iya ya mba kita jadi kayak super mom smoga aja Allah slalu menjaga anak 2 kita yang terpaksa sering kita tinggalkan smoga juga anak kita tau kalo kita sayang sama mereka amin
On Fri, 11 Oct 2002 17:40:39 +0700 "Sendi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >Rasanya, ini juga cocok banget buat Ibu yg bekerja, yg >ngerasa berat banget >ninggalin anak (tapi harus krn keadaan), yg capenya lebih >cape dari baby >sitter (krn nggak ada istirahat dari pagi sampe sore >kerja di kantor, sampe >rumah "kerja" lagi ngurus anak sampe pagi lagi-meski >cape, tapi kalo buat >anak....nggak ada kata cape), yg juga nggak pernah lupa >sedetikpun dimanapun >dia berada. > >Mudah2an anak2 kita tau bahwa yg dilakukan orang tuanya, >sepenuhnya untuk >mereka. Insya Allah, meski sedikit sekali waktu kita >b'sama mereka, mereka >akan tau Cinta kita. Amin. > >Sendi > >----- Original Message ----- >From: "Ella" <[EMAIL PROTECTED]> >To: <[EMAIL PROTECTED]> >Sent: Friday, October 11, 2002 4:42 PM >Subject: Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah > > >> De.. >> Bagus banget, aku sampai "berkaca-kaca" ngebacanya. >>Inget suamiku, yang >> memang kadang ketemu sikecil cuma sebentar-sebentar. >> >> Thank you and regards, >> Ella >> >> email address: [EMAIL PROTECTED] >> >> ----- Original Message ----- >> From: "Dede" <[EMAIL PROTECTED]> >> To: <[EMAIL PROTECTED]> >> Sent: Friday, October 11, 2002 4:22 PM >> Subject: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah >> >> >> > Maafkan Aku, Ayah >> > >> > >> > >> > Sewaktu usiaku belum lima tahun, aku hampir tak pernah >>mengenalnya. >> > Bukan karena usiaku yang belum bisa mengenal secara >>detail siapapun, >tapi >> > lebih >> > karena pria ini hampir tidak pernah kujumpai. Kecuali >>sesekali di hari >> > minggu, >> > ia seharian penuh berada di rumah dan mengajakku >>bermain. Namun meski >> > sekali, >> > aku merasa sangat senang dengan keberadaanya. >> > >> > >> > Sejak aku mulai sekolah hingga masa remaja, aku >>menganggap pria ini >tidak >> > lebih >> > dari sekedar pria tempat ibu meminta uang bulanan, >>juga untuk keperluan >> > sekolahku dan adik-adikku. Tidak seperti anak-anak >>lainnya yang >mempunyai >> > seorang pria dewasa yang membela mereka saat berseteru >>dengan teman >> mainnya, >> > >> > atau setidaknya merangkul menenangkan ketika kalah >>berkelahi, aku tidak. >> > Pria >> > dewasa yang sering kujumpai di rumah itu sibuk dengan >>semua >pekerjaannya. >> > Hingga aku dewasa, pria ini masih kuanggap orang asing >>meski sesekali ia >> > mengajariku berbagai hal dan memberi nasihat. Sampai >>akhirnya, kutemukan >> > pria >> > ini lagi sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan >>bahkan seterusnya >berada >> di >> > >> > rumahku. Rambutnya sudah memutih, berdirinya tak lagi >>tegak, ia tak >> segagah >> > dulu saat aku pertama mengenalnya, langkahnya pun >>mulai goyah dan >lambat. >> > Kerut-kerut diwajahnya menggambarkan kerasnya >>perjuangan hidup yang >telah >> > dilaluinya. Bahkan suaranya pun terdengar parau >>menyelingi sakit yang >> sering >> > >> > dideritanya. >> > Kini pikiranku jauh melayang pada sayup-sayup suara >>ibu, sambil >menyusuiku >> > ia >> > memperkenalkan pria ini setiap hari, "nak, ini ayah ?" >>meski aku pun >belum >> > begitu mengerti saat itu. Bahkan menurut ibu, pria ini >>justru yang >pertama >> > kali >> > menyambutku ketika pertama kalinya aku melihat dunia. >>Cerita ibu, karena >> > pria >> > ini yang mengantar, menemani ibu hingga saat >>persalinan. Bahkan >> suaranyalah >> > yang pertama kudengar dengan lembut menerobos kedua >>telingaku dengan >> > lantunan >> > adzan dan iqomat hingga aku tetap mengenali suara >>panggilan Allah itu >> hingga >> > >> > kini. >> > >> > >> > Dari ibu juga aku mengetahui, bahwa ia rela kehilangan >>kesempatan untuk >> > mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepadaku demi >>bekerja seharian >penuh >> > sejak dinginnya shubuh masih menusuk kesunyian hari >>saat aku masih >> tertidur >> > hingga malam yang larut ketika akupun sudah terlelap. >>Ia tahu resiko >yang >> > harus >> > diterimanya kelak, bahwa anak-anaknya tak akan >>mengenalnya, tak akan >lebih >> > mencintainya seperti mereka mencintai ibu mereka, tak >>akan >menghormatinya >> > karena merasa asing dan tidak akan memprioritaskan >>perintahnya karena >> hampir >> > >> > tak pernah dekat. Tapi kini kutahu, ia lakukan semua >>demi aku, anaknya. >> > Ibu juga pernah bercerita, pria ini selelah apapun ia >>tetap tersenyum >dan >> > tak >> > pernah menolak saat aku mengajaknya bermain dan terus >>bermain. Ia tak >> pernah >> > >> > menghiraukan penat, peluh dan lelahnya sepulang kerja >>demi membuat aku >> tetap >> > >> > senang. Ia tak mengeluh harus bangun berkali-kali >>dimalam hari >bergantian >> > dengan ibu untuk sekedar menggantikan popok pipisku >>atau membuatkanku >> > sebotol >> > susu. Dan itu berlangsung terus selama beberapa tahun, >>yang untuk semua >> itu >> > ia >> > ikhlas menggadaikan rasa kantuknya. Kusadari kini, >>semua dilakukannya >> > untukku. >> > Untuk sebuah cinta yang tak pernah ia harapkan >>balasannya. >> > >> > >> > Seperti halnya ibu, ia juga rela ketika harus terus >>menggunakan kemeja >> > usangnya >> > untuk bekerja, atau celananya yang beberapa kali >>ditambal. Kata ayah >> seperti >> > >> > diceritakan ibu, uangnya lebih baik untuk membelikan >>aku pakaian, susu >dan >> > makanan terbaik agar aku tumbuh menjadi anak yang >>sehat dan cerdas. >> > Terima kasih Ayah, kutahu engkau juga tak kalah >>cintanya kepadaku dengan >> > kecupan hangatmu saat hendak berangkat kerja dan juga >>sepulangnya ketika >> aku >> > >> > terlelap. Meski tak banyak waktu yang kau berikan >>untuk kita bersama, >> namun >> > sedetik keberadaanmu telah mengajarkan aku bagaimana >>menjadi anak yang >> > tegar, >> > tidak cengeng dan mandiri. Kerut diwajahmu, memberi >>aku contoh bagaimana >> > menghadapi kenyataan hidup yang penuh tantangan. >> > >> > >> > Maafkan aku Ayah, aku tak pernah membayangkan >>sedemikian besar cinta dan >> > pengorbananmu kepadaku. Ayah tak pernah mengeluh meski >>cinta dan >> pengorbanan >> > >> > itu sering terbalaskan dengan bantahan dan sikap >>kurang hormatku. Meski >> > kasih >> > sayang yang kau berikan hanya berbuah penilaian >>salahku tentangmu. >> > Jangan menangis Ayah, meski kini kau nampak tua dan >>lelah, bahu dan >> > punggungmu >> > yang tak sekekar dulu lagi, bahkan nafasmu yang mulai >>tersengal. Ingin >aku >> > bisikkan kepadamu, "Aku mencintaimu ?" Wallahu 'a'lam >>bishshowaab >> > >> > ------------- >> > Dede Maulana >> > - Mau nyari buku langsung dari depan layar komputer >>anda? >> > dan ongkos kirimnya gratis dari Jabotabek....atau >>klik disini: >> > http://www.megabuku.com/lia >> > >> > >>--------------------------------------------------------------------- >> > >> > >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan >>melahirkan? Klik, >> http://www.indokado.com/ >> > >> > >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> > >> > >> Stop berlangganan, e-mail ke: >>[EMAIL PROTECTED] >> > >> > >> > >> >> >> --------------------------------------------------------------------- >> >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan >>melahirkan? Klik, >http://www.indokado.com/ >> >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> >> Stop berlangganan, e-mail ke: >>[EMAIL PROTECTED] >> >> > > >--------------------------------------------------------------------- >>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan >>>melahirkan? Klik, http://www.indokado.com/ >>> Info balita, http://www.balita-anda.com >>> Stop berlangganan, e-mail ke: >>>[EMAIL PROTECTED] > ========================================================================= Ikuti polling TELKOM Memo 166 di www.plasa.com dan menangkan hadiah masing-masing Rp 250.000 tunai. ========================================================================= --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, >http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]