From: sofie...@yahoo.com
Date: Fri, 15 Feb 2013 00:14:23 +0000 



Assalaamu'alaikum.
Barokallahu fikum.
Afwan, kalau menjual software dan hardware atau alat-alat kebutuhan Bank 
Konvensional / Syariah / Baitul Maltaq / koperasi Syariah.
Bagaimana hukum nya dan kami harus. Bagaimana di tinggalkan sama sekali
Atau yang syariahnya saya walaupun cara perhitungan di software kami sama saja 
hanya beda bunga dan bagihasil. 
syukron jazaakumullahu khoir.
Ferry
Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
Menjual software dan hardware untuk bank ribawi, tidak diperbolehkan.
 
6. Termasuk jual beli yang dilarang ialah, menjual barang yang dimanfaatkan 
oleh pembeli untuk sesuatu yang haram.
Jika seorang penjual mengetahui dengan pasti, bahwa si pembeli akan menggunakan 
barang yang dibelinya untuk sesuatu yang diharamkan, maka akad jual beli ini 
hukumnya haram dan bathil. Jual beli seperti ini termasuk tolong-menolong dalam 
perbuatan dosa dan permusuhan. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ 
وَالْعُدْوَانِ 

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan 
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. [Al Maidah :2].

Misalnya seseorang yang membeli anggur atau kurma untuk membuat khamr, membeli 
senjata untuk membunuh seorang muslim, menjual senjata kepada perampok, para 
pemberontak atau kepada pelaku kerusakan. Begitu juga hukum menjual barang 
kepada seseorang yang diketahui akan menggunakannya untuk mendukung sesuatu 
yang diharamkan Allah, atau mengunakan barang itu untuk sesuatu yang haram, 
maka seorang pembeli seperti ini tidak boleh dilayani.
Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2979/slash/0/jual-beli-yang-dilarang-dalam-islam/
 
B.Definisi Riba
Ar-Riba -isim maqshur- diambil dari kata rabaa - yarbuu, se-hingga ditulis 
dengan alif ar-ribaa ( اَلرِّبَا ).
Ar-riba asal maknanya adalah az-ziyadah (pertambahan) baik pada dzat sesuatu 
itu sendiri, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ 
“…Hiduplah bumi itu dan suburlah...” [Al-Hajj: 5]

Dan bisa juga (pertambahan itu) terjadi pada pertukaran seperti satu dirham 
dengan dua dirham.

Hukum Riba
Riba hukumnya haram menurut al-Kitab, as-Sunnah dan ijma’ umat. 
Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ 
الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ 
مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا 
تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa 
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu 
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah dan 
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), 
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” 
[Al-Baqarah: 278-279]

Allah berfirman:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي 
يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti 
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” 
[Al-Baqarah: 275]

Allah juga berfirman:

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” [Al-Baqarah: 276] [1]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
bersabda:

اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ 
قَالَ: اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ 
إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي 
يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِِ.

“Jauhilah oleh kalian tujuh (perkara) yang membinasakan.” Para Sahabat 
bertanya, “Apa itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, 
sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan cara yang haq, memakan 
riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menu-duh wanita 
yang suci bersih lagi beriman (dengan perzinaan).” [2]
Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/1647/slash/0/r-i-b-a/
 
Wallahu Ta'ala A'lam



                                          

Kirim email ke