Jakarta, Rabu

Upaya menurunkan berat badan tidak selalu mudah. Banyak orang melakukannya 
dengan berbagai cara, dan belum tentu berhasil. Apa yang dijalani Wardah 
dan Lucianus Situmorang bisa jadi contoh. Cukup dengan lari secara rutin 
dan disiplin, bobot mereka berkurang 10 kg-28 kg. Satu saja kuncinya, 
mengalahkan kemalasan diri sendiri.
Memiliki tinggi 150 cm dan berat 86 kg membuat Wardah kerap merasa minder. 
Kegemukan juga membuatnya merasa tidak nyaman dalam melakukan kegiatan 
sehari-hari. "Pakai baju jadi nggak bagus, dan badan ini rasanya berat 
sekali. Saya juga jadi cepat lelah, sehingga akhirnya malas bergerak," 
ujar ibu dua anak ini. Untung sajalah suaminya bukan jenis orang yang usil 
lalu mencemooh kegemukannya. "Suami sih tidak komentar apa-apa, tapi saya 
sendiri merasa kasihan. Pasti dalam hati dia ingin punya isteri yang 
langsing, seperti dulu waktu saya belum punya anak," kata wanita berusia 
32 tahun ini. Sering wanita asal Jawa Timur yang kini tinggal di Jakarta 
Selatan ini merasa sedih mengapa badannya jadi tak berbentuk. Namun, ia 
lantas menghibur diri, bahwa hal itu tidak jadi masalah karena dia telah 
punya suami, apalagi kegemukan itu terjadi sesudah ia punya anak. Toh lama 
kelamaan ia berontak juga. "Dan beruntunglah saya, karena pada saat itu 
saya menemukan artikel Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO yang mengajarkan 
bagaimana menurunkan berat dengan menggerakkan badan," ujar ibu 
rumahtangga bersuamikan pegawai swasta ini.

Menemukan Pegangan 

Bagi Wardah, artikel Dr. Sadoso itu merupakan sumber pencerahan yang lama 
dinanti-nantikannya. Semangatnya untuk memperhatikan berat dan bentuk 
tubuhnya seketika bangkit.
 
Sejak itu Wardah mulai melakukan anjuran yang disarankan melalui tulisan 
tersebut, yaitu berjalan kaki tanpa henti selama 30-45 menit seminggu 4-5 
kali, diselingi istirahat pada hari yang tidak berturutan.

"Saya tidak perlu melakukan diet atau minum obat yang macam-macam. Paling 
saya hanya sedikit mengurangi makanan yang berlemak dan goreng-gorengan, 
tapi tidak memantangnya. Kalau makan sih tetap sehari tiga kali," 
jelasnya.

Pendek kata, Wardah merasa menjalani kehidupannya seperti biasa, hanya 
kini menambah aktivitasnya dengan berjalan kaki pada pagi hari sesuai 
anjuran. "Herannya, berat badan saya mulai turun. Bulan pertama turun 
hampir dua kilo. Betapa senangnya saya. Maka semangat saya untuk berlatih 
dan mengatur makan menjadi semakin tinggi," ungkapnya dengan nada gembira.

Mengajak Teman

Pada bulan berikutnya beratnya turun lagi sekitar dua kilo lagi. Wardah 
pun makin yakin bahwa metode menurunkan berat melalui gerak badan itu 
sungguh efektif. Sejak itu ia mulai menceritakan pengalamannya kepada para 
tetangga.
Katanya, "Saya kasih tahu teman-teman yang sering pengajian bareng bahwa 
berat badan saya turun bukan karena obat atau apa, tapi jalan kaki. Mereka 
lantas saya ajak untuk bersama-sama jalan kaki kalau pagi."

Mula-mula hanya dua orang yang tertarik, tapi lama kelamaan 5-6-8 orang 
yang ikut Wardah jalan kaki. Mereka biasanya juga melanjutkan dengan 
latihan senam dan beban sesuai anjuran Dr. Sadoso, untuk memperkuat 
otot-otot

Maka dalam waktu sekitar setahun, berat badan Wardah turun hingga 28 kg. 
Tidak ada diet yang menyiksa, tidak ada obat yang mahal dan berefek 
samping yang dilakukannya. Semua itu dicapainya secara alami, yaitu 
mengubah gaya hidup. "Saya sekarang merasa sehat lahir dan batin, juga 
menjadi lebih percaya diri," ujar Wardah gembira.

Berat untuk Diet

Wardah tampaknya tidak sendirian. Ada pengalaman lain yang serupa, dialami 
oleh Lucianus Situmorang. "Wah sekarang kok jadi langsing dan tambah muda, 
Mas. Apa rahasianya?" begitu biasanya komentar rekan-rekan yang sudah lama 
tidak bertemu dengannya. 
Pria kelahiran Magelang, 48 tahun lalu ini memang tampak jauh lebih 
langsing ketimbang setahun lalu. Dan bila ditanya lebih lanjut apa 
rahasianya dengan senang hati ia akan bercerita tentang hobi barunya, 
lari!

Kegemaran itu, tidak muncul mendadak, tapi dipicu oleh kondisi 
kesehatannya yang menujukkan tanda-tanda mengkhawatirkan. Sekitar November 
2000, ia mengikuti check up kesehatan rutin yang diadakan perushaan 
penerbitan tempatnya bekerja.

Saat itu, tekanan darahnya mencapai 140/100. Kadar kolesterol, 
trigliserida, dan lain-lainnya, meski belum melampaui batas, sudah 
mendekati limit maksimal. "Yang menghantui saya ya tekanan darah yang 
tinggi itu," ujar pria yang semula berbobot 82 kg dengan tinggi badan 165 
cm itu.

Saat mengkonsultasikan hasil itu ke dokter ia disarankan untuk mewaspadai 
tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan, serta menjalani diet. Ada 
berbagai daftar diet yang disodorkan kepadanya dan bisa ia pilih. Ada juga 
yang menganjurkannya rajin makan bawang.


Dokter menyatakan ia belum perlu obat, asal mau diet dan olahraga. "Untuk 
diet saya merasa berat, jadi saya lalu berpikir tentang olahraga," 
katanya.

Olahraga Malah Sakit 

Sebelum memulai, ia, lebih dulu mencermati tulisan-tulisan pakar kesehatan 
olahraga, seperti Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO. la pun menemukan suatu 
informasi yang menarik tentang pelari maraton dan pelari jarak dekat.
"Di situ ditulis kalau pelari jarak pendek posturnya pasti gede-gede dan 
berotot, tapi kalau pelari maraton itu langsing-langsing karena disitu 
aerobiknya tinggi," ceritanya.

Situmorang lalu menggarisbawahi bahwa jika tujuannya ingin langsing 
berarti ia harus memilih olahraga yang efek aerobiknya tinggi. 

Akhirnya pilihannya jatuh pada olahraga lari. Sesuai isi tulisan Dr. 
Sadoso yang menyarankan olahraga selama 45 menit, is membuat moto sendiri 
yakni "40 minute on the street everyday."

Tanpa bimbingan dokter dan hanya berdasarkan persepsi sendiri, Situmorang 
memulai upayanya itu dengan semangat tinggi. Ia langsung lari sekuat 
tenaga, dan membayangkan dirinya seolah-olah sudah jadi pelari sungguhan.

Apa akibatnya? Baru mencapai jarak 100 meter, napasnya sudah ngos-ngosan. 
Hari ini berolahraga, tiga sampai empat hari berikutnya otot-ototnya 
terasa sakit semua, sehingga is selalu minta dipijat. 

"Olahraga kok malah jadi sakit," begitu anak-anaknya mengejek. Sebelumnya 
ia memang hampir tidak pernah berolahraga.

Untung saja ia segera ingat pesan Dr. Sadoso agar para pemula tidak ngoyo 
melakukan olahraga. "Selanjutnya, kalau sudah capek lari 100 meter, saya 
selingi jalan kaki, baru nanti lari lagi, begitu terus," akunya.

Secara bertahap ia kemudian bisa menambah intensitasnya. Jika dulu ia 
lebih banyak jalan, makin lama ia sanggup berlari lebih banyak. Kini, ia 
bahkan mampu berlari secara stabil terus-menerus sepanjang 4-5 kilometer, 
selama 45 menit hingga satu jam.

Mengabsen Pembantu

Rasa malas juga menjadi hambatan tersendiri pada mulanya. "Mesti bangun 
pagi dan lari, wah, awalnya berat banget. Untuk melawan kemalasan itu juga 
tidak mudah. Makanya satu tahun pertama berat badan saya tidak 
turun-turun, soalnya kadang malas," ucapnya.
Sebagai langkah antisipasi, ia kemudian mengubah jadwal lari dari pagi 
hari menjadi sore hari. Sepulang kantor, mulai pukul 17.30 ia mulai 
berlari ria di seputar komplek perumahan Alfa Indah, Jakarta Barat.

"Mengabsen pembantu," begitu istilah Situmorang tentang aktivitasnya itu. 
Memang kebetulan jika sedang lari-lari di komplek yang cukup elit itu ia 
bertemu para pembantu yang sedang momong anak majikan, menyiram halaman, 
ngerumpi, dan lainnya.

Supaya tidak bosan dan tidak jadi beban ia berusaha menikmati apa saja 
yang dijumpainya saat berolahraga. "Ini bukan untuk prestasi, tapi 
rekreasi yang membuat saya senang sekaligus menghasilkan kondisi sehat," 
tuturnya seraya tertawa segar.

Sejak menjalani olahraga itu secara rutin, setahun ini berat badannya 
berangsur menurun, hingga kini mencapai 70-71 kg. " Waktu bertugas ke 
Banjarmasin beberapa bulan lalu pernah mencapai 69 kg karena setiap subuh 
saya joging selama satu jam," ungkapnya. 

Satu hal yang agak merepotkan yakni celananya jadi kedodoran. Kalau dulu 
ia memakai celana ukuran 35, kini berganti menjadi nomor 32. Katanya, "Ya, 
apa boleh buat, saya harus punya celana baru."

Dengan tinggi 165 cm, bobot yang dicapainya memang belum ideal, tapi sudah 
membuat tubuhnya terasa segar dan jauh lebih enak ketimbang dulu. Kini, ia 
tidak mudah capek dan terasa lebih sehat. Dan yang penting tekanan 
darahnya pun stabil, yaitu 120/80.

Isteri Lebih Sehat

Sekarang kalau tidak lari sehari saja tubuhnya akan ’menagih’, terasa 
sakit dan tidak nyaman. Maka kalau harus bepergian ke luar kota, tak 
pernah lupa ia membawa bekal sepatu lari. "Rasanya ada sesuatu yang 
hilang," tambah pria yang sudah menghabiskan tiga pasang sepatu untuk lari 
ini.
Selain olahraga, ayah dua anak ini kemudian terpacu untuk mengatur makanan 
juga. Ia tidak berpantang atau melakukan diet ketat, tapi hanya mengurangi 
porsi makan.

Secara bertahap ia berhasil mengurangi ukuran makannya menjadi 
setengahnya. Beberapa jenis makanan, terutama yang berlemak juga makin 
jarang ia konsumsi. "Bukannya tidak makan sama sekali, kalau kepepet ya 
tetap saya makan, tapi tahu bataslah," tuturnya.

Setelah merasakan betul manfaat joging, ia kemudian menularkan kebiasaan 
itu kepada isterinya. Sang isteri selama ini mengidap sakit asma dan 
sering kambuh. Pernah dalam satu bulan isterinya harus minum obat 
terus-menerus. Gara-gara obat asma itu, tubuhnya bertambah gemuk dan 
mukanya makin bulat saja.

Selain itu, ia juga meminta isterinya menjalani medical check up 
keseluruhan. "Dan hasilnya ternyata tidak berbeda dengan hasil check up 
saya, jadi banyak hal yang sudah harus diwaspadai," ujarnya.

Sang isteri pun termotivasi untuk mulai berolahraga. Karena belum kuat 
lari, maka ia menggantinya dengan jalan cepat selama 40 menit setiap pagi.

Setelah menekuni olahraga itu selama setahun, sakit asmanya tidak pernah 
kambuh lagi. Bahkan ia sama sekali tak pernah lagi minum obat. Tak hanya 
itu, berat badannya yang semula berkisar antara 51-52 kg juga menurun 
menjadi 48-49 kg.

Situmorang kembali menegaskan bahwa pengalamannya itu lebih untuk 
membuktikan bahwa efek aerobik untuk membantu menurunkan berat badan 
memang benar adanya. Secara khusus, ia juga mengucapkan terima kasih 
kepada Dr. Sadoso. Meski belum pernah berkonsultasi langsung, ia merasakan 
betul manfaat dari informasi yang disampaikan melalui tulisan-tulisannya. 
(Endang Saptorini/ Widya Saraswati)




---------------------------------------------------------------------
>> Bunga untuk rayakan kelahiran ? ----> http://www.indokado.com/kelahiran.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke