Hi mbak Rukmi,

Syukurlah Aya sudah mulai recover ya mbak :)
Baca subject e-mail nya mbak, saya jadi senyum2 .... you're not alone,
mbak... semua ortu pernah dan masih mengalami, kok :)

Cuma mau share aja, nih...
Tiap kali Jovan (3 years) sakit, saya selalu belajar untuk jadi the
BEST OBSERVER.  (Untuk Rena-5,5 mos ... thanks to ASI, so saya belum
sempat disuruh 'panik' lihat dia sakit :))

Kadang kalau Jovan sudah mulai istirahat setelah demam tingginya
mereda (biasanya kan ada waktu sekian jam sebelum demamnya naik lagi
karena masih ada infeksi di tubuh), saya curi waktu coba buka arsip
riwayat kesehatan dia or browsing lagi hanya untuk make sure tahap
yang saya lakukan sejauh ini cukup tepat (salah satu 'ritual' browsing
: pasti sempatkan diri buka site favorit Mayo Clinic yang selalu bahas
setiap kasus penyakit dengan rinci, bahasa simple, nggak makan waktu
lama bacanya, dan up-dated :))

Syukurlah selama ini anak2 hanya ngalamin common cold yang lumrah
dialami semua balita ... jadi dengan modal observasi dan ingat2 gejala
and symptom penyakit yang sering banget dishare di milis ini... home
treatment yang tepat, cukup untuk membuat saya belajar tidak panik. 
Catatan observasi selama anak sakit? lengkaaap banget.. yang nantinya
jadi bahan diskusi saya dengan dokter in case saya perlu bantuan medis
untuk treatment selanjutnya.

Masalah 1 visi dengan suami saat handle anak yang sakit?  Pengalaman
saya: - - Discuss masalah seperti ini dengan suami justru pada saat
anak tidak sedang sakit.  Kadang memang dengan artikel kesehatan yang
ada, masalahnya ada di nggak ada waktu luang suami untuk baca.  Jadi
saya prefer untuk 'ngobrol' aja dengan dia.  Waktu favorit: waktu di
mobil saat weekend, perjalanan panjang, dan anak-anak sedang tidur di
mobil.  Untuk saya pribadi, 'sharing' info seperti ini lebih mencapai
target he..he..
Jadi, pas kejadian anak sakit, kami berdua belajar tahu apa yang harus
dilakukan.

- Cara cukup ampuh, praktekkan sendiri 'ilmu kesehatan' ini saat saya
atau suami atau orang dewasa di rumah sakit.  Jadi sama seperti Jovan,
kalau kami lagi flu or batuk, mulai deh ... minum air putih, jus buah,
sop hangat, masker, dll.  dll.. 'berseliweran' di dalam rumah :)
Saya pikir, percuma juga kalau anak kita 'tidak diberi antibiotik'
untuk penyakit infeksi virusnya, sementara orang dewasa di sekitarnya
justru 'rajin minum antibiotik' untuk flu atau batuknya.  Bukannya
'kuman resisten antibiotik' yang  impactnya sampai di komunitas dan
lingkungan anak2 kita bisa juga jadi ancaman mereka.

- Cara lainnya, kalau lagi browsing dan ketemu info kesehatan yang
ditulis dalam bahasa yang ringan dan menarik, cukup 1 page (bukan
berlembar-lembar dengan bahasa medis), saya FW deh ke e-mail nya
suami. So far, cukup berhasil dan bahkan suka jadi bahan diskusi
ringan di perjalanan pulang kantor :)

O ya,  masalah batuk 'grok-grok' ... riak batuk memang salah satu
tanda reaksi imun tubuh yang 'melawan' virus/kuman yang sedang
menginfeksi. Karena adanya di sistem napas, makanya ada bunyi
'grok-grok'.
Karena anak kecil nggak bisa mengeluarkan riak, biasanya pakai
mekanisme 'muntah' dan lewat 'BAB'.  Itu sebabnya home treatment
biasanya dengan banyak minum air putih hangat - ekspektoran alami yang
membantu mengencerkan dahak dan membuangnya ke luar tubuh. Sambil
observe aja, karena seharusnya nggak makan waktu lama untuk riaknya
hilang sendiri

cheers,
Sylvia - mum to Jovan & Rena




Rukmi Candrasari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Weekend kemarin anak saya kena flu, panas tinggi, batuk, pilek. Panas sejak
Minggu pagi sebelum subuh. Minggu malem panasnya tinggi hingga tempra ga
bisa menurunkan. Lalu saya kompres & seka dengan kain basah. Judgement
suami dan saya senen pagi harus ke dsa, karena saya jg kuatir panasnya
apa krn jatuh hari kamis.
........

Ada AB, dicampur lagi, langsung teringat teori BA, tapi pesan suami harus
diberikan ke anak. Negosiasi tidak berhasil, saya sempet kasih sekali, lalu
negosiasi lagi dengan hasil AB tidak diberikan tapi kalo kondisi aya tidak
membaik maka AB tsb harus dikasih. Alhamdulillah Aya membaik meskipun
batuknya masih grok grok grok, hari ini dia sudah ceria, padahal kemarin
tidak lepas dari gendongan saya. Sebagai gantinya Aya saya kasih obat
citocetin.
.........

Menurut parents sekalian gimana langkah yang saya tempuh ? Ada sarankah dari
parents sekalian agar satu visi dengan suami ttg AB selain artikel?
Lalu tidak apa-apakah batuk grok grok, adakah kemungkinan lendir dari batuk
turun ke paru?

<deleted>


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke