Rekan2 terima kasih kembali untuk simpatinya, baik dari keluarga saya maupun
keluarga suami saya tidak ada penyandang autis (walau mungkin dulu orang
belum tahu apa itu autis), perkembangan motorik dan bahasa dari kami kedua
belah pihak juga wajar2 saja (tigak ada yang telat perkembangan motorik
maupun bahasanya). Rasanya di milis ini dulu dr. Rudy sutadi pernah membahas
tentang masalah MMR ini (ini saya posting beberapa postingan beliau di
milist diskusi-autis)
------------------------------------

Autisme adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang berat, bisa terjadi

sejak sekitar 6 bulan dalam kandungan, dan dapat didiagnosis sebelum anak

berusia 3 tahun, dan dapat terus berlanjut selama masa hidupnya.

Terdapat trias gejala pada penyandang autisme, yaitu pada bidang komunikasi,

interaksi sosial, dan aktivitas yang terbatas serta berulang-ulang. Mungkin

juga terjadi gangguan pada sensasi (hiper/hipo sensitif) dan fungsi adaptif.

Masalah pada bidang komunikasi, misalnya tidak bicara, terlambat bicara,

hanya babling (menceracau/"bahasa planit"), mula-mula bisa bicara tetapi

usia 18-24 bulan menghilang, ekolali (membeo), hanya menarik tangan orang

dewasa untuk memenuhi keinginannya, dlsb.

Masalah pada bidang interaksi sosial, misalnya tidak ada kontak mata, tidak

bisa berinteraksi timbal-balik dengan anak seusianya, kurangnya/tidak-ada

afeksi, tidak ada sharing happiness/enjoyness, dlsb.

Masalah pada bidang aktivitas yang terbatas serta berulang-ulang, misalnya

asyik sendiri, asyik bermain sendiri dengan cara yang aneh, stimulasi diri

(ump. jalan jinjit, mengepak-ngepakkan tangan, berputar-putar, senang

melihat benda berputar, senang memutar-mutar benda, dlsb.

Mereka yang hipersensitif, sensasi yang bagi kita tidak menggangu tetapi

bagi mereka merupakan siksaan. Misalnya diusap, label baju, suara

mixer/blender/hair-dryer, pakai topi, dlsb.

Mereka yang hiposensitif, tahan terhadap rasa sakit, kadang terjadi

self-abuse/self-injury.

Masalah pada fungsi adaptif adalah bantu diri dan bermain.

Untuk diagnosis, digunakan kriteria yang ada pada DSM-IV (APA, 1994) atau

ICD-X (WHO, 1993).

Vaksin MMR bisa memicu terjadinya autisme bila memang sudah ada faktor yang

mendasarinya (mis. faktor genetik). Diibaratkan sebagai pestol, faktor

genetik itu pelurunya sedangkan MMR ada pemicu/pelatuknya. Jadi kalau tidak

ada faktor yang mendasarinya, walaupun dipicu maka tidak akan "meletus".

Demikian sementara, semoga bermanfaat.

Dr. Rudy Sutadi, SpA

--------------------------

Yang ingin saya garis bawahi:

1. Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah

dilakukan evaluasi terhadap efektifitas, keamanan dan mutu vaksin oleh

Komite Nasional Penilai Obat Jadi [Komnas POJ].

Tanggapan: Evaluasi terhadap efektifitas, keamanan dan mutu. Ini tidak

berarti dilakukan juga evaluasi terhadap komplikasi, terlebih lagi, tidak

dievaluasi terhadap komplikasi terjadinya autisme (pemicu autisme).

2. Pemantauan dilakukan terhadap semua kejadian serius setelah imunisasi dan

hasilnya tidak ada laporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan

vaksin MMR.

Tanggapan: Di Indonesia _tidak_ pernah dilakukan pemantauan terhadap kasus

autisme pasca MMR. Bahkan di seluruh duniapun hal ini tidak pernah

dilakukan.

3. Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran (post

marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR

di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia dan Asia. Laporan

terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandia sejak

tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang

menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR.

Tanggapan: Inilah titik lemah yang sangat, sangat fatal!

Penelitian dengan mengambil data sekunder yang dikumpulkan dari VAER

(Vaccine Adverse Effect Report).

- Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang sudah ada, yang

telah dikumpulkan untuk suatu keperluan lain, yang bukan untuk penelitian

mengenai komplikasi autisme pada pemberian MMR.

- VAER atau yang di Indonesia dikenal sebagai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi), merupakan laporan dari petugas kesehatan yang sifatnya sukarela

(tidak compulsory/obligatory), boleh laporkan, boleh tidak. Suka-sukalah.

Karena tidak ada kewajiban, tidak ada sangsi bila tidak melaporkan, dan juga

terlebih lagi tidak ada hadiahnya, hah, males ah!

- VAER / KIPI, mengumpulkan data efek samping jangka pendek seperti misalnya

adanya demam tinggi, kejang, rash, dlsb., dalam jangka waktu paling lama 1-2

minggu setelah pemberian vaksin. Sedangkan kejadian komplikasi regresi

autistik umumnya sekitar 6-8 minggu kemudian, paling cepat 3-4 minggu

kemudian. Nah, inilah yang saya katakan, bila ingin menjaring ikan

lakukanlah di laut, jangan di padang pasir.

- Adanya informasi dari masyarakat bahwa terdapat hubungan antara MMR dengan

autisme, harusnya masuk dalam KIPI untuk kemudian ditindak-lanjuti. Tapi apa

yang terjadi? Pihak yang terkait bukannya responsif tetapi reaktif! Langsung

saja dengan serta-merta membuat pernyataan tegas hanya dengan dasar kajian

secara sumir.

4. Walaupun demikian Depkes dan Kesos, Badan POM dan IDAI, kata Sampurno,

akan terus memantau dan mengkaji efektivitas serta keamanan semua vaksin

yang digunakan di Indonesia, termasuk vaksin MMR.

Tanggapan: Kalau memang benar janji ini, baguslah. Namun sampai saat ini

tidak ada realisasinya, khususnya kaitan dengan autisme ini. Jangan-jangan

hanya seperti janji kampanye, setelah masa pemilu usai, hilang tanpa bekas,

nyaris tak terdengar...!

5. Saya pribadi tidak menyetujui bahwa MMR menyebabkan autisme.

Tanggapan: Autisme dikatakan pemicu autisme (bukan penyebab, tetapi pemicu).

6. Di dalam usus tersebut ditemukan virus campak, yang diduga berasal dari

imunisasi MMR.

Tanggapan: Dari penelitian lebih lanjut di beberapa tempat, dari

jejak-genetik ternyata memang terbukti benar (tidak lagi hanya diduga).

Penelitian Prof. Wakefield telah dilanjutkan dan direplikasi, ternyata

terbukti benar.

Jalan keluar:

Prof. Wakefield menganjurkan pemberian vaksin ini secara terpisah, tidak

sekaligus single-shot, triple vaccine MMR. Tetapi diberikan M,M,R secara

terpisah, sendiri-sendiri, M(easles) saja tersendiri, M(umps) saja

tersendiri, dan R(ubella) saja tersendiri, dengan jarak minimal 3-4 minggu,

lebih baik lagi bila 3 bulan.

Demikian sementara, semoga bermanfaat.

Dr. Rudy Sutadi, SpA

--------------------------------------

Jadi jadwalnya adalah,

Alternatif I :

- Measles 9 bulan

- Mumps paling cepat 12 bulan

- Rubella paling cepat 15 bulan

Alternatif II :

- Measles 12 bulan

- Mumps paling cepat 15 bulan

- Rubella paling cepat 18 bulan

Alternatif III :

- Measles 12 bulan

- Mumps dan rubella lebih jauh lagi dibanding alternatif II

Alternatif IV:

Mulai pemberian measles ditunda lebih lama lagi dari 12 bulan.

Oleh karena pada sebagian sampel penelitian Prof. Wakefield, mulai mengalami

regresi autistik setelah pemberian measles kemudian diperberat setelah MMR.

Perlu diketahui, semakin lama tidak mendapat suatu imunisasi maka terjadi

peningkatan risiko tertular penyakit yang bersangkutan. Jadi, dokter hanya

memberikan informasi yang seimbang, orangtua yang memutuskan.

Vaksin mumps dan rubella yang berdiri sendiri belum ada di Indonesia. Banyak

terdapat di Jepang, Perancis, dan beberapa negara Eropa.

Banyak orangtua yang meminta saya memasukkan vaksin tersebut ke Indonesia,

namun tidak saya lakukan karena nanti dituduh "ada udang di balik batu".

Siapa yang berminat? Bapak Bagwanto mungkin? Atau Bapak Edi dari Nirmala?

Demikian sementara, semoga bermanfaat.

Dr. Rudy Sutadi, SpA

-----------------------------------

INDIKATOR PERILAKU AUTISTIK PADA ANAK-ANAK

A. Bahasa / komunikasi :

1. Ekspresi wajah yang datar atau terbatas

2. Tidak menggunakan bahasa/isyarat tubuh

3. Jarang memulai komunikasi

4. Tidak meniru aksi atau suara

5. Bicara sedikit atau tak ada, atau mungkin cukup verbal

6. Mengulangi atau membeo kata-kata dan kalimat-kalimat

7. Intonasi/ritme vokal yang aneh

8. Tampak tidak mengerti arti kata

9. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas (literally/letterlijk)

B. Hubungan dengan orang :

1. Tak responsif

2. Tak ada senyum sosial

3. Tidak berkomunikasi dengan mata

4. Kontak mata terbatas

5. Tampak asyik jika dibiarkan sendiri

6. Tidak melakukan permainan giliran

7. Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat

C. Hubungan dengan lingkungan :

1. Bermain repetitif

2. Marah atau tak menghendaki perubahan-perubahan

3. Berkembangnya rutinitas yang rigid

4. Memperlihatkan ketertarikan yang sangat dan tak fleksibel

5. Respons terhadap rangsangan indera :

a. Kadang seperti tuli

b. Panik terhadap suara-suara tertentu

c. Sangat sensitif terhadap suara

d. Bermain-main dengan cahaya dan pantulan

e. Memainkan jari-jari di depan mata

f. Menarik diri ketika disentuh

g. Sangat tidak suka terhadap pakaian/makanan tertentu, dlsb

h. Tertarik pada pola/tekstur/bau tertentu

6. Sangat inaktif atau sangat aktif

7. Mungkin memutar-mutar, berputar-putar, membentur-bentur kepala, menggigit

pergelangan

8. Melompat-lompat dan/atau mengepak-ngepakkan tangan

9. Tahan atau berespons aneh terhadap nyeri

D. Kesenjangan perkembangan :

1. Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat

2. Mempelajari keterampilan di luar urutan normal, contoh :Membaca, tapi

tidak mengerti arti

3. Menggambar secara rinci, tapi tidak dapat mengancing

4. Pintar mengerjakan puzzle, peg, dll., tapi amat sukar mengikuti perintah

5. Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi

6. Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri

7. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tetapi tidak lain waktu

Dr. Rudy Sutadi, SpA

  -----Original Message-----
  From: Beth [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Thursday, March 27, 2003 12:08 PM
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: RE: [balita-anda] Autis ( was Bengkak )


        Mbak Mike, saya ikut prihatin atas apa yang terjadi dengan anak
mbak. Kalo tidak keberatan boleh ngga mbak sharing pengalaman mbak, jadi
kita di milist ini yang belum memberikan imun MMR untuk anak2 kita, boleh
lebih panjang lagi berpikir apakah kita perlu memberikan imun MMR tersebut
atau tidak.
        Oh iya, apakah keluarga mbak atau keluarga suami mbak ada yg pernah
terkena autis ?
        Maaf kalo tidak berkenan.

        Salam,
        Beth

        -------Original Message-------

        From: [EMAIL PROTECTED]
        Date: Thursday, March 27, 2003 11:39:29
        To: [EMAIL PROTECTED]
        Subject: RE: [balita-anda] Bengkak

        Mbak, bagaimana kalau kejadiannya seperti anak saya yang akhirnya
jadi
        penyandang autis, yang kita tahu juga penyembuhannya tiada akhir.
Saat usia
        0 sd 15 bulan anak saya tumbuh normal senormal anak normal lainnya.
Tapi
        beberapa bulan setelah imunisasi itu anak saya jadi blank, tidak ada
kontak
        mata, tidak ada suara, hiperaktif dan gejala2 autisme lainnya ada
pada anak
        saya. Siapa sih yang tidak ingin punya anak sehat, kalau saat itu
saya tahu
        anak saya tidak tahan akan imunisasi MMR maka saya akan tunda
pemberiannya
        sampai anak saya 3 tahun dan benar-benar sudah siap menerimanya.
Asal tahu
        saja mbak mempunyai anak penyandang autis itu berat ...... Memang
tidak
        semua anak jadi begitu tapi apa kita tahu anak kita tahan atau
tidak, apa
        dokter bisa menjamin? Maaf ya kalau tidak berkenan, sekedar curhat
.....

        Salam hangat,
        Mike



  ____________________________________________________
    IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

Kirim email ke