Maaf saya mengambilnya dari www.kompas.com hari ini. Jadi saya sendiri 
tidak tahu bisa didapatkan di mana artikel dr. Sadoso itu.
Saya pikir artikel ini memang penting saya kirim ke milis balita anda, 
karena pasti banyak ibu-ibu yang mengalami peningkatan berat badan setelah 
melahirkan.

Wassalam

On Wed, 26 Feb 2003, Larasati, Sri wrote:

> Dear Ibu Sylvia,
> Sebelumnya saya sangat berterima kasih untuk artikel yang Ibu posting ke
> balita anda ini.   Saya juga mengalami obesitas, dan saya berniat untuk
> melakukan jalan/lari 45 menit setiap hari, sesuai artikel ini.  Disamping
> itu kebetulan di kantor saya ada Gym, jadi saya tidak perlu keliling
> kompleks :).  Oh ya, Ibu, kalau boleh tahu, artikel ini Ibu dapat dari mana,
> terutama artikel-artikel dari dokter Sadoso, bsia diperoleh di situs mana
> ya, Bu?  Maksud saya kalau saya bisa memperoleh informasi yang lebih banyak,
> kan bisa menambah motivasi saya begitu...
> Begitu saya email saya.  Sekali lagi terima kasih untuk artikel yang sangat
> inspiring ini.
> 
> Best regards,
> Laras
> [EMAIL PROTECTED]
> 
>  -----Original Message-----
> From:         A.A. Sylvia Dewi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: 02/27/2003 8:01 AM
> To:   Irwan Setiawan; Sudjudiah Annisah; Warsi
> Cc:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      [balita-anda] Realita: "Berat Badanku Turun Secara Alami..!"
> 
> Jakarta, Rabu
> 
> Upaya menurunkan berat badan tidak selalu mudah. Banyak orang melakukannya 
> dengan berbagai cara, dan belum tentu berhasil. Apa yang dijalani Wardah 
> dan Lucianus Situmorang bisa jadi contoh. Cukup dengan lari secara rutin 
> dan disiplin, bobot mereka berkurang 10 kg-28 kg. Satu saja kuncinya, 
> mengalahkan kemalasan diri sendiri.
> Memiliki tinggi 150 cm dan berat 86 kg membuat Wardah kerap merasa minder. 
> Kegemukan juga membuatnya merasa tidak nyaman dalam melakukan kegiatan 
> sehari-hari. "Pakai baju jadi nggak bagus, dan badan ini rasanya berat 
> sekali. Saya juga jadi cepat lelah, sehingga akhirnya malas bergerak," 
> ujar ibu dua anak ini. Untung sajalah suaminya bukan jenis orang yang usil 
> lalu mencemooh kegemukannya. "Suami sih tidak komentar apa-apa, tapi saya 
> sendiri merasa kasihan. Pasti dalam hati dia ingin punya isteri yang 
> langsing, seperti dulu waktu saya belum punya anak," kata wanita berusia 
> 32 tahun ini. Sering wanita asal Jawa Timur yang kini tinggal di Jakarta 
> Selatan ini merasa sedih mengapa badannya jadi tak berbentuk. Namun, ia 
> lantas menghibur diri, bahwa hal itu tidak jadi masalah karena dia telah 
> punya suami, apalagi kegemukan itu terjadi sesudah ia punya anak. Toh lama 
> kelamaan ia berontak juga. "Dan beruntunglah saya, karena pada saat itu 
> saya menemukan artikel Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO yang mengajarkan 
> bagaimana menurunkan berat dengan menggerakkan badan," ujar ibu 
> rumahtangga bersuamikan pegawai swasta ini.
> 
> Menemukan Pegangan 
> 
> Bagi Wardah, artikel Dr. Sadoso itu merupakan sumber pencerahan yang lama 
> dinanti-nantikannya. Semangatnya untuk memperhatikan berat dan bentuk 
> tubuhnya seketika bangkit.
>  
> Sejak itu Wardah mulai melakukan anjuran yang disarankan melalui tulisan 
> tersebut, yaitu berjalan kaki tanpa henti selama 30-45 menit seminggu 4-5 
> kali, diselingi istirahat pada hari yang tidak berturutan.
> 
> "Saya tidak perlu melakukan diet atau minum obat yang macam-macam. Paling 
> saya hanya sedikit mengurangi makanan yang berlemak dan goreng-gorengan, 
> tapi tidak memantangnya. Kalau makan sih tetap sehari tiga kali," 
> jelasnya.
> 
> Pendek kata, Wardah merasa menjalani kehidupannya seperti biasa, hanya 
> kini menambah aktivitasnya dengan berjalan kaki pada pagi hari sesuai 
> anjuran. "Herannya, berat badan saya mulai turun. Bulan pertama turun 
> hampir dua kilo. Betapa senangnya saya. Maka semangat saya untuk berlatih 
> dan mengatur makan menjadi semakin tinggi," ungkapnya dengan nada gembira.
> 
> Mengajak Teman
> 
> Pada bulan berikutnya beratnya turun lagi sekitar dua kilo lagi. Wardah 
> pun makin yakin bahwa metode menurunkan berat melalui gerak badan itu 
> sungguh efektif. Sejak itu ia mulai menceritakan pengalamannya kepada para 
> tetangga.
> Katanya, "Saya kasih tahu teman-teman yang sering pengajian bareng bahwa 
> berat badan saya turun bukan karena obat atau apa, tapi jalan kaki. Mereka 
> lantas saya ajak untuk bersama-sama jalan kaki kalau pagi."
> 
> Mula-mula hanya dua orang yang tertarik, tapi lama kelamaan 5-6-8 orang 
> yang ikut Wardah jalan kaki. Mereka biasanya juga melanjutkan dengan 
> latihan senam dan beban sesuai anjuran Dr. Sadoso, untuk memperkuat 
> otot-otot
> 
> Maka dalam waktu sekitar setahun, berat badan Wardah turun hingga 28 kg. 
> Tidak ada diet yang menyiksa, tidak ada obat yang mahal dan berefek 
> samping yang dilakukannya. Semua itu dicapainya secara alami, yaitu 
> mengubah gaya hidup. "Saya sekarang merasa sehat lahir dan batin, juga 
> menjadi lebih percaya diri," ujar Wardah gembira.
> 
> Berat untuk Diet
> 
> Wardah tampaknya tidak sendirian. Ada pengalaman lain yang serupa, dialami 
> oleh Lucianus Situmorang. "Wah sekarang kok jadi langsing dan tambah muda, 
> Mas. Apa rahasianya?" begitu biasanya komentar rekan-rekan yang sudah lama 
> tidak bertemu dengannya. 
> Pria kelahiran Magelang, 48 tahun lalu ini memang tampak jauh lebih 
> langsing ketimbang setahun lalu. Dan bila ditanya lebih lanjut apa 
> rahasianya dengan senang hati ia akan bercerita tentang hobi barunya, 
> lari!
> 
> Kegemaran itu, tidak muncul mendadak, tapi dipicu oleh kondisi 
> kesehatannya yang menujukkan tanda-tanda mengkhawatirkan. Sekitar November 
> 2000, ia mengikuti check up kesehatan rutin yang diadakan perushaan 
> penerbitan tempatnya bekerja.
> 
> Saat itu, tekanan darahnya mencapai 140/100. Kadar kolesterol, 
> trigliserida, dan lain-lainnya, meski belum melampaui batas, sudah 
> mendekati limit maksimal. "Yang menghantui saya ya tekanan darah yang 
> tinggi itu," ujar pria yang semula berbobot 82 kg dengan tinggi badan 165 
> cm itu.
> 
> Saat mengkonsultasikan hasil itu ke dokter ia disarankan untuk mewaspadai 
> tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan, serta menjalani diet. Ada 
> berbagai daftar diet yang disodorkan kepadanya dan bisa ia pilih. Ada juga 
> yang menganjurkannya rajin makan bawang.
> 
> 
> Dokter menyatakan ia belum perlu obat, asal mau diet dan olahraga. "Untuk 
> diet saya merasa berat, jadi saya lalu berpikir tentang olahraga," 
> katanya.
> 
> Olahraga Malah Sakit 
> 
> Sebelum memulai, ia, lebih dulu mencermati tulisan-tulisan pakar kesehatan 
> olahraga, seperti Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO. la pun menemukan suatu 
> informasi yang menarik tentang pelari maraton dan pelari jarak dekat.
> "Di situ ditulis kalau pelari jarak pendek posturnya pasti gede-gede dan 
> berotot, tapi kalau pelari maraton itu langsing-langsing karena disitu 
> aerobiknya tinggi," ceritanya.
> 
> Situmorang lalu menggarisbawahi bahwa jika tujuannya ingin langsing 
> berarti ia harus memilih olahraga yang efek aerobiknya tinggi. 
> 
> Akhirnya pilihannya jatuh pada olahraga lari. Sesuai isi tulisan Dr. 
> Sadoso yang menyarankan olahraga selama 45 menit, is membuat moto sendiri 
> yakni "40 minute on the street everyday."
> 
> Tanpa bimbingan dokter dan hanya berdasarkan persepsi sendiri, Situmorang 
> memulai upayanya itu dengan semangat tinggi. Ia langsung lari sekuat 
> tenaga, dan membayangkan dirinya seolah-olah sudah jadi pelari sungguhan.
> 
> Apa akibatnya? Baru mencapai jarak 100 meter, napasnya sudah ngos-ngosan. 
> Hari ini berolahraga, tiga sampai empat hari berikutnya otot-ototnya 
> terasa sakit semua, sehingga is selalu minta dipijat. 
> 
> "Olahraga kok malah jadi sakit," begitu anak-anaknya mengejek. Sebelumnya 
> ia memang hampir tidak pernah berolahraga.
> 
> Untung saja ia segera ingat pesan Dr. Sadoso agar para pemula tidak ngoyo 
> melakukan olahraga. "Selanjutnya, kalau sudah capek lari 100 meter, saya 
> selingi jalan kaki, baru nanti lari lagi, begitu terus," akunya.
> 
> Secara bertahap ia kemudian bisa menambah intensitasnya. Jika dulu ia 
> lebih banyak jalan, makin lama ia sanggup berlari lebih banyak. Kini, ia 
> bahkan mampu berlari secara stabil terus-menerus sepanjang 4-5 kilometer, 
> selama 45 menit hingga satu jam.
> 
> Mengabsen Pembantu
> 
> Rasa malas juga menjadi hambatan tersendiri pada mulanya. "Mesti bangun 
> pagi dan lari, wah, awalnya berat banget. Untuk melawan kemalasan itu juga 
> tidak mudah. Makanya satu tahun pertama berat badan saya tidak 
> turun-turun, soalnya kadang malas," ucapnya.
> Sebagai langkah antisipasi, ia kemudian mengubah jadwal lari dari pagi 
> hari menjadi sore hari. Sepulang kantor, mulai pukul 17.30 ia mulai 
> berlari ria di seputar komplek perumahan Alfa Indah, Jakarta Barat.
> 
> "Mengabsen pembantu," begitu istilah Situmorang tentang aktivitasnya itu. 
> Memang kebetulan jika sedang lari-lari di komplek yang cukup elit itu ia 
> bertemu para pembantu yang sedang momong anak majikan, menyiram halaman, 
> ngerumpi, dan lainnya.
> 
> Supaya tidak bosan dan tidak jadi beban ia berusaha menikmati apa saja 
> yang dijumpainya saat berolahraga. "Ini bukan untuk prestasi, tapi 
> rekreasi yang membuat saya senang sekaligus menghasilkan kondisi sehat," 
> tuturnya seraya tertawa segar.
> 
> Sejak menjalani olahraga itu secara rutin, setahun ini berat badannya 
> berangsur menurun, hingga kini mencapai 70-71 kg. " Waktu bertugas ke 
> Banjarmasin beberapa bulan lalu pernah mencapai 69 kg karena setiap subuh 
> saya joging selama satu jam," ungkapnya. 
> 
> Satu hal yang agak merepotkan yakni celananya jadi kedodoran. Kalau dulu 
> ia memakai celana ukuran 35, kini berganti menjadi nomor 32. Katanya, "Ya, 
> apa boleh buat, saya harus punya celana baru."
> 
> Dengan tinggi 165 cm, bobot yang dicapainya memang belum ideal, tapi sudah 
> membuat tubuhnya terasa segar dan jauh lebih enak ketimbang dulu. Kini, ia 
> tidak mudah capek dan terasa lebih sehat. Dan yang penting tekanan 
> darahnya pun stabil, yaitu 120/80.
> 
> Isteri Lebih Sehat
> 
> Sekarang kalau tidak lari sehari saja tubuhnya akan 'menagih', terasa 
> sakit dan tidak nyaman. Maka kalau harus bepergian ke luar kota, tak 
> pernah lupa ia membawa bekal sepatu lari. "Rasanya ada sesuatu yang 
> hilang," tambah pria yang sudah menghabiskan tiga pasang sepatu untuk lari 
> ini.
> Selain olahraga, ayah dua anak ini kemudian terpacu untuk mengatur makanan 
> juga. Ia tidak berpantang atau melakukan diet ketat, tapi hanya mengurangi 
> porsi makan.
> 
> Secara bertahap ia berhasil mengurangi ukuran makannya menjadi 
> setengahnya. Beberapa jenis makanan, terutama yang berlemak juga makin 
> jarang ia konsumsi. "Bukannya tidak makan sama sekali, kalau kepepet ya 
> tetap saya makan, tapi tahu bataslah," tuturnya.
> 
> Setelah merasakan betul manfaat joging, ia kemudian menularkan kebiasaan 
> itu kepada isterinya. Sang isteri selama ini mengidap sakit asma dan 
> sering kambuh. Pernah dalam satu bulan isterinya harus minum obat 
> terus-menerus. Gara-gara obat asma itu, tubuhnya bertambah gemuk dan 
> mukanya makin bulat saja.
> 
> Selain itu, ia juga meminta isterinya menjalani medical check up 
> keseluruhan. "Dan hasilnya ternyata tidak berbeda dengan hasil check up 
> saya, jadi banyak hal yang sudah harus diwaspadai," ujarnya.
> 
> Sang isteri pun termotivasi untuk mulai berolahraga. Karena belum kuat 
> lari, maka ia menggantinya dengan jalan cepat selama 40 menit setiap pagi.
> 
> Setelah menekuni olahraga itu selama setahun, sakit asmanya tidak pernah 
> kambuh lagi. Bahkan ia sama sekali tak pernah lagi minum obat. Tak hanya 
> itu, berat badannya yang semula berkisar antara 51-52 kg juga menurun 
> menjadi 48-49 kg.
> 
> Situmorang kembali menegaskan bahwa pengalamannya itu lebih untuk 
> membuktikan bahwa efek aerobik untuk membantu menurunkan berat badan 
> memang benar adanya. Secara khusus, ia juga mengucapkan terima kasih 
> kepada Dr. Sadoso. Meski belum pernah berkonsultasi langsung, ia merasakan 
> betul manfaat dari informasi yang disampaikan melalui tulisan-tulisannya. 
> (Endang Saptorini/ Widya Saraswati)
> 
> 
> 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Bunga untuk rayakan kelahiran ? ---->
> http://www.indokado.com/kelahiran.html
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> 


---------------------------------------------------------------------
>> Bunga untuk rayakan kelahiran ? ----> http://www.indokado.com/kelahiran.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke