Minggu, 22 Januari 2006 Mana yang Sakit, Nak?
Kiki menangis. Sesekali bocah berumur dua tahun itu memukul-mukul telinga kanannya. ''Apanya yang sakit, Nak? Kepalamu?'' tanya Dina, sang ibu, kebingungan. Si kecil terus menangis. Ia tak bisa menjelaskan panjang lebar apa yang dideritanya. Dan, Dina pun menebak-nebak kemungkinan yang terjadi pada buah hatinya. Anak usia amat muda memang sulit memberi penjelasan tentang rasa sakitnya. Para pakar dari majalah Parents terbitan AS edisi Desember lalu memberikan beberapa panduan untuk menafsirkan rasa sakit yang biasa terjadi pada anak. Berikut sebagian panduan yang mereka berikan. Telinga Gejala: Menarik atau memukul-mukul telinga. Kemungkinan: Infeksi telinga atau tekanan dan nyeri akibat pilek. Si kecil mungkin juga demam, sakit telinga, dan ada cairan yang keluar dari telinganya. Kurangi ketidaknyamanan anak dengan memberi kompres kain hangat yang lembab di telinga dan memberi obat antinyeri. Hubungi dokter, tapi ingat bahwa ia mungkin tak langsung memberi obat antibiotika karena sebagian besar infeksi telinga sembuh sendiri setelah beberapa hari. (Mungkin ia mengecualikan anak di bawah 2 tahun atau yang punya gejala berat) Jangan kesampingkan: Tumbuh gigi --saraf di gusi 'berkelana' di sepanjang rahang menuju ke telinga. Gejala lain adalah keluarnya air liur, menggigit jari, dan gusi yang memerah dan membengkak. Urut gusinya dengan jari bersih atau kain basah dan berikan karet gigit-gigit yang menarik. Kening Gejala: Menekan jari-jari pada kening dan pelipis. Kemungkinan: Sakit kepala karena alergi, pilek, tegang di mata, dehidrasi, lapar, atau kurang tidur. Berikan segelas jus buah atau camilan ringan bila ia belum makan. Bila ia tak merasa lebih baik, tidurkan anak di ruangan yang dingin dan agak gelap, letakkan kompres di keningnya, berikan acetaminophen atau ibuprofen. Bawa anak ke dokter bila rasa nyeri tetap ada sampai berjam-jam. Bila si kecil demam atau kaku lehernya (yang juga pertanda meningitis). Jangan kesampingkan: Infeksi sinus, karena nyeri di lubang sinus sering beluas sampai ke kening. Gejala lain bisa termasuk demam, ingusan, napas berbau, dan nyeri di rahang atas dan gigi. Dokter mungkin merekomendasikan obat antinyeri atau memberi resep antibiotika. Perut Gejala: Memegang dan menggosok-gosok perut. Kemungkinan: Sakit perut akibat infeksi viral atau pencernaan. Ini biasanya neri di atas pusar yang ditemani dengan diare, muntah atau demam. Tidurkan anak, dan letakkan bantal pemanas di perutnya. Beri anak banyak cairan. Bawa ke dokter bila rasa nyeri bertambah atau jika mungah dan diare tetap berlangsung. Jangan kesampingkan: Sembelit, tak tahan laktosa, atau mungkin usus buntu. Jika Anak anda tidak buang air besar beberapa lama dan mengeluhkan bagian bawah perutnya, mungkin ia sembelit. Anak-anak yang mengalami intoleransi laktosa biasanya berulang kali mengeluh nyeri di perut setelah minum susu atau makan makanan produksi susu. Mereka biasanya diare dan kembung. Sakit usus buntu jarang terjadi. Tapi, jika si kecil mengeluh nyeri yang teramat sangat pada perut bagian kiri bawah, ia juga demam dan menggigil dan berkeringat banyak, bawa ke dokter. Bokong Gejala: Bokong sakit. Kemungkinan: Terjadi iritasi akibat tidak bersih saat membersihkannya dan bisa juga sembelit. Bantulah anak membersihkan bokongnya dengan air hangat dan sabun, kemudian bersihkan dengan handuk kering dan berikan krem. Anda juga ingin memastikan bahwa ia minum banyak air dan makan makanan bersemak tinggi untuk meringankan sembelit. Bawa ke dokter bila tak juga sembuh. Mengorok Gejala: Mengorok keras saat tidur. Kemungkinan: Pilek atau alergi yang menyebabkan lendir menghambat saluran pernapasannya. Anak mungkin menunjukkan gejala pilek yang lain dan mengeluh sakit tenggorokan di pagi harinya (karena bernapas lewat mulut di malam harinya mengiritasi tenggorokannya). Agar anak tidur lebih enak, tinggikan posisi kepalanya dengan bantal tambahan (untuk bayi, letakkan sebuah buku di bawah satu kasur bagian kepalanya). Menggunakan obat tetes hidung sebelum tidur juga membantu. Jangan kesampingkan: Apnea, napas terhenti sebentar karena tejadi gangguan-- bila anak mengorok terus berlanjut selama lebih dari dua minggu. Anak dengan amandel yang membengkak, paling sering menghadapi kondisi seperti ini. Saluran udara terbendung saat tidur. Gejala termasuk kesulitan bernapas di malam hari dan mengantuk di siang hari. (parents ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=232096&kat_id=123