa ’Ala dan disediakan bagi mereka 
Surga. Mengikuti manhaj mereka adalah wajib atas setiap Mukmin. Kalau mereka 
tidak mau mengikuti, maka me-reka akan mendapatkan hukuman dan tidak 
mendapatkan keridhaan Allah Jalla wa ’Ala dan ini harus diperhatikan. [4]

“Artinya : Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman 
kepada Allah...” [Ali Imraan: 110]

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Jalla wa ’Ala telah menetapkan keutamaan 
atas sekalian ummat-ummat yang ada dan hal ini menunjukkan keistiqamahan 
para Shaha-bat dalam setiap keadaan, karena mereka tidak menyim-pang dari 
syari’at yang terang benderang, sehingga Allah Jalla wa ’Ala mempersaksikan 
bahwa mereka memerin-tahkan setiap kema’rufan (kebaikan) dan mencegah 
se-tiap kemungkaran. Hal tersebut menunjukkan dengan pasti bahwa pemahaman 
mereka (Shahabat) adalah hujjah atas orang-orang setelah mereka, sampai 
Allah Jalla wa ’Ala mewariskan bumi dan seisinya.[5]


[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_________
Foote Note
[1]. Bashaa-iru Dzaawi Syaraf bi Syarah Marwiyati Manhajis Salaf (hal. 53), 
oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly.
[2]. Tafsir al-Qayyim oleh Ibnul Qayyim (hal. 14-15).
[3]. Lihat Bashaa-iru Dzawisy Syaraf bi Syarah Marwiyati Manhajis Salaf 
(hal. 54), oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly.
[4]. Bashaa-iru Dzawisy Syaraf bi Syarah Marwiyati Manhajis Salaf, hal. 43, 
53-54.
[5]. Lihat Limadza Ikhtartu Manhajas Salafy (hal. 86) oleh Syaikh Salim bin 
Ied al-Hilaly.

sumber http://www.almanhaj.or.id

_________________________________________________________________
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/WwRTUD/SOnJAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke