Assalamu'alaikum warohmatullohhi wa barokatuhu,
Alhamdulillah, nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruh,
Allohumma sholli 'ala Muhammad wa'ala alhi Muhammad,
 
Ana ingin menambahkan apa yang telah dijelaskan oleh Ukhti Ummu Abdurrahman..
 
Tahapan menjelaskan materi dakwah yang telah dijelaskan Ukhti kita benar adanya, yaitu mulailah yang paling penting dari yang penting, dalam hal ini adalah Tauhid dan Aqidah yang selamat. Medianya pun bisa melalui ke undang ke kajian, buku, majalah/buletin, vcd dsb.
 
Dan kalau kita baca tafsir QS Al Ashr 1-3, tahapan yang akan anti lakukan adalah menyampaikan (nasehat) / berdakwah. Kalau kita belum bisa menyampaikan langsung (takut salah) lebih baik melalui media tadi atau kita menggugah semangat mereka datang ke kajian. Dan setelah berusaha menasehati dalam kebaikan ini, Bersabarlah.....
 
Sebelum menasehati / menyampaikan yang haq / berdakwah, kita harus terlebih dulu Berilmu dan Beramal yang benar, cerminkan dalam akhlak yang benar sehingga yang akan diberi nasehat bisa melihat yang mana akhlak yang sesuai tuntunan.
 
Jangan sampai kita membuat mereka lari dari Aqidah dan Manhaj Salafus sholih ini...Mereka lari bukan karena materi dakwah yang disampaikan..tapi karena kesalahan kita dalam cara menyampaikan...Dan jangan sampai apa yang kita sampaikan berbeda dengan aktual yang mereka lihat pada amalan kita sehari-hari...
 
Wallohhu a'lam
 
Berikut ini ada nasehat dari Ulama :
 
APA YANG HARUS DILAKUKAN SEORANG DAI

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ada sebagian orang yang kami anggap cukup konsisten dengan agama memperlakukan orang lain dengan sikap yang agak keras dan kasar, bahkan ada juga yang kadang wajahnya tampak masam. Apa nasehat Syaikh untuk mereka. Apa kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim, terutama orang yang kurang konsisten dalam beragama ?


Jawaban.
Yang ditunjukkan oleh sunnah yang suci, yaitu sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa yang wajib atas setiap insan adalah mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah, lembut dan mudah. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman kepada NabiNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” [An-Nahl : 125]

Dalam ayat lain disebutkan.

“Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka” [Ali-Imran : 159]

Dan ketika Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk menemui Fir’aun, Allah berfirman.

“Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah kembut mudah-mudahan ia ingat atau takut” [Thaha : 44]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan.

“Artinya : Sesungguhnya Allah Mahalembut, mencintai kelembutan. Dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepda yang kasar” [Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim seperti itu dalam Al-Birr wash Shillah 2593]

Ketika beliau mengutus utusannya beliau berpesan.

“Artinya : Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan. Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan” [1]

Maka hendaknya seorang dai bersikap lembut, manis muka dan lapang dada sehingga lebih mudah diterima oleh orang yang didakwahinya. Dan hendaklah ia mengajak ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan kepada dirinya, tidak perlu mengancam atau mendendam terhadap orang yang menyelisihi jalan ini, karena jika ia memang mengajak ke jalan Allah, berarti ia memang ikhlas, Allah akan memudahkan perkaranya dan memberi petunjuk melalui tangannya siapa saja yang dikehendakNya di antara para hambaNya.

Tapi jika ia berdakwah untuk dirinya, atau karena merasa bahwa yang didakwahinya itu adalah musuhnya sehingga ia mendendam terhadapnya, maka dakwahnya akan berkurang, bahkan mungkin berkahnya akan hilang. Nasehat saya untuk para dai, hendaknya menjiwai ini, yaitu bahwa mereka mendakwahi masyarakat karena sayang terhadap mereka dan untuk mengagungkan dan menolong agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

[Ad-Da’wah, edisi 1291, Syaikh Ibnu Utsaimin]

[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 238-240 Darul Haq. Sumber http://www.almanhaj.or.id ]
_________
Foote Note
[1] Hadits Riwayat Muslim dalam Al-Ilm 69, Muslim juga meriwayatkan seperti itu dalam Al-Jihad 1734 dari hadits Anas, namun pada lafazhnya tidak terdapat ungkapan (Karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan), tapi potongan ini disebutkan dalam hadits tentang laki-laki yang kencing di masjid. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Wudhu 220 dari hadits Abu Hurairah.
 
 


Ummu Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ukhti..., yang harus diprioritaskan dan dijelaskan pertama kali adalah
pentingnya aqidah dan manhaj ummat Islam dalam meyakini dan melaksanakan
agama Islam.

Aqidah tauhid yang benar adalah perkara yang amat penting dan kewajiban yang
paling besar yang harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah. Karena
sesungguhnya sempurna dan tidaknya satu amal, diterima dan tidaknya
tergantung kepada aqidah yang benar. Kebahagian dunia dan akhirat dapat
diperoleh oleh orang-orang yang berpegang pada aqidah yang benar ini dan
menjauhkan diri dari hal-hal yang menafikan dan mengurangi kesempurnaan
aqidah tersebut.

Banyak cara untuk menyampaikan aqidah yang shahihah tersebut, seperti dengan
buku-buku, kaset-kaset ceramah atau dengan mengajaknya ke tempat-tempat
kajian yang menjelaskan aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Dengan mempelajari aqidah yang benar, insya Allah dengan sendirinya dan
secara bertahap akan memahami pula apa yang disebut sunnah dan apa yang
dikatakan bid'ah.

Akan tetapi jika kita mendahulukan kepada mereka dengan perkataan : Ini
perbuatan bid'ah dan itu perbuatan bid'ah, dikhawatirkan mereka akan merasa
sempit dalam beragama, karena sedikit-sedikit bid'ah, ini tidak boleh dan
itu tidak boleh sedangkan ilmu yang benarnya belum mereka ketahui dan pahami.

Wallahu 'alam

>From: Faradiba Amari Astatine <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: assunnah@yahoogroups.com
>To: assunnah@yahoogroups.com
>Subject: [assunnah] Tanya : Menjelaskan Bid'ah Kepada Orang Awam
>Date: Tue, 5 Apr 2005 03:35:44 +0100 (BST)
>
>Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
>
>Mohon penjelasan bagaimana cara menjelaskan ke "orang
>awam" pengertian tentang "bid'ah", sehingga jadi lebih
>mudah dimengerti dan dipahami, dan dapat diterima.
>
>Jazakallahu khoir.
>
>Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------



Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
Children International
Would you give Hope to a Child in need?
 
· Click Here to meet a Girl
And Give Her Hope
· Click Here to meet a Boy
And Change His Life
Learn More


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke