Assalamu'alaikum,

Adakah buku yang dapat dijadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai 
hal ini (hasil penelitian sejarahnya)....? Mohon infonya.

Wassalamu'alaikum,
-Ummu Zahra-
 

________________________________
From: suci sari <iki_s...@yahoo.com>
To: "assunnah@yahoogroups.com" <assunnah@yahoogroups.com>
Sent: Sat, 23 April, 2011 21:01:41
Subject: [assunnah] Akhir Perjalanan Panjang Ibu Kartini

Perjalanan Panjang Menemukan Akhirnya
 
Kartini  dianggap sebagai pelopor perjuangan emansipasi di Indonesia. dan  
akhir-akhir ini namanya dihubung-hubungkan dengan kata feminisme.
 
Apa  yang terlanjur lekat dengan sosok Kartini sebenarnya hanyalah sebagian  
proses hidupnya yang gelisah. Akhir proses Ibu Kartini tak banyak  terungkap. 
Pemikiran pada awal prosesnya-lah yang terlanjur lantang  disuarakan sehingga 
lekat pada namanya. Padahal, menjelang akhir  hayatnya, Pemikiran kartini telah 
banyak berubah.
 
KARTINI DULU
 
Ngga  bisa disalahkan kalo ada orang yang beranggapan Kartini memperjuangkan  
emansipasi, mendobrak adat, dan berkiblat ke Barat, serta mengkritisi  Islam. 
Pada awalnya, Kartini memang demikian. Inilah contoh  surat-suratnya:
 
“… Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang  baik-baik, orang baik-baik itu 
meniru perbuatan orang yang lebih tinggi  pula, dialah orang Eropa” [surat 
kepada Stella, 25 Mei 1899]
 
“Aku  mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan menyiapkan  aku 
lebih baik untuk tugas besar yang telah aku pilih.” [surat kepada Ny  
Ovinksoer, 
1900]
 
Tidak heran kalo Kartini punya pemikiran  demikian. Gimana lagi? Temen 
surat-menyurat Kartini kebanyakan adalah  orang barat yang hendak membaratkan 
kaum ningrat di Indonesia, dimana  tujuan akhirnya adalah agar mereka tidak 
melakukan perlawanan terhadap  pemerintah Hindia Belanda pada jaman tersebut. 
Mari kita simak  teman-teman korespodensi Kartini. siapa sajakah mereka..?.
 
1. J.H. Abendanon
 
Abendon  ditugaskan oleh Belanda sebagai Direktur Deptemen Pendidikan, Agama,  
dan Kerajinan. Abendon banyak meminta nasihat dari Snouck Hurgronye  (seorang 
orientalis yang pura-pura masuk Islam untuk mencari cara  mematikan semangat 
jihad umat islam di Indonesia).
 
Menurut  Hurgronye, golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda 
adalah  
golongan Islam. Memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi  adalah 
cara 
yang paling jitu untuk mengatasi pengaruh Islam. Tidak  mungkin membaratkan 
rakyat, kecuali jika ningratnya telah dibaratkan.  Untuk tujuan itu, langkah 
pertama yang harus diambil adalah mendekati  kalangan ningrat terutama yang 
menganut agama Islam untuk kemudian  dibaratkan. Dan Hurgronye menyarankan 
Abendanon untuk mendekati Kartini.
 
2. Stella (Estelle Zeehandelaar)
 
Seorang wanita Yahudi, anggota militan pergerakan feminis di negeri Belanda 
saat 
itu.
 
3. Nellie Van Kol (Ny. Van Kol)
 
Ia  adalah seorang penulis yang mempunyai pendirian humanis dan progresif.  
Dialah orang yg paling berperan dalam mendangkalkan aqidah Kartini. Pada  
awalnya, ia bermaksud untuk memurtadkan Kartini dengan kedatangannya  
seolah-olah sebagai penolong yang mengangkat Kartini dari  ketidakpeduliannya 
terhadap agama.
 
BERTEMU KYAI SHOLEH DARAT
 
Selain  faktor teman buruk, kaum muslim di sekeliling Kartini juga punya  
pemahaman yang salah terhadap Islam. Mereka mengajarkan Islam tanpa  memahamkan 
apa yang diajarkan. coba kita simak surat kartini kepada  stella berikut ini.
 
“Bagaimana aku dapat mencintai agamaku  kalau aku tidak mengerti dan tidak 
boleh 
memahaminya. Al Qur’an terlalu  suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa 
apapun. Disini tidak  ada yang mengerti bahasa Arab. Orang-orang disini belajar 
membaca Al  Qur’an tapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan 
orang  gilakah, orang diajar membaca tapi tidak mengerti apa yg dibacanya.”  
[surat kepada Stella, 6 Nov 1899]
 
Perlu diketahui pada  waktu pemerintahan Hindia Belanda umat muslim memang 
dibolehkan  mengajarkan Al-Qur’an dengan syarat nggak diterjemahin alias cuma  
belajar baca huruf arab (pengaruh ini masih dapat kita jumpai saat ini,  dimana 
belajar Al-Quran dianggap selesai ketika telah mampu membaca  Al-Quran dengan 
lancar sampai akhir walaupun tidak paham makna-nya  –khataman-). Dan ini memang 
taktik belanda agar orang-orang Indonesia  tidak paham terhadap Al-quran dan 
akhirnya mereka tidak akan angkat  senjata kepada penjajah kafir belanda.
 
Suatu ketika  Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat 
itu  sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga.  
Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita lain dari balik  tabir. 
Kartini tertarik kepada materi yg sedang diberikan, tafsir Al  Fatihah, oleh 
Kyai Saleh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini  mendesak pamannya agar 
bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh  Darat.
 
Kartini menceritakan bahwa selama hidupnya baru  kali itulah dia sempat 
mengerti 
makna dan arti surat Al-Fatihah, yang  isinya begitu indah menggetarkan hati. 
Kemudian atas permintaan Kartini,  Kyai Sholeh diminta menerjemahkan Al Qur’an 
dalam bahasa Jawa di dalam  sebuah buku berjudul Faidhur Rahman Fit Tafsiril 
Quran jilid pertama  yang terdiri dari 13 juz, mulai surat Al Fatihah hingga 
surat Ibrahim.  Buku itu dihadiahkan kepada Kartini saat dia (Kartini) menikah 
dengan R.  M. Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Kyai Sholeh meninggal saat baru  menerjemahkan jilid pertama tersebut. Namun,  
hal ini sudah cukup  membuka pikiran Kartini dalam mengenal Islam.
 
Tahu nggak?  Sebenarnya ungkapan Habis Gelap Terbitlah Terang itu sebenarnya 
Kartini  temukan dalam surat Al Baqarah ayat 257, yaitu firman  
Allah“…minazh-zhulumaati ilan-nuur” yang artinya “dari  kegelapan-kegelapan 
(kekufuran) menuju cahaya (Islam)”. Oleh Kartini  diungkapkan dalam bahasa 
Belanda "Door Duisternis Tot Licht". dan  kemudian oleh Armien pane yang 
menerjemahkan kumpulan surat-surat  Kartini diungkapkan menjadi "Habis Gelap 
Terbitlah Terang"
 
KARTINI KEMUDIAN
 
Kartini yang mulai mengenal Islam pun berubah. Pandangannya terhadap Islam 
menjadi positif.
“Moga-moga  kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain 
memandang  agama Islam patut disukai” [surat kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902].
 
Kartini  kemudian merumuskan arti pentingnya pendidikan untuk wanita, bukan  
untuk menyaingi kaum laki-laki seperti yang diyakini oleh pejuang  feminisme 
dan 
emansipasi saat ini (sebenarnya lebih cocok disebut  sebagai westernisasi), 
namun agar para wanita lebih cakap menjalankan  kewajibannya sebagai Ibu. 
Kartini menulis dalam suratnya:
 
“Kami  disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan,  
bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu  menjadi 
saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami  yakin 
pengaruhnya 
yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih  cakap melakukan 
kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke  dalam tangannya: 
menjadi Ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”  [kepada Prof. Anton dan 
Nyonya, 4 Okt 1902]
 
Dan tidak hanya itu, pandangannya terhadap Barat pun berubah. Kartini menulis;
“Dan  saya menjawab, Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa  kami 
beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin  mengabdi 
kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah  kami sudah 
memuja orang dan bukan Allah” [kpd Ny. Abendanon, 12 Okt  1902]
 
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa  masyarakat Eropa itu 
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada  taranya. Maafkan kami, tetapi 
apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat  Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu 
menyangkal bahwa di balik hal yang  indah dalam masyarakat Ibu, terdapat banyak 
hal-hal yang sama sekali  tidak patut disebut sebagai peradaban?” [surat kepada 
Ny. Abendanon, 27  Okt 1902]
 
Kartini meninggal dalam usia muda 25 thn, empat hari setelah melahirkan 
putranya. Ia tak sempat belajar Islam lebih dalam.  Namun yang patut 
disayangkan, kebanyakan orang mengetahui Ibu Kartini  hanyalah sekedar sebagai 
pejuang emansipasi wanita. Banyak orang yang  nggak tahu perjalanan Kartini 
menemukan Islam dan perubahan pola  pikirnya.
 
Semoga tulisan ini dapat menggugah kita untuk  tahu lebih dalam tentang "IBU 
KITA KARTINI" (dalam upayanya mempelajari  Islam), daripada sekedar peringatan 
tahunan tanpa makna.
 
Abu Muhammad Herman
(Dari Majalah Elfata)
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=342475750174


 


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke