> From: idaneptuniasu...@yahoo.com
> Date: Fri, 10 May 2013 06:51:50 +0000
> Bismillah, ana ingin bertanya,apakah bila kita sdh berwudhu dan bersentuhan 
> dengan mahrom apakah batal? Hadits? Mhn bantuan info nya..
> Syukron
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
Tidak ada dalil yang shahih dan sharih (yang secara gamblang menjelaskan) bahwa 
bersentuhan kulit antara lelaki dan wanita itu membatalkan wudhu’. Yang ada 
dalam riwayat justru yang mengisyaratkan bahwa bersentuhan itu tidak 
membatalkan wudhu'.
 
Pertanyaan.
Bârakallâhu fîkum. Menyentuh atau tersentuh wanita, tidak membatalkan wudhu. 
Apakah ini umum pada semua wanita, baik yang muslimah atau yang kafir, mahram 
atau bukan mahram ? 0852786XXXX

Jawaban
Ya, umum mencakup semua wanita. Karena memang tidak ada dalil yang shahih dan 
sharih (yang secara gamblang menjelaskan) bahwa bersentuhan kulit antara lelaki 
dan wanita itu membatalkan wudhu’. Yang ada dalam riwayat justru yang 
mengisyaratkan bahwa bersentuhan itu tidak membatalkan wudhu', sebagaimana 
kisah 'Aisyah Radhiyallahu anuhma yang memegang tumit Rasulullah ketika beliau 
Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang shalat. Seandainya bersentuhan itu 
menyebabkan batal, tentu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghentikan 
shalatnya dan berwudhu' kembali. Tetapi bukan berarti menyentuh wanita yang 
bukan mahram itu boleh. Ini permasalahan yang lain. Hukum menyentuh wanita yang 
bukan mahramnya adalah haram.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ 
مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ

Sungguh kepala seseorang dari kamu ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi 
lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya [1]

Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2668/slash/0/beradzan-tetapi-shalat-di-tempat-lain-pembatas-shaf-pria-dan-wanita-menyentuh-wanita/
 
 SUAMI ISTERI APAKAH TERMASUK MAHRAM?

Pertanyaan
Ana ingin bertanya, apa definisi muhrim? Apakah suami isteri itu muhrim? Apakah 
bersentuhan antara suami isteri membatalkam wudhu? Mohon jawaban disertai 
haditsnya. Syukran. 0858552xxxxZ

Jawaban.
Pertanyaan Anda perlu diperjelas maksudnya. Muhrim dalam istilah syari'at 
adalah orang yang menunaikan ihram haji atau umrah. 

Tampaknya maksud pertanyaan Anda adalah mahram bukan muhrim. Bila mahram, maka 
pengertiannya adalah orang-orang yang diharamkan dinikahi oleh seorang 
laki-laki. Mereka ini ialah orang-orang, sebagaimana yang telah disampaikan 
Allah dalam firmanNya, surat an Nisaa`/4 ayat 22-24 :

وَلَا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۚ 
إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلًا حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ 
أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ 
وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ 
وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ 
اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ 
لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ 
أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ 
الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا 
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۖ كِتَابَ 
اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَٰلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا 
بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ ۚ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ 
مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا 
تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا 
حَكِيمًا 

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, 
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji 
dan dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas 
kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang 
perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang 
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak 
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; 
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu 
yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu 
belum campur dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak 
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu 
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, 
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun 
lagi Maha Penyayang, Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, 
kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai 
ketetapanNya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) 
mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka 
isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campur) di antara mereka, berikanlah 
kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah 
mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu terhadap sesuatu yang kamu telah 
saling merelakannya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 

Dengan demikian, maka suami tidak termasuk yang diharamkan menikahinya dalam 
pengertian ini. 

Kemudian tentang hukum suami-isteri bersentuhan apakah membatalkan wudhu? 

Tentang masalah ini, yang rajih (kuat) adalah pendapat yang menyatakan, tidak 
batalnya wudhu` seseorang disebabkan bersentuhan dengan wanita atau lelaki yang 
bukan mahram. Demikian ini pendapat madzhab Abu Hanifah, dan dirajihkan Ibnu 
Taimiyah, Ibnu 'Utsaimin [1] dan Musthafa al 'Adawi, [2] dengan dasar tafsir 
Ibnu 'Abbas terhadap firman Allah dalam surat al Maidah ayat 6 :

أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ 

[pengertiannya adalah jima' (berhubungan suami istri)]. Hal ini dikuatkan 
dengan hadits berikut ini : 

1. Hadits 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata : 

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنْ 
الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي 
الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ 
مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا 
أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Aku kehilangan Rasulullah dari tempat tidurku. Lalu aku mencarinya, dan 
tanganku menyentuh bagian bawah telapak kaki beliau yang sedang bersujud …[3] 

2. Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
وَرِجْلَايَ فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ 
فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا قَالَتْ وَالْبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا 
مَصَابِيحُ

Aku, dulu pernah tidur di depan Rasulullah, dan kedua kakiku di bagian kiblat 
beliau. Apabila beliau sujud, maka beliau menyentuhku, lalu aku menekuk kedua 
kakiku. Dan bila beliau bangkit, maka aku luruskan lagi. Waktu itu rumah-rumah 
tidak ada lampu penerangnya. [4] (dalam riwayat an Nasaa-i disebutkan :

إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ مَسَّنِي بِرِجْلِهِ

(Apabila beliau ingin witir, maka beliau menyentuhku dengan kakinya). 

Demikianlah pendapat yang rajih. Wallahu a'lam.
 
Selengkapnya baca di  
http://almanhaj.or.id/content/1964/slash/0/membuka-jilbab-di-depan-ahli-kitab-suami-isteri-apakah-termasuk-mahram/
 
Silakan baca juga : BERSENTUHAN KULIT MEMBATALKAN WUDHU'? 
http://almanhaj.or.id/content/2163/slash/0/seruan-hayya-alal-falah-juga-untuk-wanita-bersentuhan-kulit-membatalkan-wudhu/
 
 
Wallahu Ta'ala A'lam 
 
 
                                          

Kirim email ke