Thx, u/ artikelnya.......bagus banget......
apapun kondisi, alasan dll.......moga2 mendapatkan jalan terbaik en selalu
medepankan masa depan anak2 mereka ......amin.


-----Original Message-----
From: Wenny Marlina [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, 15 March, 2006 5:21 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] FW: Munculnya Cinta Lain dalam Perkawinan


  _____  

Munculnya Cinta Lain dalam Perkawinan

Jakarta,Kompas

PENGARUH media yang bernama televisi memang luar
biasa. Ketika pasangan Dewi Yull dan Ray Sahetapy yang
sudah berumah tangga selama sekitar 23 tahun hendak
bercerai dan kabar itu diwartakan secara bertubi-tubi
lewat televisi, maka sebagian orang pun merasa perlu
melihat kembali kehidupan perkawinan mereka.

ADAKAH mereka akan, tengah, atau sudah mengalami hal
serupa Dewi dan Ray?

Sering kali orang tak merasa perlu meragukan kekuatan
cinta antara suami-istri. Apalagi bila ikatan
pernikahan mereka sudah berjalan berpuluh-puluh tahun,
dan selama itu hubungan keduanya relatif tenang-tenang
saja. Oleh karena itulah, ketika muncul cinta lain
dalam kehidupan perkawinan tersebut, baik mereka yang
terlibat maupun orang-orang di sekitarnya seakan
tersentak kaget.

Meskipun sebenarnya soal hadirnya cinta lain dalam
sebuah kehidupan perkawinan, entah itu disebut
selingkuh atau pria/wanita idaman lain, bukanlah hal
baru dalam sejarah kehidupan manusia. Bahkan sering
kali tidak bisa dijelaskan mengapa cinta yang muncul
belakangan itu justru lebih kuat dari ikatan cinta
suami-istri, padahal secara fisik, misalnya, si
suami/istri tak bisa dikatakan "kalah" dari pasangan
resminya.

Seorang pria berusia 40-an teringat masa kecilnya di
sebuah kota kecil di antara Solo dan Yogyakarta.
Sekitar tahun 1960-an, tetangganya yang punya anak
tiga mendadak ketambahan satu anak lagi. Saat itu dia
berpikir bahwa anak itu adalah keponakan si empunya
rumah yang mau ngenger. Baru belakangan dia tahu bahwa
anak itu hasil hubungan cinta pria pemilik rumah
dengan perempuan lain.

Entah karena pasangan itu bukan sosok populer seperti
Dewi dan Ray, atau karena saat itu belum ada acara
infotainmen di televisi, maka kisah itu tidak mengubah
c! ara hidup dan pandangan orang-orang di sekitarnya.
"Anak itu dipelihara sama si pria dengan istri
resminya. Tidak ada keributan antara suami- istri yang
aku ingat, apalagi kehebohan di lingkungannya. Hal itu
kayaknya sesuatu yang biasa saja," katanya mengenang
kejadian tersebut.

Kejadian tersebut mungkin biasa di mata anak kecil
pada tahun 1960-an. Namun, lihatlah acara infotainmen
di layar kaca, bukan hanya orang dewasa yang terlibat
di dalamnya yang saling bertutur kata, namun anak-anak
pun memberikan pendapatnya. Maka, sebagian pemirsa pun
hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan pikiran
dan pandangan masing-masing.

DULU, anak-anak dari pasangan yang mendapati ada cinta
lain dalam kehidupan perkawinan orangtuanya mungkin
tidak berani atau tidak tahu bagaimana mengungkapkan
apa yang mereka rasakan. Namun kini, setiap orang,
entah itu dewasa maupun anak-anak, sudah tahu
bagaimana harus bersikap.

Maka, yang mun! cul sebagai tontonan bukan hanya drama
munculnya cinta lain dalam kehidupan suami-istri saja,
tetapi juga untuk keluarnya. Ada anak yang merasa
dibohongi oleh ayah/ibunya, tak rela kehilangan
keberadaan ayah/ibunya, bahkan sampai mengungkapkan
hal yang mungkin selama ini justru berusaha
disembunyikan oleh ayah-ibunya.

Kalau munculnya cinta lain dalam perkawinan itu
menimpa sosok populer, hampir bisa dipastikan bakal
muncul terus-menerus di televisi, diliput dari segala
sudut yang memungkinkan. Bila dulu tidak ada jawaban
mengapa muncul "orang ketiga" dalam hubungan
suami-istri, maka survei tahun 1993 yang pernah
dilakukan Sukiat, psikolog klinis dari Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia bersama majalah Tiara,
misalnya, berusaha mencari jawabannya.

Meski cinta memang soal rasa yang sulit dijelaskan
hingga bisa diterima akal sehat, namun Sukiat
mendapati pria dan wanita punya perbedaan alasan
terhadap munculnya ! cinta lain dalam perkawinan mereka.
Perempuan yang menemukan cinta lain itu merasa hidup
pernikahannya didera rasa kesepian. Dia tidak
mendapatkan cukup kehangatan dari suaminya, hingga
suatu saat menemukan pemenuhan kebutuhan psikisnya itu
dari pria lain.

"Tidak perlu pria itu lebih ganteng, lebih pintar,
atau lebih kaya dari suaminya. Cukup pria itu punya
sesuatu yang bisa membuat si perempuan kagum. Hubungan
seks sendiri menduduki posisi kesembilan dalam urutan
penyebab perempuan selingkuh. Dia mau berhubungan seks
dengan pria bukan suaminya karena hal itu menjadi
balasan atas perhatian yang diterimanya dari si pria,"
kata Sukiat.

Sementara suami merasa menemukan cinta lain karena
merasa komunikasi dengan si istri tidak lagi berjalan
dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena latar
belakang pendidikan, sosial, ekonomi, sampai sebab
istri dianggap terlalu dominan atau galak.

"Laki-laki akan mencari perempuan yan! g bisa diajak
bicara dengan santai. Dia bisa mengungkapkan isi
hatinya. Tidak perlu perempuan itu cantik atau pandai,
yang penting bisa diajak ngomong," ujar Sukiat.

Ada pula suami yang merasa kecewa dengan penampilan
istrinya, dan menemukan hal yang secara fisik lebih
menarik pada perempuan di luar rumah. Misalnya, di
depan suami, istri suka memakai baju apa adanya dan
menggunakan berbagai alat kosmetika untuk mempercantik
wajah.

"Si suami hanya melihat istrinya saat dia memakai
masker wajah. Tetapi wajah cantik si istri justru
diperlihatkan kepada orang lain saat dia berada di
luar rumah. Lama-lama suami merasa bosan dengan
pemandangan istri seperti itu," kata Sukiat
menambahkan.

APA yang dinyatakan Sukiat memang berdasar hasil
surveinya. Dari survei itu ditemukan hal-hal yang bisa
menjadi penyebab munculnya cinta lain dalam kehidupan
perkawinan. Pelaku-suami/istri-percintaan lain itu
biasanya punya rasa ber! salah terhadap pasangannya,
entah itu diakui atau tidak. Namun, seperti kata Dian
(36, bukan nama sebenarnya), istri yang menemukan
suaminya punya cinta lain, hal itu membuatnya merasa
tertipu, tidak dihargai, dan merasa tidak bisa lagi
memercayai suaminya.

"Awalnya ada telepon dari rekan kerja suami yang
mengatakan suami saya punya affair dengan rekan
kerjanya. Saya tak pedulikan karena sangat mungkin dia
hanya iri atau kesal pada suami saya. Tetapi, setahun
usia pernikahan kami, saya dikejutkan oleh pengakuan
suami, dia punya anak balita usia taman kanak-kanak,"
cerita Dian.

Perempuan karier itu merasa terkejut, tetapi bisa
memaafkan suami karena hal itu terjadi sebelum mereka
menikah. Namun, hal itu membuat Dian teringat pada
telepon rekan kerja suaminya. Diam-diam dia mencari
tahu kebenarannya, dan lewat daftar nomor telepon
genggam suaminya, Dian tahu siapa cinta lain suaminya.

Kali ini Dian memilih menanya! kannya, dan setelah
berkilah kian kemari, akhirnya si suami mengaku tengah
bingung karena "orang ketiga" itu tengah hamil. "Dia
mengulangi kesalahan yang sama. Artinya, dia memang
tak mau belajar dari pengalaman. Lalu untuk apa
diteruskan," ujar Dian yang kemudian memilih
memulangkan suami ke keluarganya.

Ketika keadaan sudah tenang, si suami mengaku
mendapatkan cinta lain karena Dian terlalu dominan.
Untuk Dian, hal itu hanya alasan, sebab bila memang
cinta dan komitmen mereka kuat, keduanya akan berusaha
memperbaiki diri. "Kami kawin baru setahun lebih,
kalau banyak kekurangan atau kesalahan, kan bisa
dibicarakan dan diperbaiki. Mengapa dia langsung
selingkuh?" ujar Dian yang memilih bercerai.

Hal sama dengan penyelesaian berbeda dilakukan Eva
(34) ketika suaminya berpacaran dengan banyak
perempuan. Ibu tiga anak ini mendapati suaminya suka
berpacaran dengan perempuan yang bekerja di karaoke,
kelab malam, dan semaca! mnya. "Dia lakukan itu ketika
usia pernikahan kami baru delapan bulan."

Kelakuan suaminya itu membuat keduanya jadi kerap
bertengkar meskipun kemudian berbaikan kembali. Hal
serupa berulang terus-menerus. Eva tidak bisa
menggugat cerai karena anak-anak tidak ingin
orangtuanya berpisah. "Walaupun hati saya hancur, saya
harus tetap memikirkan kepentingan anak-anak di atas
segalanya. Saya tak ingin mengecewakan dan melukai
hati mereka," tuturnya.

KONTROL sosial di kota besar dan banyaknya waktu yang
dihabiskan pasangan yang keduanya bekerja di luar
rumah sering kali dijadikan alasan tumbuhnya cinta
lain dalam kehidupan perkawinan. Kedekatan hubungan
dengan teman sekerja muncul karena intensitas waktu
pertemuan mereka lebih tinggi daripada dengan pasangan
di rumah.

Sinta (28, bukan nama sebenarnya) bukannya tak pernah
berusaha mencari pria lajang sebagai pacarnya. Namun,
entah mengapa dia justru jatuh cinta kepada s! alah satu
bos di kantornya yang berusia 42 tahun, beristri dan
beranak lebih dari empat orang.

"Berkali-kali saya berusaha memutuskan hubungan ini.
Saya mencari pria lain, namun faktanya saya kembali
lagi kepadanya. Pria lajang suka menuntut hubungan
seks padahal baru pacaran, saya jadi merasa
direndahkan. Sementara si bos tak pernah sekali pun
memintanya, kami lebih banyak bercakap-cakap, berbagi
pengalaman dan pikiran. Kontak fisik sangat terbatas,"
kata Sinta yang mengaku tak ingin merusak rumah tangga
bosnya, dan justru akan meninggalkan si pria bila dia
berniat menceraikan istrinya.

Lalu, apa harapan Sinta dari hubungan dengan si bos
yang sudah berlangsung selama lima tahun ini? "Saya
jadi belajar bertoleransi. Saya mencintai dia apa
adanya. Saya tidak sakit hati kalau dia menomorsatukan
istri dan anak-anaknya daripada saya, karena kami tahu
posisi masing-masing. Hubungan kami seperti dua
sahabat yang kebetula! n saling jatuh cinta," ucap Sinta
yang mengaku siap hidup melajang ini.

Hal serupa juga dialami Rian (30-an, bukan nama
sebenarnya). Penyakit yang dideritanya membuat dia
harus kerap berhubungan dengan dokter yang merawatnya.
Hubungan profesional itu melibatkan unsur emosi ketika
si dokter ditinggalkan anak kesayangannya yang mesti
belajar ke luar negeri.

"Dia mendapati saya bisa menggantikan peran anaknya.
Saya juga merasa tenang setiap kali bertemu dia.
Seakan-akan semua hal pasti bisa terselesaikan dengan
baik bila bersamanya," kata Rian tentang kekasihnya
yang berusia hampir dua kali lipat dari usianya.

Sama seperti Sinta, Rian juga tak ingin mengacaukan
ketenteraman hidup keluarga kekasihnya. Dia juga
berhasil membunuh rasa cemburunya kepada pasangan
hidup resmi sang kekasih dengan alasan inilah cinta
sejati. "Saya tidak mengambil harta, waktu, maupun
fisiknya. Tak ada waktu tetap untuk bertemu, kami
cukup pua! s hanya dengan saling bercerita lewat telepon
atau internet," ujarnya.

KALAU cinta lain muncul dalam kehidupan perkawinan,
apakah cerai merupakan jalan terbaik?

Di sini tak ada kata baik atau buruk. Menurut Sukiat,
sebelum menentukan langkah, sebaiknya pasangan itu
mengkaji kembali tujuan hidup mereka. Jika keutuhan
rumah tangga menjadi prioritas utama, mereka harus
saling memaafkan dan bersama-sama menata hidup
perkawinan mereka kembali.

"Jika memilih cerai, sebaiknya pilihan ini dilakukan
ketika anak masih bayi, atau jika mereka sudah
menikah. Jangan cerai ketika anak dalam masa
pertumbuhan atau remaja karena ini akan melukai jiwa
anak seumur hidupnya. Kalau sudah begini, yang
dipertaruhkan adalah masa depan si anak," tutur
Sukiat.

Menurut dia, jika istri yang menemukan cinta lain, dan
pasangan ini memutuskan mempertahankan perkawinan
mereka, maka si istri akan mendapat perlakuan
"istimewa" dari suami. "K! ejadian itu akan membuat
suami mengawasi istrinya dengan ketat sepanjang hari.
Suami akan posesif sekali dan selalu mengecek
keberadaan istrinya," kata Sukiat menambahkan.

Sebaliknya, bila suami yang menemukan cinta lain, dan
mereka sepakat memperbaiki pernikahan, si pria bisa
diibaratkan menggali kuburnya sendiri. "Cinta
perempuan terhadap pria atau suaminya itu biasanya
bersifat penyerahan total. Cinta lain yang dianggap
penyelewengan akan menimbulkan luka hati yang dalam.
Sebaiknya istri pun membantu suami membangun kembali
hubungan cinta mereka," ujar Sukiat.

Bagaimanapun, orang lain hanya bisa berkomentar, namun
yang merasakan indahnya cinta maupun kepedihannya
adalah mereka yang terlibat langsung di dalamnya.
Maka, hati-hatilah pada ancaman cinta lain dalam
perkawinan. Lebih baik menjauhinya, kalau tidak ingin
menuai perkara?. (CP/ARN)


  _____  


DISCLAIMER: The information contained in this communication is intended
solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed
and others authorized to receive it. It may contain confidential,
legally privileged information or otherwise protected by law from
disclosure and is intended solely for the use of the addressee. If you
are not the intended recipient you are hereby notified that any
disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited and may be
unlawful. Unless otherwise specifically stated by the sender, any
documents or views presented are solely those of the sender and do not
constitute official documents or views of PT Apexindo Pratama Duta Tbk.
If you received this email in error, please immediately notify the
sender or our email administrator at [EMAIL PROTECTED] and delete
it from your system. Thank you. 

================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke