AL-FATTÂH, MAHA PEMBUKA KEBAIKAN DAN PEMBERI KEPUTUSAN

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

http://almanhaj.or.id/content/3605/slash/0/al-fattah-maha-pembuka-kebaikan-dan-pemberi-keputusan/

DASAR PENETAPAN
Nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang maha indah ini disebutkan dalam
firman-Nya:

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ
الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

Katakanlah: "Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi
Maha Mengetahui" [Sabâ/34:26].

Juga diisyaratkan dalam firman-Nya:
وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ

Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allâh sajalah kami
bertawakkal. Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami
dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya
[al-A'râf/7:89]

Berdasarkan ayat di atas, para ulama menetapkan nama al-Fattâh sebagai
salah satu dari nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang maha indah, seperti
Imam Ibnul Atsir rahimahullah [1] , Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah
[2] , Syaikh 'Abdur Rahmân as-Sa'di rahimahullah [3] , Syaikh Muhammad bin
Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah [4] , dan lain-lain.

MAKNA AL-FATTAH SECARA BAHASA
Ibnu Fâris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata yang benar dari nama
ini menunjukkan makna lawan kata dari menutup. Kemudian dari asal makna ini
diambil makna-makna lain dari kata ini, seperti menghukumi (memutuskan),
kemenangan dan kesuksesan [5] . Ulama lain, Al-Fairuz Abâdi rahimahullah
menjelaskan bahwa nama ini secara bahasa berarti al-hâkim (yang memutuskan
hukum) [6] . Sementara Ibnul Atsîr rahimahullah berkata: "(Arti nama Allâh)
al-Fattâh adalah Yang Membuka pintu-pintu rezeki dan rahmat bagi
hamba-hamba-Nya, ada juga yang mengatakan (artinya), Yang Maha Memberi
hukum di antara hamba-Nya"[7] .

PENJABARAN MAKNA AL-FATTAH
Dalam menjabarkan firman Allah Azza wa Jalla وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
(Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui) [8] yang memuat
nama al-Fattâh , Imam Ibnu Jarîr ath-Thabari rahimahullah berkata, "Allâh
(Dialah) Yang Maha pemberi keputusan hukum lagi Maha Mengetahui hukum (yang
tepat dan adil) di antara hamba-Nya, karena tiada sesuatu pun (dari keadaan
mereka) yang tersembunyi di hadapan-Nya, dan Dia tidak membutuhkan saksi
untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah"[9] .

Maka, makna al-Fattâh adalah Yang Maha Memutuskan hukum di antara
hamba-hamba-Nya dengan hukum-hukum dalam syariat-Nya, dan hukum-hukum
(ketetapan-ketetapan) dalam takdir-Nya, serta hukum-hukum al-jazâ' (balasan
amal perbuatan yang baik dan buruk), Yang Maha Membuka mata hati
orang-orang yang jujur (benar) dengan kelembutan-Nya, Membuka pintu hati
mereka untuk mengenal, mencintai dan selalu kembali (bertaubat) kepada-Nya,
Membuka pintu-pintu rahmat-Nya dan berbagai macam rezeki, serta memudahkan
bagi mereka sebab-sebab untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat. Allâh
Azza wa Jalla berfirman:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا
يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya
maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu
[Fâthir/35:2] [10] .

Secara lebih terperinci, Syaikh 'Abdur Rahmân as-Sa'di rahimahullah
menjelaskan makna nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang agung ini dengan
berkata, “al-Fattâh mempunyai dua arti:

Yang Pertama: kembali kepada pengertian al-hukmu (menghukumi/memutuskan),
(yaitu) yang memutuskan dan menetapkan hukum bagi hamba-hamba-Nya dengan
syariat-Nya, serta memutuskan perkara mereka dengan memberi ganjaran pahala
bagi orang-orang yang menaati-Nya dan (menimpakan) siksaan kepada
orang-orang yang berbuat maksiat, di dunia dan akhirat, berdasarkan firman
Allâh Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ
الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

Katakanlah: "Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi
Maha Mengetahui" [Sabâ'/34:26]

Dan firman-Nya:

رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ
الْفَاتِحِينَ

Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil)
dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya [al-A'râf/7: 89]

Ayat pertama (artinya) keputusan (hukum)-Nya bagi hamba-hamba-Nya pada hari
Kiamat, sedangkan ayat kedua (artinya keputusan/hukum-Nya) di dunia dengan
menolong (memuliakan) al-haq (kebenaran) dan penganutnya, serta merendahkan
kebatilan dan penganutnya, dan menimpakan berbagai macam siksaan kepada
mereka.

Arti yang kedua: Dialah yang membuka semua pintu-pintu kebaikan bagi
hamba-hamba-Nya, (sebagaimana) firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorang pun yang dapat menahannya” [Fâthir/35:2]

Dia-lah yang membuka (pintu-pintu) kebaikan dunia dan agama bagi
hamba-hamba-nya, dengan membuka hati-hati orang-orang yang dipilih-Nya yang
telah terkunci dengan kelembutan dan perhatian-Nya, dan menghiasi hati
mereka dengan pengetahuan tentang ketuhanan (tauhid dan pemahaman yang
benar terhadap nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha
sempurna) dan hakekat keimanan (kepada-Nya), yang (semua itu) akan
memperbaiki (menyempurnakan) kondisi (agama) mereka dan menjadikan mereka
istiqomah (tetap tegar) di atas jalan yang lurus.

Lebih khusus dari semua itu, sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla membukakan
pengetahuan tentang ketuhanan (tauhid dan pemahaman yang benar terhadap
nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna), kebaikan
rohani, cahaya (hati) yang terang, serta pemahaman dan perasaan yang benar
(terhadap agama-Nya) bagi orang-orang yang mencintai-Nya dan selalu
menghadapkan diri kepada-Nya Allâh Azza wa Jalla juga yang membukakan bagi
hamba-hamba-Nya pintu-pintu rezeki dan faktor-faktor untuk mendapatkannya.
Allâh Azza wa Jalla menyediakan bagi orang-orang yang bertakwa rezeki dan
cara-cara untuk memperolehnya tanpa disangka-sangka, Dia k menganugerahkan
kepada orang-orang yang bertawakkal (berserah diri kepada-Nya) lebih dari
apa yang mereka minta dan harapkan, memudahkan bagi mereka (mengatasi)
semua urusan yang sulit, dan membukan pintu-pintu (pemecahan masalah) yang
tertutup”[11] .

Berdasarkan penjabaran makna nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang maha indah
ini, kita mengetahui rahasia mengapa banyak para ulama yang memberi judul
karya tulis mereka dengan sifat Allâh al-fath[12] , karena mereka
memperhatikan makna nama yang agung ini, yang dengan itu mereka berharap
Allâh Azza wa Jalla akan membukakan pintu-pintu ilmu yang bermanfaat bagi
mereka dan memudahkan pemahaman yang benar dari ilmu yang mereka sampaikan
kepada umat ini [13] .

PEMBAGIAN SIFAT AL-FATH (MAHA MEMUTUSKAN/MENGHUKUMI ) MILIK ALLAH SUBHANAHU
WA TA’ALA
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata [14] :
Demikian pula al-Fattâh termasuk nama-nama-Nya (yang maha indah)
Dan al-fath dalam sifat-sifat-Nya ada dua macam:
Al-fath (yang berarti) menetapkan hukum, yaitu syariat Allâh
Dan al-fath (yang berarti menetapkan) ketentuan takdir, ini al-fath kedua
Ar-Rabb (Allâh Subhanahu wa Ta’ala) Maha Pemberi keputusan dengan dua arti
ini
Dengan keadilan dan kebaikan dari ar-Rahmân (Yang Maha luas rahmat-Nya)

Syaikh 'Abdur Rahmân as-Sa'di rahimahullah ketika menjelaskan bait-bait
syair di atas, beliau berkata: "al-Fattâh adalah al¬-Hakam (Maha Pemutus
hukum), al-Muhsin (Maha Pemberi kebaikan) dan al-Jawwâd (Maha Pemurah).
Sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala al-fath ada dua macam: Yang pertama:
(sifat) al-fath (yang berarti memutuskan) hukum dalam agama dan hukum
ganjaran (amal perbuatan manusia). Yang kedua: Dia Maha menentukan hukum
(ketetapan) takdir (bagi seluruh makhluk-Nya).

Maka (sifat) al-fath (memutuskan) hukum dalam agama adalah (ketentuan)
syariat-Nya (yang disampaikan-Nya) melalui lisan para Rasul-Nya Shallallahu
‘alaihi wa sallam (yang berisi) semua perkara yang dibutuhkan oleh
hamba-hamba-Nya (untuk mendekatkan diri kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala)
dan untuk tetap istiqomah (tegar) di atas jalan yang lurus. Adapun (sifat)
al-fath dalam hukum ganjaran (amal perbuatan manusia) adalah keputusan
(hukum-Nya) terhadap para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
penentang (dakwah) mereka, serta terhadap hamba-hamba yang dicintai-Nya dan
musuh-musuh mereka, dengan memuliakan dan menyelamatkan para Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pengikut mereka, dan menghinakan serta
menyiksa musuh-musuh mereka. Demikian pula keputusan dan hukum-Nya pada
hari Kiamat terhadap semua makhluk ketika ditunaikan (balasan) amal
perbuatan semua manusia.

Adapun (yang kedua), menentukan ketetapan takdir (bagi seluruh makhluk-Nya)
adalah (semua) ketetapan takdir (yang diberlakukan-Nya) terhadap semua
hamba-Nya, berupa kebaikan dan keburukan, manfaat dan celaka, serta
pemberian dan penghalangan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا
يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya
maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [Fâthir/35:2]

Dengan begitu, makna ar-Rabb (Allah) Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha
Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui, Dia membukakan bagi hamba-hamba-Nya
yang taat perbendaharaan anugerah dan kebaikan-Nya, serta membukakan bagi
musuh-musuh-Nya kebalikan dari itu, semua itu dengan keutamaan (rahmat) dan
keadilan-Nya"[15] .

PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ALLAH AL-FATTAH
Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menjadikan
seorang hamba selalu menghadapkan diri dan berdoa kepada-Nya semata-mata
agar Dia membukakan baginya pintu-pintu taufik, rezeki yang halal dan
rahmat-Nya, serta melapangkan dadanya untuk menerima segala kebaikan dalam
Islam. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ
رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ
أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allâh hatinya (untuk) menerima agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang membatu
hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya
untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata
[az-Zumar/39:22]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: "Pembukaan (pintu-pintu kebaikan
dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala) dan kelapangan dada (untuk menerima
kebaikan Islam) ini tidak ada batasnya (sangat luas), setiap Mukmin
mendapatkan bagian darinya. Bagian yang paling besar didapatkan oleh para
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian setelah mereka adalah para
wali (kekasih Allâh Subhanahu wa Ta’ala), kemudian para ulama, lalu
orang-orang awam dari kalangan kaum Mukminin. Hanya orang-orang kafir yang
tidak diberi bagian darinya oleh Allâh"[16] .

Termasuk dalam pengertian memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan
nama-Nya yang mulia ini, doa yang diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika masuk dan keluar dari masjid. Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian
masuk ke masjid maka hendaknya dia mengucapkan (doa):

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Ya Allâh, bukalah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu

Dan jika dia keluar (dari masjid) hendaknya dia mengucapkan (doa):

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ

Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu (anugerah) kebaikan
dari-Mu.[17]

Maka rahmat, kemuliaan dan kebaikan seluruhnya ada di tangan Allâh Azza wa
Jalla , Dia membukakan (pintu-pintu kebaikan) dan memudahkannya bagi siapa
yang dikehendaki-Nya, dan semua ini termasuk pengaruh positif dan
konsekuensi mengimani nama-nya yang mulia ini[18] .

PENUTUP
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua untuk semakin
bersungguh-sungguh dalam mengusahakan kesempurnaan iman kita kepada Allâh
Subhanahu wa Ta’ala, serta banyak berdoa memohon kepada-Nya agar Dia
membuka pintu-pintu rahmat kebaikan-Nya bagi kita, dengan menyebut nama-Nya
al-Fattaah.

Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allâh dengan
nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar
Dia memudahkan bagi kita untuk meraih semua kebaikan dan kedudukan mulia
dalam agama-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pembuka pintu-pintu kebaikan lagi
Maha Mengetahui.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. An-Nihâyah fi Gharîbil Hadîtsi wal Atsar 3/771
[2]. Dalam syair beliau an-Nûniyyah kutipan dari al-Haqqul WâdhihulMubîn
hlm. 44
[3]. Tafsîru Asmâ-illâhil Husnâ hlm. 67
[4]. al-Qawâ-'idul Mutslâ hlm. 41
[5]. Mu'jamu Maqâyîsil Lughah 4/375
[6]. al-Qâmus al-Muhîth hlm. 298
[7]. an-Nihâyah fi Gharîbil Hadîtsi wal Atsar 3/771.
[8]. Sabâ/34 :26
[9]. Jâmi'ul Bayân fî Ta'wîlil Qur'ân 20/405
[10]. Keterangan Syaikh 'Abdur Rahmân as-Sa'di dalam kitab Taisîrul Karîmir
Rahmân hlm. 947
[11]. Fathur Rahîmil Malikil ‘Allâm hlm. 48
[12]. Seperti kitab Fathul Bâri karya Imam Ibnu Rajab, juga karya Ibnu
Hajar, Fathul Qadîr karya Imam asy-Syaukâni, Fathul Majîd karya Syaikh
‘Abdur Rahmân bin Hasan, Fathu Rabbil Bariyyah” karya Syaikh Muhammad
al-‘Utsaimin, dan lain-lain.
[13]. Lihat catatan kaki kitab Fiqhul Asma-il Husnâ hlm. 123
[14]. Nukilan dari al-Haqqul Wâdhihul Mubîn hlm. 44
[15]. al-Haqqul Wâdhihul Mubîn hlm. 44-45
[16]. Dinukil oleh Syaikh 'Abdur Razzâq al-Badr dalam Fiqhul Asmâ al-Husna
hlm. 125
[17]. HR. Muslim no. 713
[18]. Fiqhul Asmâ al-Husna hlm. 124-125

Kirim email ke