Rasanya, ini juga cocok banget buat Ibu yg bekerja, yg ngerasa berat banget
ninggalin anak (tapi harus krn keadaan), yg capenya lebih cape dari baby
sitter (krn nggak ada istirahat dari pagi sampe sore kerja di kantor, sampe
rumah "kerja" lagi ngurus anak sampe pagi lagi-meski cape, tapi kalo buat
anak....nggak ada kata cape), yg juga nggak pernah lupa sedetikpun dimanapun
dia berada.

Mudah2an anak2 kita tau bahwa yg dilakukan orang tuanya, sepenuhnya untuk
mereka. Insya Allah, meski sedikit sekali waktu kita b'sama mereka, mereka
akan tau Cinta kita. Amin.

Sendi

----- Original Message -----
From: "Ella" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, October 11, 2002 4:42 PM
Subject: Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah


> De..
> Bagus banget, aku sampai "berkaca-kaca" ngebacanya. Inget suamiku, yang
> memang kadang ketemu sikecil cuma sebentar-sebentar.
>
> Thank you and regards,
> Ella
>
> email address: [EMAIL PROTECTED]
>
> ----- Original Message -----
> From: "Dede" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Friday, October 11, 2002 4:22 PM
> Subject: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah
>
>
> > Maafkan Aku, Ayah
> >
> >
> >
> > Sewaktu usiaku belum lima tahun, aku hampir tak pernah mengenalnya.
> > Bukan karena usiaku yang belum bisa mengenal secara detail siapapun,
tapi
> > lebih
> > karena pria ini hampir tidak pernah kujumpai. Kecuali sesekali di hari
> > minggu,
> > ia seharian penuh berada di rumah dan mengajakku bermain. Namun meski
> > sekali,
> > aku merasa sangat senang dengan keberadaanya.
> >
> >
> > Sejak aku mulai sekolah hingga masa remaja, aku menganggap pria ini
tidak
> > lebih
> > dari sekedar pria tempat ibu meminta uang bulanan, juga untuk keperluan
> > sekolahku dan adik-adikku. Tidak seperti anak-anak lainnya yang
mempunyai
> > seorang pria dewasa yang membela mereka saat berseteru dengan teman
> mainnya,
> >
> > atau setidaknya merangkul menenangkan ketika kalah berkelahi, aku tidak.
> > Pria
> > dewasa yang sering kujumpai di rumah itu sibuk dengan semua
pekerjaannya.
> > Hingga aku dewasa, pria ini masih kuanggap orang asing meski sesekali ia
> > mengajariku berbagai hal dan memberi nasihat. Sampai akhirnya, kutemukan
> > pria
> > ini lagi sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan bahkan seterusnya
berada
> di
> >
> > rumahku. Rambutnya sudah memutih, berdirinya tak lagi tegak, ia tak
> segagah
> > dulu saat aku pertama mengenalnya, langkahnya pun mulai goyah dan
lambat.
> > Kerut-kerut diwajahnya menggambarkan kerasnya perjuangan hidup yang
telah
> > dilaluinya. Bahkan suaranya pun terdengar parau menyelingi sakit yang
> sering
> >
> > dideritanya.
> > Kini pikiranku jauh melayang pada sayup-sayup suara ibu, sambil
menyusuiku
> > ia
> > memperkenalkan pria ini setiap hari, "nak, ini ayah ?" meski aku pun
belum
> > begitu mengerti saat itu. Bahkan menurut ibu, pria ini justru yang
pertama
> > kali
> > menyambutku ketika pertama kalinya aku melihat dunia. Cerita ibu, karena
> > pria
> > ini yang mengantar, menemani ibu hingga saat persalinan. Bahkan
> suaranyalah
> > yang pertama kudengar dengan lembut menerobos kedua telingaku dengan
> > lantunan
> > adzan dan iqomat hingga aku tetap mengenali suara panggilan Allah itu
> hingga
> >
> > kini.
> >
> >
> > Dari ibu juga aku mengetahui, bahwa ia rela kehilangan kesempatan untuk
> > mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepadaku demi bekerja seharian
penuh
> > sejak dinginnya shubuh masih menusuk kesunyian hari saat aku masih
> tertidur
> > hingga malam yang larut ketika akupun sudah terlelap. Ia tahu resiko
yang
> > harus
> > diterimanya kelak, bahwa anak-anaknya tak akan mengenalnya, tak akan
lebih
> > mencintainya seperti mereka mencintai ibu mereka, tak akan
menghormatinya
> > karena merasa asing dan tidak akan memprioritaskan perintahnya karena
> hampir
> >
> > tak pernah dekat. Tapi kini kutahu, ia lakukan semua demi aku, anaknya.
> > Ibu juga pernah bercerita, pria ini selelah apapun ia tetap tersenyum
dan
> > tak
> > pernah menolak saat aku mengajaknya bermain dan terus bermain. Ia tak
> pernah
> >
> > menghiraukan penat, peluh dan lelahnya sepulang kerja demi membuat aku
> tetap
> >
> > senang. Ia tak mengeluh harus bangun berkali-kali dimalam hari
bergantian
> > dengan ibu untuk sekedar menggantikan popok pipisku atau membuatkanku
> > sebotol
> > susu. Dan itu berlangsung terus selama beberapa tahun, yang untuk semua
> itu
> > ia
> > ikhlas menggadaikan rasa kantuknya. Kusadari kini, semua dilakukannya
> > untukku.
> > Untuk sebuah cinta yang tak pernah ia harapkan balasannya.
> >
> >
> > Seperti halnya ibu, ia juga rela ketika harus terus menggunakan kemeja
> > usangnya
> > untuk bekerja, atau celananya yang beberapa kali ditambal. Kata ayah
> seperti
> >
> > diceritakan ibu, uangnya lebih baik untuk membelikan aku pakaian, susu
dan
> > makanan terbaik agar aku tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
> > Terima kasih Ayah, kutahu engkau juga tak kalah cintanya kepadaku dengan
> > kecupan hangatmu saat hendak berangkat kerja dan juga sepulangnya ketika
> aku
> >
> > terlelap. Meski tak banyak waktu yang kau berikan untuk kita bersama,
> namun
> > sedetik keberadaanmu telah mengajarkan aku bagaimana menjadi anak yang
> > tegar,
> > tidak cengeng dan mandiri. Kerut diwajahmu, memberi aku contoh bagaimana
> > menghadapi kenyataan hidup yang penuh tantangan.
> >
> >
> > Maafkan aku Ayah, aku tak pernah membayangkan sedemikian besar cinta dan
> > pengorbananmu kepadaku. Ayah tak pernah mengeluh meski cinta dan
> pengorbanan
> >
> > itu sering terbalaskan dengan bantahan dan sikap kurang hormatku. Meski
> > kasih
> > sayang yang kau berikan hanya berbuah penilaian salahku tentangmu.
> > Jangan menangis Ayah, meski kini kau nampak tua dan lelah, bahu dan
> > punggungmu
> > yang tak sekekar dulu lagi, bahkan nafasmu yang mulai tersengal. Ingin
aku
> > bisikkan kepadamu, "Aku mencintaimu ?" Wallahu 'a'lam bishshowaab
> >
> > -------------
> > Dede Maulana
> > - Mau nyari buku langsung dari depan layar komputer anda?
> >   dan ongkos kirimnya gratis dari Jabotabek....atau klik disini:
> >   http://www.megabuku.com/lia
> >
> > ---------------------------------------------------------------------
> >
> > >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik,
> http://www.indokado.com/
> >
> > >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >
> > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> >
> >
> >
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik,
http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke