Ahsanti. Subhanalloh.. Penjelasan yang mudah d cerna. Syukron um.. *walopun blm menikah, insyAlloh jadi pelajaran untuk kedepan y* Barakallohu lana wa baroka 'alaina wa sahalallahu lana..
Powered by Sinyal Kuat Indosat from My Nokia Phone® -----Pesan Asli----- Dari: Hani Handayani Terkirim: 31/05/2010 7:30:36 PM Subjek: Re: [assunnah] Lebih utama mana, suami atau orang tua? Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Sekedar memberi masukan saja. Bukan bermaksud menggurui karena usia pernikahan saya pun masih terbilang muda. Saya pun masih belajar dalam kehidupan rumah tangga. Dalam kasus bapak, saya tidak tahu sudah berapa lama bapak berumah tangga dan masalah-masalah lain apa tengah bapak hadapi serta upaya apa yang sudah bapak lakukan. Saya hanya mencoba melihat permasalahan ini secara umum saja..... Tidak dapat disangkal, orang yang paling berhak atas seorang perempuan setelah menikah adalah suaminya. Kewajiban istri jelas patuh pada suami. Namun, ada kalanya seorang suami dihadapkan pada ujian dimana istri lebih mendengar apa kata orang tuanya dibanding pada suaminya. Tentunya ini keliru. Namun sebaiknya kita tidak gegabah menganggapnya sebagai istri yang durhaka. Ini adalah PR besar bagi suami untuk mendidiknya. Mungkin bapak bisa mengevaluasi bagaimana selama ini bapak mendidik istri bapak. Sudahkah dia paham peran istri dengan pemahaman yang benar berdasarkan dienul Islam? Dalam penciptaanya, Hawa diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Seorang perempuan disifatkan pada tulang rusuk yang bengkok ini. Maka tugas suami adalah meluruskannya (mendidiknya). Apabila seorang suami mencoba meluruskan dengan kekerasan, maka akan patahlah tulang itu. Didiklah dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Mengenai tempat tinggal bapak dan istri yang masih bersama mertua, saya teringat pada suatu kajian, Ustadz Abdul Hakim pernah mengatakan (dalam bahasa saya), sebaiknya setelah menikah suami-istri tinggal di rumah yang berbeda dengan orang tua/mertuanya. Tujuannya antara lain untuk menegakkan kepemimpinan suami. Suami berkewajiban menyediakan tempat tinggal bagi istri. Rumah/tempat tinggal ini tidak harus rumah sendiri. Sewa/kontrak pun tidak masalah jika belum mampu... Yakinkan istri bapak terlebih dahulu (untuk pindah). Kalau dia kelihatan masih enggan, cari tahu apa penyebabnya. Kalau memang istri bapak tipe istri yang memiliki kelekatan yang kuat dengan orang tuanya, tentunya tidak gampang. Namun bapak bisa menawarkan jalan keluar, misalnya dengan memilih tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari rumah orang tua. Cara lain, misalnya, luangkan waktu tiap pekan untuk menginap atau sekedar berkunjung kepada orang tua istri selama istri masih dalam masa penyesuaian. Selanjutnya frekuensi berkunjung bisa dikurangi. Namun perlu diperhatikan juga apabila istri sudah mampu mandiri dan menyesuaikan diri dengan baik pada kondisi jauh dari orang tuanya, bapak tetap memberikan kesempatan padanya untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya. Walau bagaimanapun posisi bapak sebagai suami, mertua bapak adalah orang yang telah membesarkan istri bapak dari kecil hingga dia menikah dengan bapak. Tidak ada rumah tangga yang bebas dari masalah. Itu sudah pasti. Apabila ada satu hal yang tidak kita sukai pada diri pasangan (istri/suami) kita, carilah banyak hal lain yang merupakan kebaikan dia. Tengoklah sejenak pasangan lain yang memiliki masalah yang lebih berat agar tumbuh rasa syukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan. Jika kondisi yang bapak harapkan belum terwujud, bersabarlah. Klise memang, tapi bukankah begitu yang Islam ajarkan pada kita dalam menghadapi sebuah ujian? Cobalah introspeksi kembali karena dalam kehidupan rumah tangga selalu ada timbal-balik, sebab-akibat, stimulus-respons. Sesungguhnya, baik suami maupun istri memberikan kontribusi pada permasalahan yang mereka hadapi... Jangan lupakan doa, doa, dan doa. Bapak bisa merujuk pada buku-buku doa yang ada agar bapak dianugerahkan istri yang sholehah yang bisa menyejukkan hati bapak. Atau doa-doa lain sesuai kebutuhan bapak. Pilihlah waktu-waktu yang mustajabah, misalnya ketika sujud, antara adzan dan iqomat, pada sepertiga malam terakhir, satu waktu di hari Jumat, dsb. Yakinlah, seyakin-yakinnya bahwa Allah mendengar penderitaan hamba-Nya dan pasti akan menolong hamba-Nya. InsyaAllah... Mohon maaf saya tidak menyebutkan dalil Al Qur'an atau Assunah. Mohon koreksinya jika ada perkataan saya yang keliru. Wallahu a'lam. Wassalamu'alaikum, -Ummu Zahra- ________________________________ From: anto andi <kntr...@yahoo.com> To: assunnah@yahoogroups.com Sent: Sun, 30 May, 2010 18:30:15 Subject: [assunnah] Lebih utama mana, suami atau orang tua? Assalamualaikum, saat ini sy masih bergabung dengan mertua saya, seringkali sy menganggap sering terjadi dualisme kepemimpinan dalam rumah tangga saya dengan masuknya peran mertua dalam rumah tangga saya,terkadang sy lelah dengan kondisi seperti ini dan ini terlihat seperti melawan kehendak mertua. Apakah benar istilah suami merupakan pengganti orang tua bagi istri, dan istri yang tidak menurut suami bisa dikatakan durhaka? siapakah yang lebih berhak atas istri saya. saya sebagai suami atau orang tuanya. siapa yang harus lebih diutamakan istri. suami atau orangtuanya?. Pertanyaan ini saya lontarkan karena berhubungan dengan kondisi ekstrem yang sewaktu-waktu bisa saja saya lakukan. Mohon kiranya dapat diberi penjelasan sehingga saya tidak salah berbuat baik buat diri saya pribadi, maupun terhadap istri saya nantinya Wassalamualikum