Dear BAers,

Minta informasinya dong, buku apa yang bagus/baik (bermutu) utk dibacakan ke
anak dibawah umur 1 tahun?
Apakah yang ada bergambar juga atau cukup ceritaan saja ?
Jenis bukunya, kalau bisa judul dan penerbitnya sekalian.

Dan bagaimana dan kapan sebaiknya dibacakan utk si kecil ?
Dibacakan pada saat anak tidur atau tidak?
Bagaimana kalau si anak tidak tertarik waktu dibacakan buku dan justru
menangis (mungkin karena bosan) walaupun bacain-nya belum lama.

Thks dan Salam,
Papanya Davin


On 05/01/06, DEWI SUSANTI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> anak saya, Lia ( 3th ) sangat senang sekali mendengarkan dongeng.danuniknya, 
> setelah umminya ato bapaknya mendongeng, dia dengan cepatnya bisa
> kembali menceritakan isi dongeng itu kepada orang lain...
> tapi, kadang2, kami yg sudah capek seharian kerja di kantor, suka ga mood
> klo langsung ditodong Lia untuk mendongeng.
> bahkan pernah, saking ngantuknya, sambil merem ( setengah tertidur ) saya
> tetap mendongengkan Lia, dan dia ga berhenti-berhentinya ngomong "terus
> gimana mi? terus mi..."
>
> ________________________________
>
> From: ambara [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Kamis 05/01/2006 14:51
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: [balita-anda] rada serius neeh....(dari millist sebelah...)
>
>
>
> Para Orang Tua, Mendongenglah!
> **
> Kendati tahu mendongeng banyak manfaatnya, banyak orang tua tidak
> *pede*melakukannya.
>
> Rani tahu benar manfaat dongeng bagi anak. Ia ingin melakukannya untuk
> Intan
> (3 tahun). ''Tapi, aku *nggak* bisa. Imajinasi dan kemampuan mendongengku
> *
> cekak*,'' katanya.
>
> Sebagai gantinya, Rani membelikan sejumlah VCD tentang dongeng anak
> nusantara untuk buah hatinya. ''Biarlah video yang menggantikan,''
> tambahnya. Namun, pendongeng dan penulis dongeng anak-anak dari
> Yogyakarta,
> RUA Zainal Fanani tak sependapat. Menurut dia, orang tua tak usah merasa
> takut dengan hal-hal teknis. ''Para orang tua mendongenglah,'' saran dia.
> ''Kadang ada orang tua yang enggan mendongeng karena merasa tidak bisa
> mendongeng bagus, tidak bisa menirukan suara ini-itu, dan sebagainya,''
> tuturnya.
>
> Menurut dia, mendongeng di rumah itu berbeda dengan mendongeng di kelas.
> Mendongeng di kelas, kata Zainal, sisi hiburannya harus tinggi, karena
> harus
> mengendalikan banyak anak. Apalagi mendongeng di depan ribuan anak-anak.
> Lain halnya mendongeng di rumah. ''Anak-anak itu dengan teknik mendongeng
> terjelek pun mau mendengarkan,'' katanya,''Asal orang tua terutama ibunya
> mau mendongeng.''
>
> *Waspadai pengaruh*
> Bagi anak-anak, mendongeng di rumah itu tidak sekadar dongeng. Tetapi
> posisinya lebih merupakan kedekatan batin antara orang tua dengan
> anak-anak.
> ''Itu jauh lebih memenuhi dahaga anak-anak akan kehangatan dengan ayah
> ibunya,'' ungkap Zainal.
>
> Meskipun begitu, pendongeng ini berpendapat, karena kita meyakini makna
> edukatif dongeng itu sangat kuat, maka kita harus menyadari bahwa
> pengaruhnya kepada anak-anak akan banyak. ''Kalau yang kita dongengkan itu
> sesuatu yang tidak baik, tidak pas, mungkin pengaruhnya juga buruk.
> Sebaliknya, kalau kita mempersiapkan dongeng dengan baik, pengaruhnya juga
> akan baik.''
>
> Dongeng yang pengaruhnya buruk, misalnya orang tua yang terlalu banyak
> memberikan dongeng-dongeng yang berbau mistis atau yang bersifat
> 'mentalitas
> menerabas' seperti istilah antropolog Koentjaraningrat. Misalnya, kata
> dia,
> hanya dengan membaca semacam ayat-ayat tertentu, rapalan-rapalan tertentu,
> semua keinginan kontan bisa tercapai. Dari segi pandang pembentukan
> mental,
> dongeng yang instan seperti itu jelaslah buruk. Akibatnya, anak-anak
> mempunyai pandangan yang keliru tentang etos kerja, etos berusaha,
> sehingga
> ikhtiarnya kurang.
>
> Karena itu, Zainal Fanani menyarankan agar para orang tua dalam mendongeng
> membuat proporsi yang lebih menonjolkan cerita-cerita pada usaha keras. Di
> Cina, misalnya, orang dilatih kungfu dalam waktu panjang, sampai luka-luka
> dan baru dia menguasai ilmu kungfu. Demikian juga pada cerita Oshin dari
> Jepang yang sukses di masa tuanya, semasa kecil bekerja keras, menghadapi
> banyak tantangan. Para Nabi pun begitu berusaha keras dalam hidupnya.
> Mengutip sosiolog David McLelland, Zainal menyebutkan cerita yang baik itu
> setidaknya menanamkan tiga prinsip kehidupan. Yakni, kemauan untuk
> berprestasi, kemauan untuk bertahan hidup, dan kemauan untuk berkreasi.
>
> *Kasih sayang Allah*
> Dalam mendongeng, Zainal mengingatkan agar memasukkan unsur-unsur kasih
> sayang Allah. ''Kita harus katakan kepada anak-anak bahwa semuanya Allah
> berperan di sini. Cuma kita tetap kerja keras, sebelum kita berhasil,
> Allah
> ingin melihat usaha kita,'' kata Zainal yang juga pelatih Ardika (Armada
> Da'i Khusus untuk Kalangan Anak-anak), Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan
> Silaturrahim Pecinta Anak-anak Yogyakarta. Zainal melihat kisah-kisah
> seperti karya HC Anderson menimbulkan Sindrom Cinderella. Yakni, bermimpi
> suatu saat akan ada pangeran yang lewat. ''Itu kurang tepat. Apalagi
> menawarkan mimpi-mimpi yang berkonotasi ke arah perjodohan,'' tuturnya.
>
> Lewat dongeng, lanjut Zainal, anak-anak berlatih berimajinasi. Imajinasi
> itu
> bisa banyak hal misalnya imajinasi ke masa lalu, ke dunia lain seperti
> binatang atau imajinasi yang sifatnya futuristik. Misalnya, anak-anak
> diajak
> bercerita tahun 3000 dengan membayangkan teknologi yang memungkinkan kita
> bisa bertamasya ke dasar lautan.
>
> Yang tak boleh dilupakan adalah mendongengkan tentang cerita yang
> memperkenalkan nilai baik dan buruk. ''Pada usia TK harus digambarkan
> hitam-putih, maksudnya kalau baik ya baik dan kalau jelek ya jelek, jangan
> digambarkan abu-abu,'' kata Zainal, ''Jadi, anak-anak bisa melakukan
> identifikasi tokoh dan identifikasi perbuatan.'' Misalnya, anak ingin
> seperti Nabi Muhammad SAW dan tidak ingin melakukan hal-hal yang
> merugikan.
>
>
> *Teknik Praktis Mendongeng*
>
> Bila Anda sudah berniat mulai mendongeng untuk si kecil, jangan takut. RUA
> Zainal Fanani memberikan beberapa tips teknis yang bakal mempermudah
> penyampaian pesan Anda.
>
> ** Bisa membacakan cerita atau menceritakan kembali isi cerita. *
> Caranya bisa orang tua berhadapan dengan anak atau orang tua di samping
> anak
> membaca bersama-sama.
>
> ** Cerita bisa dibuat sendiri. *
> Ada yang dibuat sampai jadi lalu diceritakan, bisa juga mengarang sambil
> mendongeng sehingga anak boleh mengusulkan saat pendongeng bercerita.
> Pendongeng yang membuat cerita sendiri ini membutuhkan kemampuan dan
> pengalaman supaya dongengnya tidak macet di tengah jalan. Harus ada
> konsistensi, tokoh-tokohnya jangan sampai lupa.
>
> ** Perhatikan durasi dan waktu. *
> Cerita sebelum tidur itu cukup baik. Hanya lebih baik lagi kalau
> disampaikan
> pada waktu yang tepat misalnya setelah belajar. Cerita menjelang tidur
> sebaiknya pendek saja, 15-20 menit sudah cukup, terutama bila anak sudah
> mengantuk. Yang penting ada kesepakatan tentang frekuensi dalam seminggu.
> Anda kadang memberikan cerita sebagai hadiah itu baik, karena menjadi
> 'kejutan' bagi anak.
>
> ** Hindari cerita mengandung konflik bertingkat.*
> Maksudnya, cerita di mana pemerannya kalah dulu, kemudian akhirnya menang.
> Sebab, jangan-jangan ketika pemerannya kalah, anak sudah tertidur.
> Alhasil,
> yang masuk dalam benaknya, ''O, orang baik itu harus mengalah.'' Bagaimana
> pun cerita yang menarik itu ada unsur konfliknya, tetapi harus disesuaikan
> kemampuan si anak menangkap cerita. Anak TK membutuhkan cerita yang
> sederhana.
>
> ** Setelah mendongeng*, didiskusikan ceritanya dengan anak. Ini usaha
> untuk
> menginternalisasikan nilai cerita pada anak. Misalnya, ''Kamu atau temanmu
> pernah tidak mengalami seperti cerita itu?''
>
>
> --
> Best Regards,
> Abahnya Surya & Akmal
>
>
>
>
>
>
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>

Kirim email ke