mengutip artikel berikut:

 

Bisnis makam (memorial park), terutama di Jakarta, memang sedang menjadi perhatian pengembang. Luas tanah makam di ibu kota sekarang 581,21 hektare. Dari lahan seluas itu, hanya sekitar 401,7 hektare yang bisa dipakai. Yang repot, saat ini lebih 85 persen sudah ada penghuni kuburnya. Karena itu, kalau memilih mati di Jakarta, sangat sulit mendapat kavling dan harganya mahal.

 

sepertinya hidup ini memang tidak hanya mempersiapkan warisan tujuh turunan buat kgenerasi berikutnya tapi juga buat diri sendiri agar di kemudian hari bisa beristirahat dengan tenang. orang kaya di indonesia itu memang unik. andaikan setiap orang kaya bisa membeli tanah seluas lapangan golf untuk dijadakan makam keluarga pribadi, maka  tanah air indonesia ini memang akan menjadi negeri kuburan.

 

kalau penduduk di negeri ini mau meniru umat hindu di bali yang mengenal sistem ngaben, membuat jumlah tanah kuburan desat adat di bali dari tahun ketahun jumlahnya konstan. tanah-tanah lainnya bisa dijadikan sebagai areal persawahan produktif sebagai sumber mata pencaharian hidup di dunia nyata ini.


===============

 

http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10428

 

Ketika Orang-Orang Kaya Menyiapkan ”Rumah” Masa Depan


Pindahkan Jenazah Orangtua ke Makam Rp 4 Miliar
Ketika mencari makam di kota besar seperti Jakarta makin susah dan mahal, para pengembang pun menangkap peluang. Mereka berlomba membangun kompleks makam dengan konsep baru. Desain kuburan yang mereka buat tak lagi angker, tapi bisa jadi tempat rekreasi.

ERI IRAWAN, Jakarta

 

PENYAIR besar Angkatan 45, Chairil Anwar, suatu kali pernah menulis puisi yang membuat semangat juang setiap orang Indonesia menggelegak. Puisi berjudul Karawang-Bekasi itu begitu hebatnya, sehingga dulu sering dilombakan tiap acara peringatan 17 Agustus. Namun, bait terakhir puisi itu menjadi relevan dengan masalah aktual warga ibu kota sekarang.

 

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

 

Saat menulis puisi itu, Chairil memang tidak meramal tentang masa depan. Namun, kenyataannya, saat ini lahan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang berbukit-bukit menjadi tempat ideal sebagai peristirahatan terakhir. Para developer besar, seperti PT Lippo Karawaci, PT Alam Hijau Lestari (sebagian sahamnya dimiliki Malaysia), dan PT Permata Bumi Kencana, sangat agresif memasarkan kavling makam mereka.

 

Bisnis makam (memorial park), terutama di Jakarta, memang sedang menjadi perhatian pengembang. Luas tanah makam di ibu kota sekarang 581,21 hektare. Dari lahan seluas itu, hanya sekitar 401,7 hektare yang bisa dipakai. Yang repot, saat ini lebih 85 persen sudah ada penghuni kuburnya. Karena itu, kalau memilih mati di Jakarta, sangat sulit mendapat kavling dan harganya mahal.

 

Grup Lippo rupanya sadar tentang hal ini. Karena itu, lewat anak perusahaannya, PT Lippo Karawaci, kini membangun San Diego Hills di Karawang. Tak tanggung-tanggung, Lippo menyiapkan lahan sekitar 500 hektare atau lebih luas daripada luas seluruh makam umum kepunyaan Pemda DKI Jakarta.

 

Seperti yang disaksikan Jawa Pos, sepintas tak ada yang istimewa di San Diego Hills yang berlokasi sekitar satu jam perjalanan dari ibu kota. Pintu masuk dikelilingi pagar hitam renggang-renggang yang tak cukup tinggi (sekitar satu meter). Hanya ada pos penjaga sederhana, tak ada hiasan gapura besar.

 

Dari pintu masuk, bangunan-bangunan utama San Diego Hills (SDH) yang terpancang kukuh sudah tampak dari kejauhan. Taman yang indah, sabana yang luas, sejumlah patung artistik menghiasi sejumlah sudut bangunan. Danau buatan yang diberi nama Lake Angeles seluas 8 hektare menambah keindahan kawasan ini.

 

Kontur asli kawasan tersebut yang berlembah dan berbukit dipertahankan, hanya dipercantik dengan merapikan dan memancangkan sejumlah tanaman baru. "Total nilai investasi yang kami siapkan Rp 10 triliun," kata Direktur San Diego Hills Suziany Japardy kepada Jawa Pos.

 

Alih-alih kesan angker dan sedih seperti yang ada di pemakaman umum, SDH dibangun dengan konsep tentang keindahan dan keceriaan. Di sela-sela berziarah, pengunjung bisa menikmati fasilitas family center. Di bangunan melingkar yang di tengahnya terdapat taman tersedia toko bunga dan berbagai buah tangan.

 

"Orang Timur kan kalau berziarah biasanya satu keluarga, juga bawa anak-anak kecil. Jadi, ini ziarah sekaligus rekreasi," kata Head of Corporate Communication Lippo Karawaci Danang K. Jati.

 

Ada dua kluster pemakaman seluas 25 hektare yang sudah diluncurkan SDH. Yaitu, Garden of Creation yang bernuansa Kristiani dan dan Raudhatul Jannah (Taman Surga) atau Heavenly Garden yang bernuansa Islami.

 

Nama makam Raudhatul Jannah sendiri diberikan oleh Habib Hussein Mulachela yang mengelola pondok pesantren di Bogor, Jawa Barat. Lewat sang habib pula, para pembeli kluster makam Islam itu bisa mendapat layanan konsultasi tentang cara memakamkan yang Islami.

 

Menurut Suziany, dari dua kluster itu sudah laku 9.000 unit makam (sekitar 40 persen kluster Raudhatul Jannah). "Harganya bervariasi," kata Suziany.

 

Mayoritas pembelian "lubang kubur" itu dengan cara pre-need alias kavling itu dibeli untuk persiapan (sebelum meninggal). Bahkan, bisa jadi untuk investasi karena harga jualnya terus naik. Yang dibeli langsung dan dipakai (at need) hanya 236 lubang makam.

Mayoritas pembeli adalah warga ibu kota dan Jawa Barat. Tak sedikit pula pengusaha yang membeli beberapa kavling untuk memindahkan makam keluarga di sejumlah daerah, seperti di Jateng dan Jatim.

 

Makam orang tua bos Grup Lippo, Mochtar Riady, yang semula di Malang, Jawa Timur, juga dipindahkan di SDH. Saat ini ada satu kompleks pemakaman khusus keluarga Riady. "Namanya Riady Heritage," katanya.

 

Suziany mengakui, yang paling laris adalah kompleks pemakaman untuk keluarga. "Orang minimal membeli 20 meter persegi," jelasnya.

 

Untuk lokasi makam keluarga itu, kata Suziany, ada satu kawasan paling mahal. Karena berada di bukit paling atas, lokasi itu disebut Peak of the Peak. Harganya Rp 27 juta per meter persegi. "Ada satu lokasi seluas 200 meter persegi itu sudah terjual," katanya.

Menurut dia, kavling makam yang dilepas -setelah dikurangi diskon- dengan harga Rp 4 miliar itu dibeli pengusaha Jakarta untuk pemakaman keluarganya. "Jenazah bapak dan ibunya yang dimakamkan di Solo sudah dipindahkan ke sini dengan menggunakan helikopter," ujarnya.

 

Rencananya tahun ini dibangun kluster lagi yang bernuansa etnis Tionghoa dengan nama Garden of Prosperity and Joy (Taman Kebahagiaan dan Kemakmuran) atau Bai Fu Le Yuan. "Arsiteknya langsung dari Shanghai," imbuhnya.

 

Kluster baru itu, kata dia, seluas 25,2 hektare yang terdiri atas tiga mansion. Yaitu, Diamond Mansion, Pearl Mansion, dan Jade Mansion. Yang akan diluncurkan pertama adalah Diamond Mansion. "Kami optimistis kluster itu akan terjual habis dalam waktu cepat," jelasnya.

 

Harga makam di Garden Prosperity and Joy bervariasi. Harga jual kluster baru ini paling murah Rp 4 juta per meter persegi. Bahkan, harga itu bisa mencapai miliaran rupiah. Mahal tidaknya didasarkan pada lokasi feng shui. "Semua bergantung pesanan pembeli."

 

Kompleks makam itu memiliki berbagai macam fasilitas, mulai restoran, ruang seminar, workshop, tempat pernikahan, hingga gedung serbaguna yang diberi nama Heavenly Dome. Gedung ini memiliki lengkungan di tengah mirip kubah masjid. Menurut arsitek SDH, Achmad Syah Fauzi, idenya datang dari Masjid Biru di Istanbul, Turki.

Di gedung serbaguna itu, sudah dua kali pernikahan dilangsungkan. Tarifnya? "Sewanya Rp 15 juta per dua jam, hanya untuk tempat," kata Suzi.

 

Pasangan Andri Susanto dengan Susilia Mardianni melangsungkan pernikahan di tempat tersebut pada 7 Juli 2007 lalu. Susilia ketika dihubungi Jawa Pos mengaku ingin memberi kesan unik dan tak terlupakan pada momen pernikahannya. "Pernikahan itu kan sekali seumur hidup, jadi harus berkesan, dong," katanya.

 

Perempuan kelahiran 16 Oktober 1982 itu mengakui, dulu beberapa kerabat dekatnya kaget ketika tahu pernikahannya bakal dihelat di pemakaman. "Saya ingin mengubah kesan itu. Kita ke makam tidak untuk berduka, tapi untuk bersuka cita," kata karyawati perusahaan swasta itu.

 

Lantas, bagaimana model pembeliannya? Suziany menjelaskan, konsumen bisa membeli dengan dua cara. "Bisa beli pre-need dan at need. Tinggal pilih lokasinya, harga per meter perseginya, kemudian langsung bayar. "Bayar sekali saja di muka. Tak ada lagi biaya perawatan."

 

Setiap lubang makam itu dilengkapi sertifikat hak milik yang diberi nama Surat Kolektif Kepemilikan Makam. Kalau tidak bisa bayar kontan, konsumen juga bisa mengangsur. Bahkan, ada pengembang yang menawarkan KPK. Bukan singkatan Komisi Pemberantasan Korupsi, tapi kredit pemilikan kuburan. Beberapa bank sudah berani membiayai kredit yang masih langka ini. (el)



Lesen Sie Ihre E-Mails jetzt einfach von unterwegs mit Yahoo! Go. -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators : Berlangganan : Henti Langgan :

Kirim email ke