Dikutip dari www.salafi.or.id 6 Tahun di Rumah Syaikh Albani Pada hari
ini sabtu 2 oktober 1999 ribuan bahkan jutaan orang menangis, mereka menangis
karena mendengar sebuah berita duka, yang merupakan musibah besar dengan
wafatnya seorang Imam besar. Berita duka ini sampai
kepadaku seusai shalat ashar hari ini dari istri beliau rahimahullah. Dengan
serta merta aku menuju rumah sakit tempat beliau dirawat. Disana aku jumpai
istri dan putra beliau Abdul Lathif yang menemani beliau selama masa perawatan.
Setelah masuk kamar tiba-tiba kusaksikan dihadapanku jasad
Syaikh rahimahullah yang telah ditutup dengan selembar kain, dibaringkan diatas
sebuah tempat tidur. Air mataku mengalir tidak
mampu menahan tangisan atas kepergiannya. Kubuka wajahnya yang bercahaya lalu kucium
keningnya. Kami mengangkat jasadnya untuk dimuat disebuah mobil milik salah
seorang teman, lalu membawanya ke rumah duka. Ikut bersama kami di mobil
jenazah, putra beliau Abdul Lathif. Ia sangat sedih dan banyak mengucurkan
air mata. Kami menghibur dan menasihatinya untuk bersabar. Ia hanya memandang
kami sedang kedua matanya meneteskan air mata yang banyak. Abdul Lathif
menceritakan kondisi ayahnya sehari sebelum wafat, ia berkata : “Hingga kemarin
dalam kondisi sakitnya yang semakin parah ayah masih sempat
berkata :”Berikan kitab shahih sunan Abi
Dawud!!” Aku katakan : “Subhanallah (Maha suci
Allah), semoga Allah swt membalas kebaikanmu ya Syaikh. Sungguh engkau telah
hidup sepanjang usiamu, siang dan malam, engkau membela
Sunnah Rasul saw hingga akhir hidupmu. Dalam kondisi tidak mampu menegakkan
punggungmu, aku melihatmu menyuruh putra atau cucu-cucumu menulis, tanpa
mengenal sakit dan tidak pula mengeluhkan kesakitanmu. Semua itu tiada lain
kecuali anugerah
dan keutamaan
dari Allah swt yang diberikan kepadamu, maka Dia-lah yang maha pemberi karunia
dan keutamaan”. Sesampainya kami di rumah Syaikh, di sana
kami jumpai beberapa teman yang telah mendahului kami dan mulailah para ikhwah
berdatangan dari berbagai pelosok kota Amman , tempat Syaikh berdomisili selama
lebih dari delapan
belas tahun. Kami bergegas mempersiapkan jenazah Syaikh
rahimahullah, memandikan dan mengafaninya. Begitu selesai menyiapkan, kami
mengeluarkan dan meletakkannya di sebuah ruangan besar. Seketika rumah Syaikh
rahimahullah telah penuh sesak oleh pelayat yang
terdiri dari para pecinta dan murid-muridnya. Syaikh Abu Malik mengisyaratkan
kepada kami agar wajah Syaikh tidak ditutup sehingga para pelayat melepaskan
kepergiannya. Mereka pun segera mencium
kening Syaikh sebagai tanda perpisahan dengannya . lalu jenazah Syaikh
disiapkan untuk dishalatkan. Para ikhwan yang bermusyawarah tentang tempat
pemakamannya, aku katakan kepada mereka bahwa Syaikh rahimahullah
berulang-ulang menyebutkan kehendaknya di depanku, beliau ingin dikuburkan
dipemakaman yang terletak pada sisi jalan yang menuju ke rumahnya agar tetap
mendapat ucapan “salam” dari saudara-saudara dan pecintanya. Di antara wasiat
beliau sebagaimana yang dikatakan oleh putranya Abdul Lathif, agar jenazahnya
dibawa dari rumahnya ketempat pemakaman dengan cara dipikul,
setelah para pelayat melepaskan kepergian beliau, kami segera keluar dari rumah
untuk menshalatkannya. Demikian sang Imam dan tokoh ini kembali
kepada Rabbnya Tabaraka wata`ala dengan meninggalkan warisan ilmu yang
bermanfaat, tergores di sela-sela ratusan karya tulisnya yang kemudian Allah
mentakdirkannya diterima di seantero dunia bahkan sebagiannya telah
diterjemahkan ke beragam bahasa di dunia ini. Demikian pula beliau telah meninggalkan
sejumlah muridnya yang berjalan diatas manhaj salaf yang dianutnya selama hidup
beliau. Semoga dengan pertolongan Allah swt merekapun akan berjalan diatasnya
hingga datangnya ajal. Aku mengenal beliau rahimahullah semenjak 23
tahun yang lalu. Usiaku pada saat itu menginjak empat belas tahun. Sungguh Allah swt telah menganugerahi aku
nikmat dan karunia-Nya sejak aku mengenal manhaj salaf dan mencintainya. Tidak
pernah kutinggalkan setiap jalan yang menunjukku kepadanya, kecuali
kutempuhnya. Aku berkenalan dengan murid-murid syaikh, duduk dan berteman
dengan mereka. Aku mulai membeli kitab-kitab syaikh dan kitab yang pertama
kubeli adalah “shifat shalat Nabi saw“. Aku selalu
menanti kedatangan Syaikh dari negeri Syam sebagaimana biasa untuk menyampaikan
kajian-kajian. Pada tahun 1980,
Syaikh berhijrah dari negeri Siria ke Amman (Yordania). Yang kemudian menjadi
tempat domisilinya. Beliau memilih tinggal
di perkampungan yang sederhana. Ia pernah ditawari sebidang
tanah oleh seorang kaya yang terletak di sekitar kota Amman , namun tetap
ditolaknya dan bersikeras untuk tetap tinggal di tengah–tengah kaum muslimin
yang berekonomi lemah. Kota Amman pun gembira atas kedatangan Syaikh
sebagaimana para pecintanya. Selama enam tahun telah kulalui bersama Syaikh di
rumahnya, setiap hari selalu kudapati ilmu sebagaimana aku pun telah belajar
darinya tentang akhlaq. Maka apakah yang hendak kuceritakan ? Syaikh rahimahullah adalah seorang yang
penuh kasih sayang dan belas kasihan. Sekali waktu pernah beliau katakan padaku:
“Hai Muhammad, engkau tidak memiliki kendaraan (mobil), sementara putra-putrimu
perlu
beristirahat (bertamasya), maka siapkan hari apa
saja yang kamu inginkan, kita akan pergi bersama agar kamu bersenang-senang
bersama mereka. Dua hari kemudian, kami siapkan apa yang diperlukan, lalu
keluar bersama syaikh dan istrinya ke sebuah tempat tamasya di luar kota Amman
. Dan beliau membawa makanan serta beraneka buah-buahan sehingga anak-anakku
sangat gembira. Suatu ketika aku pernah bekerja dan
memperbaki pada bagian atap rumah Syaikh. Aku mengangkat dan memindahkan sebuah
kayu besar, hingga aku merasa keberatan dan hampir terjatuh dari atap rumah,
kalau saja bukan karena karunia Allah swt padaku. Mendengar peristiwa itu, Syaikh segera
memuji Allah swt atas keselamatanku dan langsung menyungkur bersujud kepada
Allah swt mensyukuri-Nya, sedang kedua matanya mengucurkan air mata, menangisi
kejadian ini. Lalu dikeluarkan dari sakunya sebanyak
seratus dinar dan diberikannya kepadaku. Syaikh رحمه الله
adalah seorang yang berperangai wara` yaitu
selalu menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan syubhat. Pernah
suatu ketika beliau menjadi penengah bagi seorang yang ingin bekerja di salah
satu perusahaan persero. Selang beberapa hari, orang tersebut mengetuk pintu
rumah beliau sambil membawa sejumlah buah zaitun dan menuturkan kepadaku : “Ini
adalah hadiah
untuk Syaikh“, pada waktu itu Syaikh sedang tidur. Setelah bangun dari tidurnya kusampaikan
amanat orang itu. Dengan serta merta Syaikh bertutur: “Tidak halal
bagi kita untuk memakannya, karena telah disabdakan oleh Rasulullah saw” (yang
artinya) : “Barang siapa yang menolong seseorang dengan
suatu pertolongan, lalu diberikan kepadanya hadiah dan diterimanya, berarti dia
telah mendatangi salah satu pintu riba”. Maka kami segera membagi-bagikannya kepada
para fuqara`. Kedermawanan
Syaikh Al-Albani rahimahullah Sering kali aku anjurkan Syaikh untuk
membangun masjid, atau memberi kepada seorang fakir atau para janda atau
seorang peminta-minta, dan tidak pernah beliau menolak. Banyak cerita dalam
masalah ini di antaranya : “Pernah datang kepada beliau seorang penderita sakit
yang pengobatannya dengan menggunakan suntikan. Ia harus disuntik sebanyak 15
kali dengan biaya setiap suntikan 20 dinar. Syaikh menyuruh aku untuk meneliti
kebenaran dakwaannya. Setelah mengetahui kebenarannya, beliau memberi kepadaku
biaya yang dibutuhkan lalu kubelikan suntikan tersebut”. Ketika hendak membangun rumahku aku
memerlukan dana, maka kudatangi beberapa rumah dan mengetuk pintu-pintu mereka
(untuk meminta pinjaman, pent) namun hasilnya nihil. Aku teringat seorang yang
cukup mampu, dia dikenal oleh Syaikh. Maka kukatakan kepada istrinya: “ Tolong
sampaikan kepada Syaikh jika beliau berkenan menjadi perantaraku agar orang itu
memberiku pinjaman. Keesokan harinya ketika aku sedang duduk dikantorku. Syaikh
berkata : “Ya Muhammad! engkau menghendaki agar aku menjadi penengahmu terhadap
si fulan agar dia memberimu pinjaman?”. Aku bertukas : “benar”. Lalu kata
Syaikh rahimahullah : “Aku lebih utama terhadapmu dari pada orang itu, aku
berikan kepadamu seberapa yang kamu perlukan”. Aku pun menangis
lalu kukatakan padanya: “Ya Syaikh kami, semoga Allah swt membalas kebaikanmu”.
Demi Allah swt tidak pernah terdetik dalam hatiku bahwa apa yang kucari akan
kudapati dari Syaikh karena aku tidak pernah
melihat apa yang ada padanya. Ketika dana pinjaman itu diberikan padaku beliau
berkata: “Yang seribu dinar ini sebagai hadiah untukmu, tidak terhitung sebagai
pinjaman. Aku pun menangis untuk kedua kalinya,
semoga Allah swt membalasnya rahimahullah. Kisah yang
lain: Belum lama ini ketika beliau berada di rumah
sakit, datang seorang wanita mengadu padanya tentang terjeratnya
dalam cengkraman bunga bank. Karena ia mengambil pinjaman dari salah satu bank
sebanyak 9000 dinar, dan bunganya telah
melipatgandakan hutang tersebut. Ia datang kepada Syaikh, untuk meminta bantuan
agar terlepas darinya. Sebagaimana kebiasaannya, Syaikh meminta kepadaku untuk
meneliti kasus ini. Setelah diteliti dengan seksama kebenarannya, beliau
menyetujui untuk meminjamkannya dana sebesar 7000 dinar. Wanita itu datang
bersama putra-putranya. Lalu Syaikh berkata : “Yang seribu dinar sebagai hadiah
dan yang selebihnya sebagai pinjaman yang dibutuhkan”. Alangkah girangnya
wanita itu dan anak-anaknya. Mereka mendo`akan Syaikh rahimahullah, demikian
pula aku ikut mendo`akannya “semoga Allah swt membalas kebaikanmu ya Syaikh”. Kemudian Syaikh memandang kami seraya
berkata: "Yaa ikwan wallaahi
inni atamanna an ashbaha milyuuniiran, hatta ukhrijaaluluufa min amstali
hadzihi almar'a min kuyuudi arriba" “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, aku
berangan-angan menjadi seorang “milyuner” hingga dapat melepaskan ribuan muslim
yang senasib dengan wanita ini dari jeratan riba” . Kelembutan
Dan Belas Kasihan Syaikh
rahimahullah Pernah suatu ketika istriku hampir
melahirkan. Sementara Syaikh selalu bertanya
tentangnya. Sehari sebelum istriku melahirkan bayinya, tatkala aku akan
meninggalkan perpustakaan, beliau berkata kepadaku: ”Silahkan ambil
mobil ummul Fadhl [1] karena mungkin kamu memerlukannya di tengah malam. Mobil
itu kubawa selama dua hari dan ternyata benar, saat melahirkan tiba ditengah
malam. Aku keluar dari rumahku, aku tidak tahu hendak
pergi kemana?? setelah berupaya mencari seorang bidan dan tidak kutemukan,
terfikir olehku bahwa istri Syaikh rahimahullah memiliki
pengalaman dalam hal kelahiran. Aku segera menuju ke rumah beliau, sedang aku
dirundung keragu-raguan karena khawatir akan mengganggu dan mengejutkannya di saat-saat
seperti ini. Aku mengetuk pintu rumahnya, beliaupun
menjawabku, lalu kusampaikan kepadanya permohonan maafku yang sebesar-besarnya
dan memberitahukan keperluanku. Beliau menjawabku sambil bercanda
: “Mengapa kamu tidak lakukan seperti Syaikhmu? sungguh aku telah membantu sendiri
istriku ketika melahirkan”. Lalu beliau melanjukkan dengan mengucapkan:
“sebentar !!! aku akan membangunkan Ummu
Fadhl, dia akan pergi bersamaku”. Lalu kami pun diberi oleh Allah swt seorang
putra bernama Abdullah. Mobil
Syikh Al-Albani Adapun mobil beliau ibarat sekor unta yang selalu
mengantar teman-teman kami. Beliau mengangkut mereka dan membawanya dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Beliau katakan padaku : “Ya Muhammad, ayahku
rahimahullah pernah berkata : likulli
syaiin zakaatun, wazakaatus sayaarati : hamlunnaasi biha “setiap sesuatu ada zakatnya, dan zakat mobil
adalah mengangkut orang” Mutiara Hikmah Syaikh Al Albani rahimahullah
Itmaamul ma'ruf khairun minal bad i bihi “Menyempurnakan suatu yang
ma`ruf lebih baik dari pada memulainya”. Ini adalah mutiara hikmah yang kami ambil
dari beliau, dan alangkah indahnya hikmah ini. Syaikh Al-Albani seorang yang selalu
memenuhi kebutuhan saudara-saudaranya, sehingga seorang merasa cukup dengan
sesuatu dari bantuan beliau. Syaikh merasa senang dan selalu bertekad untuk
menyempurnakan bantuannya. Namun orang yang dibantu segera berkata :
“Menyempurnakan sesuatu yang ma’ruf lebih baik dari memulainya”. Banyak ilmu yang kami dapat dari mutiara
hikmah ini dalam bermu`amalah dengan saudara-saudara kami. Inilah hal penting yang dapat kusajikan
untuk para pembaca dari sela-sela kehidupanku bersama beliau selam 6 tahun.
Bisa jadi musibah kematian Syaikh membuatku lupa akan banyak hal. Saya yakin bahwasanya banyak peristiwa dan
sikap-sikap Syaikh yang wajib kucatat sebagai sebuah catatan bersejarah untuk
memenuhi hak-hak Syaikh rahimahullah . Semoga Allah swt merahmatimu wahai Syaikh kami, dengan rahmat yang
luas. Inna lillaahi
wa inna ilaihi raaji'uun “Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali” [1] Ummul fadhl adalah istri Al-Albani yang
keempat. Maraji': ------------------------------------------------------------------------ Website Islam pilihan anda. http://www.assunnah.or.id http://www.almanhaj.or.id Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu Berlangganan: [EMAIL PROTECTED] Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] ------------------------------------------------------------------------
Yahoo! Groups Links
|