Dear netters,

Bagaimana bila hal ini sudah terjadi ...apa yang harus dilakukan ?? dan  apa
penanggulangannya ? Dokter mana yang bagus utk menangani hal ini ??

Soalnya anak saya Nadine selalu minta dikorek kupingnya apalagi kalo lagi
ngantuk.. dan  hal itu setiap  hari terjadi. Ia akan nangis kalo ngga
dituruti dan akan semakin ia korek kupingnya pakai tangan dengan
keras-keras. 
Thanks a lot.

Best Regards,

RATNA SAYANGBATI-M
ASURANSI ASTRA BUANA, PT
Ph: 021-75900800 ext. 4212
Fax : 021-75900910
e-mail : [EMAIL PROTECTED]


        -----Original Message-----
        From:   Arif Wibowo [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
        Sent:   09 10 2002 12:08
        To:     [EMAIL PROTECTED]
        Subject:        [balita-anda] Bahaya Membersihkan Telinga

        Dear netters, sekedar sharing informasi yang saya dapatkan dari
rekan sekantor saya...
        Maaf bagi yang sudah pernah membaca

        Jangan Sembarang Bersihkan Telinga

        Media Indonesia

        Ny WATI kaget ketika ia dihardik oleh suaminya saat sedang
membersihkan
        telinga Wahyu, putra mereka yang baru berusia dua tahun. "Apa yang
salah
        dengan membersihkan telinga anak?" ujar Ny Wati, "Setiap pagi saya
bersihkan
        telinga si Wahyu." Mendengar pengakuan itu, sang suami makin berang.
"Sering
        dibersihkan, justru memberi peluang penyakit masuk!" ujar suaminya.

        Boleh jadi, bukan hanya Ny Wati, banyak para ibu yang suka
membersihkan
        telinga anaknya. Dengan harapan agar telinga sang anak selalu
bersih. Tapi,
        tahukan Anda. Bahwa tahi telinga berupa minyak yang berada di
seputar liang
        telinga itu justru melindungi telinga dari kemungkinan penyakit yang
masuk.

        Dari sekian banyak kasus infeksi telinga pada anak, sebagian
disebabkan oleh
        keteledoran orang tua si anak itu sendiri. "Membersihkan kotoran
telinga
        sebenarnya cukup sebatas daun telinga saja, tidak perlu sampai ke
dalam
        liang telinga," ujar dr Entjep Hadjar, seorang ahli telinga, hidung,
        tenggorokan (THT) dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

        Bila kita amati, pada sekitar sepertiga bagian luar liang telinga
selalu
        tampak basah oleh sejenis minyak atau serumen. Serumen ini
sebenarnya bagian
        dari sistem telinga kita dalam mempertahankan diri dari masuknya
kotoran,
        debu, bahkan serangga kecil seperti nyamuk.

        Kulit liang telinga luar itu terus-terusan memproduksi serumen,
berwarna
        kuning kecokelatan. Cairannya kadang mengalir tanpa terasa ke
cekungan di
        daun telinga bagian bawah. Itu mudah dibersihkan ketika kita mandi.

        Celakanya, orang sering cenderung membersihkan liang telinga hingga
ke
        bagian dalamnya dengan berbagai alat yang sangat beragam. Dari
berupa cotton
        bud, korek kuping, hingga ada juga yang menggunakan bulu unggas dan
bahkan
        bagian bawah peniti.

        Bagi telinga orang dewasa, mungkin tidak terlalu mengandung risiko
karena
        telinga orang dewasa cenderung lebih 'dalam'. Tapi untuk bocah
balita,
        apalagi bayi, ini memberi risiko yang sangat besar.

        Pertama, pembersihan dengan apa pun akan menimbulkan rangsangan kuat
pada
        kulit liang telinga, karena di sana terdapat saraf-saraf rasa yang
peka.
        Rangsangan tersebut justru akan mendorong kelenjar serumen
berproduksi lebih
        banyak, dan ini justru akan mengakibatkan gangguan yang kurang baik
bagi
        telinga.

        Saat membersihkan liang telinga, tidak jarang kotoran berupa minyak
yang
        telah bercampur dengan debu yang 'ditangkapnya' justru akan
terdorong masuk
        ke bagian yang lebih dalam di sekitar gendang telinga. Dengan
frekuensi yang
        berulang, kotoran itu kemudian terkumpul dan membatu, dan dalam
kondisi
        tertentu justru dapat menutup dan menghalangi gendang telinga untuk
        menangkap getaran suara dari luar.

        Dalam kondisi itu, anak biasanya akan merasa terganggu
pendengarannya.
        Telinga pun terasa gatal, dan anak cenderung mengorek sendiri
telinganya.
        Karena tidak mengerti, cara itu malah bisa melukai gendang telinga
dan
        menimbulkan infeksi sampai bernanah alias congek yang dikenal dengan
istilah
        otitis media.

        Pada kasus ini, bila telinga tersumbat sebelah bisa mengakibatkan
pusing,
        kepala serasa berputar, dan vertigo.

        Langkah terbaik apabila ada kotoran mengeras di liang telinga,
segera bawa
        ke dokter. Umumnya, dokter akan memberi obat tetes pemecah kotoran
berupa
        karbol gliserin 10%. Kemudian, kotoran disemprot agar keluar.
Biasanya
        disertai dengan pemberian antibiotika untuk mencegah bakteri yang
mungkin
        menghuni luka akibat iritasi.

        Didominasi anak-anak

        Penyebab sakit telinga lainnya adalah berupa infeksi yang disebabkan
jamur
        atau bakteri. Angka kasus didominasi oleh anak-anak balita antara
usia dua
        hingga 10 tahun. Atau karena kelainan kulit di belakang telinga
karena
        reaksi alergi.

        Perlu diperhatikan bila anak-anak menunjukkan tanda-tanda seperti
telinga
        agak berwarna kemerahan, seperti terjadi pembengkakan. Mereka
biasanya
        mengeluh sakit yang amat sangat saat rahang mereka digerakkan untuk
        mengunyah makanan, atau saat daun telinga ditarik atau ditekan di
sekitar
        daun telinganya.



        Penyakit telinga umumnya disebabkan oleh bakteri Pneumococcus
haemophilus.
        Anak-anak sangat mudah diserang bakteri ini karena pipa eustachinya
(yang
        menghubungkan tenggorokan dengan bagian telinga tengah) lebih pendek
        dibandingkan dengan orang dewasa.

        Gejala yang paling jelas adalah keluarnya cairan kental berwarna
kekuningan.
        Itu menunjukkan bahwa telah terjadi infeksi di dalam telinganya.
Kemungkinan
        besar, gendang telinganya telah sobek. Dalam kondisi ini, amatlah
salah
        apabila melakukan pembersihan sampai ke dalam. Mestinya Anda
beruntung,
        karena cairan mengalir keluar, dan jangan justru sampai terdorong
kembali ke
        dalam saat Anda membersihkannya.

        Jadi, jangan terlalu khawatir apabila menemukan ada telinganya
mengeluarkan
        congek. Gendang telinga yang sobek pada anak akibat infeksi biasanya
sembuh
        kembali, dengan pertolongan (operasi) dokter. Tapi, langkah
pengobatan ke
        dokter jangan dilakukan pada saat kondisi sudah terlalu parah karena
bisa
        mengakibatkan tuli permanen, atau sampai pada kondisi terjadi
peradangan
        tulang belakang telinga (mastoiditis), bahkan infeksi menjalar ke
selaput
        otak (meningitis).

        Sekali ini terjadi, sang anak akan sulit untuk bisa berprestasi,
karena
        telinga vital dalam proses anak menerima pelajaran dari sekolah,
maupun
        dalam pergaulannya.

        Infeksi yang terjadi di rongga telinga tengah bisa juga merupakan
komplikasi
        dari gangguan kesehatan lain, seperti batuk-pilek atau infeksi
saluran
        pernapasan bagian atas pada anak-anak. Virus atau bakteri dari
hidung dan
        tenggorokan bisa mencapai rongga telinga tengah melalui saluran
kecil yang
        disebut pipa eustachi, dan kemudian menghuni di sana, menyebabkan
infeksi.

        Penyakit pilek terkadang mengganggu telinga karena pipa eustachi
yang
        menghubungkan tenggorok, telinga tengah, dan hidungnya mengalami
peradangan
        dan terjadi penyumbatan. Karena itu, saat menderita pilek berat
sebaiknya
        menghindari kondisi-kondisi di mana penyakit telinga berpotensi
untuk
        progresif.

        Misalnya berenang, apalagi menyelam, karena tekanan air terhadap
atmosfir di
        dalam rongga telinga bisa mengakibatkan tekanan yang menyebabkan
pecahnya
        gendang telinga yang sudah terinfeksi. Sebaiknya juga mencegah
perjalanan
        lewat udara, karena di ketinggian tertentu terjadi tekanan yang
lebih kuat
        pada rongga telinga.

        Kasus penyakit telinga lainnya adalah akibat masuknya benda asing ke
dalam
        saluran pendengaran. Karena itu, para orang tua disarankan untuk
tidak
        membiarkan anak mereka bermain dengan benda-benda kecil seperti
biji-bijian,
        kelereng berukuran kecil, atau peluru pistol-pistolan yang bisa saja
secara
        sengaja atau tidak masuk ke liang telinga mereka.

        Benda-benda semacam itu bisa menyebabkan dorongan pada gendang
telinga bila
        terlanjur masuk dan bahkan terdesak lebih dalam ketika anak
tersebut, bahkan
        orang tuanya, berusaha mengeluarkannya. Atau, bisa pula benda itu
menekan
        kedudukan tulang pendengaran. Segera hubungi dokter bila hal itu
terjadi.

        Jenis penyakit telinga lain yang paling ditakuti adalah tuli
mendadak.
        Diakibatkan oleh serangan virus yang menyebabkan berkurangnya aliran
darah
        ke organ-organ pendengaran.

        Dalam orasi ilmiahnya di Jakarta beberapa pekan lalu, guru besar
FKUI bidang
        THT, Hendarto Hendarmin, mengungkapkan bahwa hingga 1996 belum ada
angka
        jumlah kasus masalah pendengaran di Indonesia. Selain itu, juga
belum ada
        program pemerintah yang signifikan dalam menunjang kesehatan telinga
bagi
        seluruh rakyat Indonesia. Memang, pernah ada program Upaya Kesehatan
Telinga
        dan Pencegahan Gangguan Pendengaran (UKT-PGP) pada 1998, tapi kurang
        memasyarakat.

        Hendarto sendiri pernah melakukan survei mengenai masalah kesehatan
organ
        pendengaran ini terhadap tujuh provinsi seperti di Sumatra Barat,
Sumatra
        Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan, dan
        Sulawesi Utara. Survei yang dilakukan selama tiga tahun (1994-1996)
tersebut
        meliput sebanyak 19.375 responden di 140 desa pada 70 kecamatan di
35
        kabupaten.

        Berdasarkan survei tersebut diperoleh angka prevalensi morbiditas
THT
        sebesar 38,6%, dengan kasus telinga 18,5%, hidung 12,1%, tenggorokan
7,9%,
        dan lain-lain 0,1%.

        Khusus mengenai prevalensi morbiditas masalah pendengaran, diperoleh
angka
        penyakit telinga luar 6,8%, telinga tengah 3,9%, presbikusis 2,6%,
tuli
        ototoksik 0,3%, tuli mendadak 0,2%, dan tuli kongenital sebesar
0,1%. Plus
        data gangguan kehilangan pendengaran total 16,8% dan ketulian
sebesar 0,4%.

        Yang paling memprihatinkan, sebagian besar masyarakat rata-rata
masih
        sedikit sekali pengetahuannya tentang kesehatan telinga, karena
memang belum
        pernah ada langkah penyuluhan atau kampanye pengenai kesehatan
telinga.

        Misalnya, Bu Mimin, seorang penduduk Desa Cipetir, Kab Bogor, tidak
merasa
        penting untuk membawa segera ke dokter anaknya yang berusia tiga
tahun yang
        menderita congek. "Nanti juga sembuh sendiri, kakak-kakaknya juga
dulu
        begitu," katanya. Nah!

        Berdasarkan survei pihak Depkes 1993-1999 di tujuh provinsi, Dr dr
Jenny
        Bashiruddin SpTHT mengungkapan bahwa angka kesakitan telinga hidung
        tenggorokan (THT) mencapai 36,8%. "Penyakit telinganya mencapai
18,5%,"
        jelasnya.

        Dari penyakit gangguan telinga, tertinggi adalah gangguan
pendengaran yang
        tercatat sebesar 16,8%, sedangkan hasil survei ketulian tercatat
0,4%.
        Dokter spesialis THT yang praktik di RS Khusus THT Proklamasi ini
        menambahkan penyakit telinga dibagi lagi ke dalam tiga kelompok.
Penyakit
        telinga bagian luar sebesar 6,8%, penyakit telinga tengah 3,9%,
gangguan
        pendengaran pada usia tua 2,6%, sedangkan penyakit telinga
disebabkan
        lainnya mencapai 0,3%. (Usp/berbagai sumber)

        
---------------------------------------------------------------------

        >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan?
Klik, http://www.indokado.com/

        >> Info balita, http://www.balita-anda.com

        >> Stop berlangganan, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
        

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke