Hallo Pak Moderator,

Kayagnya yang satu ini sudah keterlaluan sekali deh....sudah diingatkan
berkali-kali kog masih OOT terus....ada sanksi ????


mama Ryan


----- Original Message -----
From: "Jacobz, Femmy X" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, March 27, 2003 4:17 PM
Subject: RE: [balita-anda] MERANGSANG OTAK KANAN, MENGEMBANGKAN KREATIVITA S


> dear rekans,
>
> sepertinya topik ini kurang diminati, ya ?
>
> Anyway, semalam (Rabu, 26/3) saya enggak sengaja menonton satu acara
menarik
> di TVRI sekitar pukul 1900-an. Di situ ada acara yang dinamakan EGP
> "Ekspresi Gaya Pelajar". Acara baru, karna baru episode 2. Ada
presenternya
> 2 orang : Formatnya duduk melingkar seperti Kuis Siapa Berani di Indosiar,
> tapi ini pesertanya pelajar SLTP se-Jakarta, kali ya ? Jadi ada 5 Group (1
> group kurang dari 30 org) + di tengah-tengah kepsek-nya. Jadi
masing-masing
> group menyerukan yel-yelnya, setelah itu mereka perform kesenian/atraksi2.
>
> Kalo kemarin itu dari SLTP 8 menampilkan Tari Saman + nyanyiannya dari
Aceh
> SLTP 13 menampilkan mini orkestra. Bagus sekali deh, jadi ada yang main
> seruling, harmonika, gitar, & biola. Dari SLTP Al Azhar Rawamangun
> menampilkan musikalisasi teater, jadi ada yang menyanyi solo + puisi,
> lagunya "Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati dst dst , juga ada yang
> berdrama-ria juga ada yang menari (tarian Merak). Terakhir SLTP Asisi
> menampilkan modern dance, breakdance, asereje (ini dia yang pengaruh
> modern-nya kuat banget).
>
> Nah setelah berakhir, nanti ada yang divote dari pemirsa melalui SMS,
siapa
> yang terfavorit. Kemarin itu yang difavoritkan adalah SLTP 8 dengan tari
> Saman-nya. Sedangkan yang keluar sbg pemenang adalah SLTP 13 dg mini
> orkestra-nya. Jurinya itu : Bens Leo, mbak Vivit (dari Aneka Yess) + 1
lagi
> lupa.
>
> Sudah itu ada bintang tamu : Baim & Lusi Rachmawati. Sponsor acaranya
adalah
> : Aneka Yess, Top One Oil, Lotto & sorry lupa.
>
> Itu gambaran acara EGP. Sekarang, saya ingin menyampaikan hal-hal
berkenaan
> dg topik di atas, sbb :
>
> - Alangkah bagusnya kalau ada acara serupa untuk anak SD ataupun TK. Jadi
> semakin dini mereka mengenal / terstimulasi acara seni budaya akan semakin
> baik sekali.
>
> - Ada alternatif tontonan menarik untuk balita kita di rumah pada malam
hari
> saat prime time (19.00-20.00). Jadi tidak melulu sinetron, kismis, film,
or
> else. Cuma pada waktu tontonan modern dance, breakdance, gitu anak saya yg
> umur 3,1 th tanya : ma, itu apa ma ? nah lho, saya jawab aja sih itu
namanya
> breakdance. Tapi kamu belum boleh soalnya masih kecil, nantinya badannya
> sakit-sakit. Jadi memang tidak 100% bagus ya pengaruh modern itu buat
anak.
>
> - Pada waktu menonton acara tari Merak / tari Saman, sebetulnya saya ingin
> menjelaskan ke anak : itu tari maksudnya begini begini, tapi karna saya
> blank masalah itu, jadi saya cuma bilang itu tari Saman, dari Aceh. Lebih
> bagus lagi, sih kalau kitanya tahu itu tari Saman, dari Aceh, ditarikan
> dalam rangka perang, misalnya dst. dst. Jadi ada apresiasi seni-nya buat
> anak.
>
> - Pada waktu menonton mini orkestra, anak saya senang sekali & dia bilang,
> "mah, mau ya beli yang seperti itu (harmonika, maksudnya)" Saya jawab aja,
> iya, nanti mama beliin, Callis belajar ya ?" Nah secara enggak langsung
kita
> sudah mengenalkan alat musik pada anak.
>
> Mungkin sekian dulu, sorry ya kalo kepanjangan.
>
> Thanks,
> imef
>
> -----Original Message-----
> From: Jacobz, Femmy X
> Sent: Wednesday, March 26, 2003 8:51 PM
> To: '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject: RE: [balita-anda] MERANGSANG OTAK KANAN, MENGEMBANGKAN
> KREATIVITA S
>
>
> mbak,
> sepertinya kurikulumnya berubah terus itu tergantung dari Menteri P&K eh
> Menteri Pendidikan Nasional maksudnya. Kalo Menterinya ganti ya ganti juga
> deh kurikulumnya, buku-bukunya, dll.
>
> Kalo boleh tahu, sekolahnya di mana, mbak ? Mudah-mudahan cuma 1 guru itu
> aja ya yang kasih PR banyak ? Saya sendiri anak saya belum sekolah tapi
saya
> lihat ponakan saya bawa bukunya tuh banyak buanget setiap harinya. Sampai
> bawa tasnya yang trolly gitu...padahal masih SD (Strada). Sepertinya dia
> bawa semua bukunya ke sekolah. Apa 4-5 tahun ke depan masih seperti itu ya
?
>
> gimana pendapat rekans yang lain ?
> imef
>
> -----Original Message-----
> From: Siti Rochati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, March 25, 2003 5:11 PM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: [balita-anda] MERANGSANG OTAK KANAN, MENGEMBANGKAN
> KREATIVITAS
>
>
> Di Indonesia sering dan banyak ahli pendidikan yang umumnya sarjana bahkan
> pakar2 yang sampai Professor yang mengemukakan kesalahan ataupun
kekeliruan
> sistim pendidikan kita dengan kurikulum yang memberatkan anak didik namun
> tidak ada perubahannya sampai sekarang ,  saya perhatikan anak2 kami masih
> sering membawa PR yang untuk satu mata belajaran min 10 soal untuk satu
> hari 6 pelajaran semua ada tugas PR apakah ini tidak terlalu berat??? saya
> kadang kasihan sama anak2 sampai tidurnya malam hanya utk mengerjakan PR
> bahkan ada anak temen saya nggak mau masuk sekolah karena belum selesai
> mengerjakan PR karena PR sampai 60 soal
> Kenapa yaaa dari sekolah tidak mengawasi gurunya yang memberikan  PR
> berlebihan tsb???
>
> Bagaimana pendapat temens
>
> >Dear netters,
> >
> >Ini ada artikel menarik mengenai "otak" yang saya kutip dari KOMPAS
Minggu,
> >23 Maret 2003.
> >Semoga bermanfaat.
> >
> >Thanks,
> >imef
> >
>
>---------------------------------------------------------------------------
> -
>
>---------------------------------------------------------------------------
> -
> >-----
> >
> >MERANGSANG OTAK KANAN, MENGEMBANGKAN KREATIVITAS
> >
> >Sering kita saksikan anak-anak kita yang masih duduk di bangku sekolah
> dasar
> >(SD) terpaksa harus tidur larut malam hanya untuk mengerjakan
> berpuluh-puluh
> >pekerjaan rumah dan esok harinya harus dicocokkan dengan kunci jawaban
yang
> >telah tersedia. Bahkan tanpa memberi kesempatan untuk berargumentasi.
> >
> >Guru juga memberi pelajaran di depan kelas dengan bermodalkan bahan yang
> >semata-mata untuk mengejar target yang ditetapkan kurikulum dan cenderung
> >satu arah, tanpa bersedia menerima umpan balik atau bahkan sanggahan dari
> >anak didik. Seakan mereka menjadikan anak didik sebagai robot, tanpa
> >kreativitas. Hal demikian juga berlaku pada pendidikan bagi anak berbakat
> >yang akhir-akhir ini digalakkan, terutama dalam program akselerasi.
> >
> >Program akselerasi yang dalam kenyataannya sekadar memampatkan materi
untuk
> >memenuhi tuntutan kurikulum, sebenarnya salah sasaran. Betapa tidak,
> >ciri-ciri anak berbakat yang antara lain memiliki penalaran tajam,
kritis,
> >logis, kreativitas tinggi, bertanggung jawab, ulet dalam menghadapi
> >kesulitan, banyak inisiatif, dan percaya diri, bukan mustahil lambat laut
> >akan terkikis.
> >
> >Bagaimana pula dengan anak didik lainnya yang sebagian besar termasuk
> >rata-rata, bahkan lambat belajar atau prestasi akademisnya kurang
> memuaskan.
> >Bukan mustahil mereka juga akan "dipaksa" mengikuti les-les tambahan yang
> >semakin menyita banyak waktu, sekadar tujuan pemampatan materi tersebut.
> >Hasil akhir yang ingin dicapai tidak lain adalah prestasi dalam nilai tes
> >atau ujian. Dalam hal ini kawasan kognitif digarap habis-habisan,
sementara
> >kawasan afektif hampir tak tersentuh. Padahal proses pendidikan yang
ideal
> >yang dikemas dengan memperhatikan berbagai aspek, baik pengetahuan, sikap
> >maupun perilaku.
> >
> >Dalam dua dasawarsa terakhir, penelitian mengenai otak manusia (brain
> >lateralization) semakin maju. Salah satu hasil yang menonjol adalah
> >diferensiasi fungsi antara hemisfer (otak belahan) kiri dan kanan atau
yang
> >sering disebut "otak kiri" dan "otak kanan" saja. Sebelum ada penelitian
> >tentang hal ini, para ahli psikologi berpendapat bahwa dua belahan otak
> >manusia berfungsi identik. Bahkan ada yang berpendapat bahwa belahan otak
> >kanan sekadar cadangan, jika belahan otak kiri mengalami malfungsi.
> Anggapan
> >keliru ini dipatahkan berbagai penelitian mengenai belahan otak manusia
> yang
> >pada akhirnya menyimpulkan bahwa belahan otak mempunyai fungsi berbeda.
> >
> >Hakikatnya "otak kiri" mempunyai kemampuan analitis dan "otak kanan"
> >kemampuan berpikir sintetis. "Otak kanan" memiliki kemampuan berpikir
yang
> >menyatukan bagian-bagian untuk membentuk konsep keseluruhan yang utuh
> secara
> >paralel tanpa terikat oleh langkah-langkah terstruktur atas dasar ruang
dan
> >waktu. Pemanfaatan "otak kanan" sangat efektif untuk mengajarkan
imajinasi
> >yang menembus ruang dan waktu sehingga menjadi manusia kreatif, bukan
> >manusia robot.
> >
> >Suka atau tidak suka, proses pendidikan kita saat ini terlalu
mementingkan
> >aspek kognitif pada tataran pengetahuan dengan mengabaikan kreativitas.
> >Proses pengajaran di sekolah lebih mementingkan target pencapaian
kurikulum
> >dibandingkan penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif.
> Gejala
> >ini telah tampak sejak proses pendidikan di sekolah dasar sampai
perguruan
> >tinggi, sehingga tidak membuka peluang bagi anak-anak untuk berpikir
> >divergen dan nonkonvensional.
> >
> >Proses pendidikan kita, di sekolah maupun keluarga, sejak awal dipenuhi
> >struktur berpikir linier yang berada pada belahan otak kiri. Padahal
> >merangsang berlebihan "otak kiri" akan menghasilkan anak yang "on-off",
> >yaitu yang pandai seperti robot atau komputer, tetapi kehilangan modal
> >sangat berharga bagi kehidupannya di kemudian hari, yaitu kerangka
berpikir
> >yang menggunakan kata hati, merangsang daya khayal, menyeluruh dan bebas
> >atau tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.
> >
> >Beberapa pengalaman berikut merupakan contoh kecil yang dapat dilakukan
> oleh
> >para pendidik maupun orangtua dalam rangka mengembangkan "otak kanan".
> >
> >Hari-hari pertama setelah liburan sekolah, para murid SD diminta maju ke
> >depan kelas mepresentasikan hasil karya mereka yang merupakan potret
> >fenomena alam, baik berisi muatan pengetahuan alam, pengetahuan sosial
atau
> >seni. Di akhir penyajian, guru akan membahas, memperkaya dan
mengkaitkannya
> >dengan kurikulum.
> >
> >Pelajaran sastra di sekolah bukan diisi dengan menghafal melainkan
> >membiarkan anak didik mengeksplorasi perpustakaan maupun media massa dan
> >menyajikannya di depan kelas. Guru memberikan apresiasi terhadap
> karya-karya
> >yang disampaikan. Sesekali menghadirkan para penulis atau sastrawan di
> depan
> >kelas sebagai tamu, akan lebih memberi apresiasi dan merangsang
kreativitas
> >anak didik dalam mata pelajaran ini.
> >
> >Pekerjaan rumah bagi anak didik sebaiknya bukan sekadar menyelesaikan
> target
> >jumlah bab atau halaman. Akan menjadi pengalaman yang menarik minat anak
> >didik bila mereka ditugasi dengan masalah yang terdapat dalam buku teks
> >maupun di lapangan untuk dipecahkan. Hal ini akan merangsang intuisi dan
> >imajinasi anak karena pada hakikatnya tidak ada jawaban anak yang "salah"
> >melainkan "benar" atau "lebih tepat".
> >
> >Sejak seorang anak telah mampu berkomunikasi, sebaiknya orangtua tidak
> >menggunakan kata-kata yang bersifat mengharuskan, melainkan lebih
> >mengembangka pendapatnya. "Bagaimana sebaiknya menurut Ade ?" akan lebih
> >tepat daripada "Ade harus laksanakan perintah Mama !".
> >
> >Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merangsang otak kanan, antara
> >lain :
> >- Dalam memberikan setiap informasi atau pelajaran kepada anak didik
> >sebaiknya bukan hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga secara
visual.
> >- Informasi atau pelajaran bukan hanya sekadar memberi pengetahuan,
tetapi
> >dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik.
> >- Berbagai pengalaman guru maupun orang lain yang layak diketahui anak
> >didik, sebaiknya dihadirkan di dalam kelas.
> >- Belajar tidak harus di dalam kelas atau perpustakaan, tetapi ajaklah
> >anak-anak ke lapangan untuk mengamati dan melakukan eksplorasi terhadap
> >berbagai fenomena alam.
> >- Sesekali anak didik diajak ke lingkungan, termasuk masyarakat di
> >sekitarnya untuk berkomunikasi dan menghayati berbagai fenomena sosial
yang
> >ada.
> >- Tugas kelompok memang baik, namun anak didik juga perlu diberi tugas
> >mandiri.
> >- Dalam setiap penugasan, rangsanglah anak untuk memecahkan berbagai
> masalah
> >berdasarkan intuisi dan imajinasinya, karena pada hakikatnya tidak ada
> >jawaban anak yang "salah" melainkan "benar" atau "lebih tepat".
> >- Jangan menggunakan kata-kata "kalian harus begini", melainkan
"bagaimana
> >sebaiknya menurut kalian".
> >
> >Sistem pendidikan saat ini masih dalam kondisi "otak kiri" sentris.
> Alangkah
> >idealnya jika sistem pendidikan yang dipakai memiliki keseimbangan antara
> >"otak kiri" dan "otak kanan". Satu tantangan bagi dunia pendidikan kita.
> >
> >(dr ANIES)
> >pakar kedokteran keluarga,
> >mahasiswa program doktor Program Studi Pendidikan Kependudukan &
Lingkungan
> >Hidup
> >Universitas Negeri Jakarta
> >
> >
> >---------------------------------------------------------------------
> > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
> > >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
>
> >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
>
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>


----------------------------------------------------------------------------
----


> ---------------------------------------------------------------------
> >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke