HAKIKAT KEHIDUPAN

(Dikutip dari Buku : Untukmu Yang Berjiwa Hanif, oleh Ustadz Armen Halim 
Naro Lc rohimahullah ta' ala )


Cerita Kehidupan

Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, 
mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang 
ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah 
penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada 
yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.

Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. 
Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, 
dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri  telah diangkat pula 
seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam 
kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang 
memeraninya.

Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia 
disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!

“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu 
apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab 
tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)

Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan 
Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum 
orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, 
mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran 
kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dari sejarah kepongahan tersebut?! 
Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.

Dari sepanjang perjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa 
kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang 
thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarya, 
dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan 
dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, 
laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya 
pencipta.

Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang 
berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya 
Sang Pencipta ?!“

Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian 
kepada kita bahwa Allah  menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah 
Tabaroka wa Ta’ala  berfirman,

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara 
main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. 
al-Mukminun: 115)

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa 
pertanggung jawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan 
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka 
mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)

Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk 
bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah 
mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan 
mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia 
mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada 
kuburannya, itu pula akhir dari cerita kehidupannya?!

Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan 
kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si 
miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! 
Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan 
rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh 
kebahagiaan?!

Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan 
baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia 
ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas 
kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

Allah azza wa Jalla berfirman :

“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu 
tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami 
hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka 
daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan 
anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat 
makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka 
mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan 
pusangan- pusangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan 
dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda 
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang 
dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan 
matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha 
Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah 
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah 
dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari 
mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan 
masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )
Dan Allah berfirman,

Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia 
berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah 
hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya 
kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu 
Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu 
nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit 
dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia 
berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)

Tujuan Hidup

Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai 
kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa 
untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak 
salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang 
Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang 
kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan 
yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut 
semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali 
ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya 
mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh 
harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja 
yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, 
kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu 
sendiri.

Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. 
Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu 
tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia 
berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan 
tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding 
istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu 
terdapat jiwa yang rapuh.

Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang 
seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia 
? Apa sarana untuk mencapainya?

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla  , bukan mereka yang menciptakan 
diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk 
tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta 
‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak 
mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan 
kepada produk itu sendiri.

Allah berfirman;

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau 
rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14 )

Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat 
menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan 
penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla . Orang yang bahagia adalah 
orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla . .Sarana 
kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti 
jalan penghambaan diri kepada Allah .

Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena 
ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi... karena 
penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul...
Allah berfirman;

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi 
kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)

Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, 
Allah berfirman;

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya 
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat 
dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari 
peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat 
berat”. (QS. al-Jin:17)

Allah  Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak 
ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla  tentukan 
kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, 
laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah 
telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang 
mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka 
tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.

Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh 
dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk 
merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari 
sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan 
segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam 
menyandarkan diri kepadaNya , akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan 
diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.

Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu 
tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua 
taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai 
ridho dan cintaNya?

Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, 
karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar 
ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak 
membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada 
kesombongan dan kecongkakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat 
tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,

“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, 
kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka 
memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka 
mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, 
terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang 
paling sempurna ubudiahnya kepada Allah , ketika Allah telah mentaqdirkan 
sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini 
sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri 
beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum 
Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum 
untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau 
dari Mekkah.

Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan 
pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi 
malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di 
sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla  , Allah yang 
memiliki langit dan bumi.

Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau, 
sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum 
sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk 
menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan 
sendirian.

Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam 
atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti peng 
hambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan 
kepadaNya,


“Ya Allah Azza wa Jalla  kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, 
sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling 
Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! 
Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh 
yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku 
kepada musuh?!
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan 
tetapi pen gampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya 
wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara 
dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku 
kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada 
daya dan upaya kecuali denganMu “.

Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan 
perintah Allah azza wa Jalla  , Allah berfirman,

“Se.sungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang 
yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari 
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang 
menunaikan zakat. Dan orang-o rang yang menjaga kemaluannya. Kecuali 
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka 
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di 
balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan 
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) danjanjinya. Dan 
orang-orang yang memelihara sholatnya “. (QS. al-Mukminun:1 -9)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,

“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk 
bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, 
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami 
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) 
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan 
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah 
yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang 
yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)

Sebaliknya Allah Azza wa Jalla  menyebutkan bahwa orang yang melanggar 
perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla  
berfirman, :

“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia 
mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya 
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang 
merugi”. (QS. al-An kabut: 52)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu 
teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk 
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah 
orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)

Beban Amanah

Allah Subhanahu wa ta’ala  menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini 
untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk 
mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan 
tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut. 
Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul 
sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah 
tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang 
terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan 
mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,


“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan 
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka 
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. 
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )

Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati 
dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah 
itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla .

Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata : dalam merangkum perselisihan 
ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak 
menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu 
kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala 
konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika 
lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan, 
kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla 
  . Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .

Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala , berkata: “Ketika Allah Azza wa 
Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, 
bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah 
yaitu ketaatan,
Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, 
keutamaan dan surga ?“

Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami 
tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.

Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau 
akan men gemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan 
keutamaan dan kemuliaan?”

Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan 
tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku 
maksiat pada semua perintahMu”.

Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau 
siap men gemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”

Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik, 
engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh 
kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya 
engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku 
buruk, maka Aku akan men yiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.

Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat 
itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan 
amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )

Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala 
mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa 
ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.

Allah berfirman,”

“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari 
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya 
berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb 
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari 
kiamat kamu tidak men gatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah 
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)


Ahsanu Amalan

Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji 
manusia mana yang lebib baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu 
‘amala”. Allah Azza wa Jalla  berfirman;

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara 
kamu yang lebih balk amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pen gampun”. 
(QS. al-Mulk:2 )

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan 
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik 
perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)

“(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan 
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka 
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah 
memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]

Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan 
yang paling ikhlas dan yang paling benar”.

Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah 
penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat, 
yaitu:

1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.

Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya 
akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak. 
Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan 
mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang 
dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.


Kesimpulan

Bahwa tujuan hidup adalah mencarii kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah 
dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla .. Penghambaan diri 
itulah Tauhid
dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah 
perjanjian yang telah disepakati.

Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu 
‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).

Allahu ta’ala a’lam bish showab.

Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen 
Halim Naro Lc rohimahullah ,  “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul 
Qa’dah 1427H , Februari 2007 ).

Semoga Allah Tabaroka wa Ta'ala menempatkan beliau ditempat yang muliya 
sebagaimana para pendahulu kita yang shalih. Amin yaa Robbal alamin.


Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/mlbios.php/aturanmilis/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke