Selasa, 28 Mar 2006,
Menangis, tapi Tegar 

Hari Ini Lisa Operasi Face Off
SURABAYA - Untuk kali pertama sejak dirawat di RSU dr Soetomo Surabaya, pasien 
yang wajahnya akan dibedah total (di-face off) hari ini ditunjukkan kepada 
wartawan kemarin. Dia tak lagi malu mengumumkan nama aslinya: Siti Nur Jazilah 
(selama diberitakan di koran, namanya disamarkan dengan Nina). Dia lebih suka 
dipanggil Lisa. 

Selama tiga bulan sejak berobat di bagian bedah plastik RSU dr Soetomo, Lisa 
selalu melakukannya secara sembunyi-sembunyi. "Setiap datang ke sini (unit 
bedah plastik RSU dr Soetomo, Red), wajahnya selalu ditutupi jaket. Tapi, 
sekarang dia tak lagi malu bertemu orang lain," kata salah satu petugas di unit 
bedah plastik itu. 

Kemarin, sehari sebelum pelaksanaan operasi face off, tim dokter sengaja 
menghadirkan perempuan yang lahir 13 Januari 1982 itu di hadapan wartawan. 
Pukul 12.40, Lisa masuk ke ruang pertemuan GBPT (Gedung Bedah Pusat Terpadu) 
RSU dr Soetomo, ditemani dr Nalini Muhdi Agung SpKJ. Saat itu, Lisa masih 
menyembunyikan wajahnya dengan berlindung ke badan Nalini. Tapi, begitu duduk, 
dia tak bisa lagi menghindar dari jepretan fotografer yang siap memfoto 
wajahnya. Lisa tak lagi menyembunyikan wajahnya meski berkali-kali disapu 
kilatan blitz kamera wartawan. 

Kerusakan wajah Lisa memang sangat parah. Ketika tampil di depan wartawan 
kemarin, wanita 24 tahun yang mengenakan kaus longgar lengan panjang motif 
garis dipadu dengan celana kain longgar hitam itu tampak santai. 

Rambut panjangnya dikuncir. "Sebelum wajahnya rusak, Lisa cukup cantik," ujar 
salah satu anggota face off yang tidak mau disebut namanya. 

Khawatir psikologis pasien down, Nalini memberikan semangat dengan menepuk 
beberapa kali punggung Lisa. Melihat isyarat tersebut, Lisa mengangguk tanda 
mengerti. Kemudian, Nalini berbisik perlahan ke telinga Lisa. "Sabar ya. Kamu 
harus kuat menghadapinya." 

Lagi-lagi, Lisa mengangguk. Ketegaran Lisa memang terpancar jelas di wajahnya. 
Tak sedikit pun dia menundukkan wajahnya selama dr Muhammad Sjaifuddin Noer 
SpBP dan Dr dr David Sontani Perdanakusuma SpBP memberikan penjelasan mengenai 
kronologi operasi. 

Mukanya sedikit berubah ketika dr Sjaifuddin menunjukkan wajah di monitor. Dia 
langsung menghela napas panjang, sambil sesekali menghapus air mata. Lisa 
menangis. Meski terlihat kaget, dia berusaha tegar. "Dia mungkin kaget, tapi 
tidak shock," tambah Nalini. "Asumsiku, dia tidak pernah berkaca lagi setelah 
kejadian mengerikan itu. Makanya, agak kaget" imbuhnya.

Setelah itu, Lisa tampak menyimak penjelasan dr Sjaifuddin dan dr David melalui 
layar. Beberapa kali dia menghela napas panjang. Kondisi tersebut berlangsung 
hingga penjelasan berakhir. Senyum mengembang dari bibirnya ketika Prof Dr dr 
Eddy Rahardjo SpAnKIC menyalaminya. "Jangan takut, Mbak. Kami akan berusaha 
yang terbaik," ucapnya. Tanpa mampu berucap, dia hanya mengangguk.

Prof Eddy mengatakan, operasi ini menyedot perhatian banyak orang. Termasuk 
Rotary International. Mereka langsung menyumbang Rp 100 juta untuk biaya 
pengobatan Lisa. "Ini babak pertama. Lain waktu, mereka berjanji menyumbang 
lagi," papar Prof Eddy. 

Acara tersebut dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent. Yakni, 
persetujuan melakukan tindakan medis termasuk operasi. Sebelum Lisa membubuhkan 
tanda tangan, tiba-tiba datang Mulyono Eko, suaminya. Kedatangan Mulyono memang 
telah ditunggu oleh tim dokter sekaligus wartawan. "Surprise sekali. Pak 
Mulyono telah datang," kata dr Ari Untariani SpAn, dokter spesialis anestesi 
yang juga anggota tim. 

Meski tampak agak bingung, Mulyono tak keberatan ketika diminta maju. 
Penampilan Mulyono cukup rapi. Dia mengenakan kemeja lengan pendek bermotif 
bulat dipadu celana denim. 

Dia lalu berdiri di samping istrinya yang telah siap-siap membubuhkan tanda 
tangan. Yang menarik, Lisa tak menunjukkan ekspresi terkejut. Dia terkesan 
biasa saja menanggapi kedatangan Mulyono. "Ayo Pak, dibaca dulu. Lalu, tanda 
tangan," lanjut dr Ari. 

Dibanding Lisa, Mulyono tampak lebih gugup menghadapi wartawan. Raut wajahnya 
gelisah seperti menutupi suatu hal. Dia pun tidak bersedia diwawancarai dengan 
mengibaskan tangan kanan di depan wartawan. 

Selesai tanda tangan, Lisa juga keberatan diwawancarai. Sehingga, tim dokter 
memutuskan membawa Lisa kembali ke ruang perawatan. Dia dibawa keluar ruangan 
bersama Mulyono dan Nalini. "Maaf ya, dia mau beristirahat," ucap Nalini. 

Tapi, dari keterangan Nalini diketahui bahwa Lisa telah siap mental menghadapi 
operasi hari ini. Dia juga tak mempermasalahkan hasil operasi nanti. "Dia telah 
siap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun," kata Nalini. "Yang penting, 
dia berusaha untuk menjalani pengobatan," tambahnya.

Jawa Pos juga sempat menitipkan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada 
Nalini. Yang pertama, apa yang sangat diinginkan Lisa sebelum operasi. Lisa 
ingin sekali bertemu dengan keluarganya. Orang tua, kakek-nenek, dan kakak 
satunya. Tapi, karena hal tersebut tak bisa terlaksana, dia tak kecewa. Sebab, 
dia yakin bahwa keluarganya selalu mendoakan. "Dia rindu sekali keluarganya. 
Kalau sudah sembuh, dia ingin pulang dan berkumpul dengan keluarganya," jelas 
Nalini. 

Pertanyaan kedua yang diajukan adalah apa yang dilakukan pada malam sebelum 
operasi. Lisa menjawab, dia akan memperbanyak salat dan zikir. Jauh lebih 
banyak daripada yang dilakukan selama ini. Dia juga memperbanyak membaca buku 
biar tidak tegang. "Dia itu rajin salat dan baca buku," lanjutnya. Lisa juga 
tak ingin makan apa pun. 

Sementara itu, Jawa Pos kemarin mengunjungi alamat Lisa, seperti yang tertera 
di informed consent. Yakni, Jl Bangunrejo, Surabaya. Dari keterangan warga, 
rata-rata mereka tidak mengetahui Mulyono, apalagi istrinya, Siti Nur Jazilah, 
yang akan menjalani operasi face off hari ini.

Meski demikian, Wahyu Teguh Jatmiko, ketua RT 10 RW 5 Kelurahan Dupak, mengakui 
bahwa Mulyono Eko sebagai warganya. Dua bulan lalu, pria 41 tahun itu masih 
mengajukan perpanjangan KTP. Meski masih tercatat sebagai warga RT 10, menurut 
Teguh, Mulyono jarang berkunjung ke rumahnya. 

Wiwin, istri Teguh yang warga asli Bangunrejo, menuturkan, Mulyono dulu memang 
tinggal di rumah itu bersama orang tuanya. Namun, sejak 90-an, pria kelahiran 
Pasuruan tersebut tidak lagi tinggal di situ. "Saya tidak tahu di mana Pak 
Mulyono sekarang. Saya juga tidak tahu kalau Pak Mulyono sudah menikah," jelas 
Wiwin.

Rumah bercat cokelat tersebut kini ditempati Suyitno Abdie, adik Mulyono. 
Namun, ketika Jawa Pos akan berkunjung, seorang wanita yang mengaku istri 
Suyitno mengatakan bahwa suaminya belum pulang bekerja.

Teguh mengatakan, dua minggu lalu Mulyono bermaksud mengajukan permohonan dana 
JPS lewat Sekretaris RT Edi Agus P. Ketika ditanya, Mulyono mengaku yang sakit 
istrinya Siti Nur Jazilah. Namun, setelah diperiksa, nama Siti tak tercantum 
dalam KSK (Kartu Susunan Keluarga). "Karena tidak ada dalam KSK, saya tidak 
bisa mengabulkan," jelas Teguh.

Usaha Mulyono yang berinisiatif langsung "nembak" ke kelurahan juga gagal. 
Lurah Dupak Hindun Irianingsih Sabtu (25/3) juga menolak permohonannya dengan 
alasan yang sama. (ai/pus/qom)

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6556

Kirim email ke