Dear All,

Terima kasih kepada Ibu Fifianza, Ibu Flora, Bunda Nisa, Buda Reva, Ibu
Wiwin, Ibu Ria, dan Mama Callis atas tanggapannya.
Berikut rangkuman topik "Trauma minum obat dan ke dokter".
Semoga bermanfaat.

Meutia


==========
Pertanyaan :
==========

Dear all,

Pertanyaan saya mungkin terasa "remeh", tapi menurut saya hal ini penting
dan berhubungan dengan kejiwaan anak.

Anak saya Zaidan (2 th) sedang batuk pilek, tetapi dia selalu menolak untuk
diberi obat jenis apa pun. Selama ini satu-satunya "senjata" saya adalah
madu. Itu pun harus diam2 saya masukkan ke susunya karena kalau dia tau ada
madu di dalam susu dia nggak mau minum.

Dan satu lagi, Zaidan setiap saya bawa ke dokter selalu ngamuk. Dia sudah
hafal tempat dokternya dan nggak mau turun. Harusnya dia imunisasi Hepatitis
(Booster) bulan Februari, tetapi saya masih mencari ide supaya nggak harus
dia ke dokter sambil mengamuk.

Pertanyaannya :

1. Apakah boleh anak dipaksa minum obat (dicekoki)?
Bagaimana dengan kemungkinan trauma yang malah akan menyebabkan setiap minum
obat harus terjadi "pergelutan"?
2. Apakah ke dokter juga boleh dipaksa? Dan bagaimana juga dengan
kemungkinan traumanya?



============
Tanggapan :
============    


--------- [Fifianza]

menurut saya ini pertanyaan ini tdk remeh justru sangat penting.
Saya juga mengalami hal yg sama, pada anak ke dua saya (Tyo)
padahal waktu masih bayi setiap imunisasi dia tdk pernah nangis
meskipun baru berusia 1 hari. Tapi begitu dia sudah gede 
begitu masuk ruang dr dia sudah beronta, pernah saya baya Molly
kakaknya ke dlm ruangan dr, jadi Molly pura-puranya diperiksa lebih dulu
dan si adik melihat, syukur drnya baik & sabar dan akhirnya si adik mau
di periksa. Selain itu saya belikan main dokter-dokteran dan saya bermain
bersama mereka (dr nya saya), cara ini lumayan ampuh lho mbak.

Mengenai minum obat, kalau obatnya ada yg manis berikan lebih dahulu yg
manis
dgn cara pura-pura berikan dulu ke mainannya (boneka/robot) sambil kita
berbicara
wah obatnya enak ya ....pada mainannya tsb, kayaknya dede coba dech enak
lho!
jangan langsung disodorin sendoknya, coelkan saja sedikit ke bibirnya dgn
jari.
Atau kalo dia punya adek atau kakak malah akan lebih membantu, berikan
sedikit madu 
di sendok lalu berikan ke adek atau kakaknya. Yang penting suasananya harus
menyenangkan
bisa juga di bacain buku yg isinya ada acara minum obat, jadi kita lakuin
sambil bercerita.
Emang sedikit repot tapi kalau hal ini sukses maka berikutnya tdk repot
lagi.
Sekarang Tyo paling gampang  minum obat, meskipun pahit.
Yang perlu diingat jangan sampai dipaksain karena hal ini bisa menimbulkan
trauma bagi sianak.


----------- [Flora]

Maaf kalo ngga banyak membantu karena belum pengalaman untuk anak yang
sudah besar. Namun untuk si adek (baru umur 8 bulan), saat mau diberi obat
biasanya dipancing dulu dengan minum air putih 1 atau 2 sendok, obatnya
diminumkan en dikasih air putih lagi (kebetulan si adek nih ngga pernah
nolak kalo dikasih air putih atau nenen). Kadang juga obatnya kita campur
di susu / makanan / jus buah. Pas diberikan obat, selalu kita ajakin dia
main (dialihin perhatiannya) supaya 'cepet lupa' kalo saat itu acara minum
obat.

Ini saya malah mau ikut nanya : si adek  lagi batuk en pilek. Saya punya
persediaan Mucopect (untuk batuk) dan Neo-Traiminic (untuk pilek?).
Boleh ngga ya saya kasih kedua obat tersebut secara bersamaan... atau harus
sendiri-sendiri (misal pagi obat batuk dan siang obat pilek)? Terus untuk
usia 8 bulan, kira2 berapa ml or tetes masing2.


--------- [Bunda Nisa]

Mbak, kalo anaks saya sih alhamdulilah dua-duanya gak ada kesulitan dalam
minum obat. Tapi kalo masalah ke dokter, antara annisa & kevin agak beda
ya... Si Annisa ini dari bayi seneng banget kalo diajak ke dokter. Karena
memang dokter ini akrab sekali sama pasien-2nya. Setiap kali si Annisa saya
bawa ke sana, pertama kali yang diajak ngomong & ngobrol ya si Annisa ini
dulu. Bahkan setiap berkunjung Annisa selalu cium tangan maupun pipi ke
dokternya. Akrab banget deh. Sedangkan si Kevin ngeliat dokternya pasti
nangis. Hal ini karena saya membawanya ke dokter kalo gak untuk imunisasi ya
pas dia sakit. Jadi keliatannya dia agak trauma sama imunisasinya. Jadinya
untuk membuat dia tidak berpikiran bahwa ke dokter = imunisasi, kadang saya
ke dokter hanya tuk kontrol aja, sengaja mengakrabkan si kevin dengan
dokternya. Keliatannya sih agak menghambur-hamburkan uang ya..., tapi saya
memang gak pengen si kevin takut sama dokter. 
Jadi mungkin anaks mbak agak trauma sama imunisasinya, pikirnya kalo ke
dokter pasti akan disuntik imunisasi. Atau setiap ke dokter pas si anaks
sakit, jadi dia makin rewel. Menurut saya sekali-kali perlu juga ke dokter
hanya untuk kontrol tumbuh kembang anak, disamping secara gak langsung kita
memberi pengertian bahwa ke dokter gak selalu disuntik.
O iya, saya pernah tuh bawa anaks ke dokter di sekitar ciniru/ciranjang
jakarta selatan, waktu aku masuk ternyata dokternya pake tutupan mulut. Tau
gak, annisa & kevin jadi ketakutan. Jadi saya pikir, semua itu bisa
tegantung dengan cara dokternya menghadapi anaks. Kalo dengan dokter yang
pake tutupan mulut, saya yakin setiap anaks pasti takut ngeliatnya dan
otomatis diperiksanya dengan jejeritan.


------------ [Ibu Wiwin]

Maaf sebelumnya, saya bukan mau kasih masukan, tapi juga justru ingin tanya
juga.
Kondisi Zaidan sama persis sama anak saya yang besar, umurnya udah 3thn
5bln, laki2, namanya Rendra, tapi panggilannya Utu,  sama sekali tidak mau
minum obat yang manis sekalipun, apalagi yang namanya puyer, sama juga
dengan mbak Meutia, kalau dia batuk pilek obat yang bisa masuk cuman madu,
karena obat sama sekali ga mau, kalau dibawa ke dokter, udah pasti bikin
heboh, karena nangis menjerit2 dan keras sekali, sampai rumahpun obat tidak
mau minum, percuma kan, 

akhirnya sekarang kalau dia masuk angin atau batuk pilek (kalau sakit
biasanya cuman itu sih), ga saya bawa ke dokter, paling saya gosok pake
viks, dikasih perasan kencur + madu, atau malah dikerokin pake bawang merah,
kalau dikerok atau diurut dia mau, abis daripada ga diapa2in sama sekali,
biasanya memang terus sembuh sih kalau sudah dikerok/diurut,..

Untuk masalah dicekoki obat (dipaksa) menurut saya jangan mbak, saya pernah
paksa anak saya minum obat, yang ada malah muntah dan sekarang makin ga mau
minum obat,..


------------ [Bunda Reva]

dear mbak meutia dan mbak wiwin, dulu reva anakku juga gitu susah kalau mau
minum obat, kalau dipaksa akan muntah atau dipaksa olehnya sampai muntah.

akhirnya aku ambil cara cara sbb,
1. semua obat aku beri nama sesuai nama mereknya, jadi kalau waktunya minum
ryzen ya aku kasih liat botolnya, dan dialog.
2. obatnya pun aku kasih air minum yang banyak jadi seperti sirup.
3. dia juga aku bolehin pegang sendok dan aku pegang sendok juga.
ya tapi habisinnya jadi lama.pernah untuk habisin satu sendok teh elkana dan
satu sendok teh vistrum yang aku campur dengan 10 ml air bisa satu jam. tapi
targetku yang penting masuk. dan kalau ada obat tambahan diluar vitamin yang
biasa dia minum ya aku kenalkan juga pakai nama merek obat, nggak pernah
sekalipun aku sebut ini obat.
cara ini juga aku praktekin ke sepupu reva yang 2,5 tahun lumayan cuocok.
4. oh iya kalau puyer juga aku campur air, tapi untungnya puyernya manis tuh
sepertinya diberi campuran bahan gula atau madu atau pemanis. kalau nggak
manis ya aku beri madu atau gula sedikit atau setetes, sekedar pengabur
rasa, dan tetep diberikan dalam bentuk air minum. kadang kadang aku juga
sedikit berbohong dengan menempelkan gelas minum ke mulutku dan berpura pura
minum.


----------- [Ria]

Kalau anak saya batuk & pilek, saya biasa kasih obatnya bareng, jadi
semuanya 3 kali sehari. Memang waktu diberikan, tidak dicampur jadi satu,
tapi diberikan satu persatu. Setau saya Mucopect itu bukan untuk batuk, tapi
untuk mengencerkan dahak/lendir. Jadi kalo batuknya tanpa lendir (biasanya
kedengeran dr napas anak), saya akan stop mucopectnya. Saya kurang tau
takaran neo-triaminic, krn saya selalu pakai nipe untuk obat pilek,
sedangkan mucopectnya, 8 tetes, 3 kali sehari (mulai 6 bulan sampai sekarang
- 10 bulan)


------------- [Mama Callis]

mungkin juga dokternya yang model dr. Utami Roesli : setiap kali masuk 2-3
pasien udah gitu untuk ditimbang beratnya harus buka baju / telanjang di
depan orang lain. Kalo ada anak yang nangis, pastinya bisa pengaruh ke anak
yang lain yang ada di ruangan, jadi ikutan nangis.

Yang terjadi dengan anak saya ya begitu itu. Sebetulnya dia udah familiar
dan tidak takut dengan dsa-nya sendiri, cuma waktu itu dsa-nya diganti
sehingga saya cari alternatif lain dengan berobat ke dr. Utami. 


============
------------------------------------------------------ (on interscan)

Disclaimer: This email have been scanned by Indosat's anti virus system !!!

---------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke