Mbak,  Apakah semudah itu menggunakan test DNA ?????
Dan katakan hal itu pada anak-anak hasil inseminasi buatan/bank sperma di 
Belanda yang tertekan hidupnya karena tidak mampu menemukan orang tuanya .... 
dalam hal ini bapaknya.... dan juga jati dirinya...
Mereka yang tertekan karena hasil percobaan manusia maen tuhan-tuhanan... 
Main ambil benih sana.... benih sini.....
Dan Allah melalui Al-Qur'an sudah memperingati hal-hal itu 1400 tahun yang 
lalu...

Bukankah begitu?

________________________________

poligami/poliandri

Obrolan ini bermula ketika seorang teman mengatakan bahwa film Berbagi Suami 
adalah film yang bagus. Dia berkata, mengapa poligami lazim dilakukan sementara 
poliandri agak sungkan bahkan hampir sulit untuk dilakukan. Sebagai calon 
sarjana sosial, kami harus melihat hal ini dari kacamata sosial. Poligami mudah 
dilakukan sementara poliandri sulit dilakukan adalah sebuah bentukan sosial. 
Keadaan masyarakat yang patriarkhi, membuat dominasi laki-laki terhadap 
perempuan begitu terasa termasuk untuk urusan pernikahan. Laki- laki merasa 
berkuasa untuk memperlakukan isterinya sedemikian rupa, bahkan hingga berbagi 
ranjang. Karena ini semua hanya bentukan sosial, maka hal ini bisa 
didekonstruksi untuk kemudian dikonstruksikan ulang atau direkonstruksi dengan 
nilai yang baru.

Nah...sekarang masalah poliandri. Mengapa poliandri sulit dilakukan? Jika 
dikatakan sebagai seting sosial juga, ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar. 
Banyak hal lain disamping faktor sosial yang mempengaruhinya. Salah satunya 
adalah pengakuan terhadap ayah dari anak yang dilahirkan. Dalam poligami akan 
jelas siapa ayahnya dan siapa ibunya. Dalam poliandri yang jelas hanya ibunya, 
sedangkan ayahnya tidak jelas. Ini akan menyulitkan dalam kehidupan si anak 
kelak. Dalam akta kelahirannya nama ayahnya siapa? Bapak A, B, C? Tidak mungkin 
kan. Kemudian, jika terjadi perceraian siapa yang akan bertanggung jawab? 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyulitkan itulah 
yang menyebabkan poliandri lebih sulit dilakukan dibanding poligami (jangan 
lupakan faktor nilai sosialnya!).

Yang lebih penting adalah pesan yang disampaikan dalam film Berbagi Suami 
tersebut

"POLIGAMI ATAU POLIANDRI HANYA AKAN MENIMBULKAN MASALAH!"

Satu hal lagi, poligami dan poliandri hanya akan merugikan perempuan sebab 
"bekasnya" akan tinggal di dalam diri seorang perempuan. 
________________________________


Mengapa Poliandri Diharamkan

Oleh : Nurul Jahsy

"Andai Islam tak mengharamkan poliandri, barangkali apa yang pernah terjadi 
pada masyarakat jahiliyah dulu akan terjadi pada masa kini. "

Budaya Arab sebelum kedatangan Islam mengenal apa yang disebut institusi 
pernikahan. Hanya, menurut Dr Najman Yasin, lembaga pernikahan ketika itu bukan 
sebuah institusi yang melulu mendatangkan maslahat, malah justru institusi yang 
sangat kental sifat jahiliyahnya. Masyarakat Arab sebelum Islam tidak 
menentukan aturan jelas soal poligami dan poliandri. Pria dan wanita bebas 
untuk melakukan poligami dan poliandri.

Masyarakat Arab sebelum Islam mengenal beberapa adat-istiadat yang serupa 
dengan pemahaman poliandri pada masyarakat modern. Yang paling dikenal dan 
sering dilakukan masyarakat Arab adalah jenis poliandri yang dikenal dengan 
nama : pernikahan istibda', pernikahan warisan dan pernikahan paceklik.

Pernikahan istibdâ terjadi ketika suami memerintahkan isterinya bergaul dengan 
lelaki lain, sementara dalam masa itu suami tak akan menyentuh atau bercampur 
dengan sang istri. Suami menunggu saja apakah isterinya hamil atau tidak, 
setelah bergaul dengan lelaki yang diajukan olehnya. Seandainya isteri hamil, 
bila mau lelaki yang menggaulinya boleh menyuntingnya. Jika tak mau, sang 
isteri akan kembali pada suami lama, yang memerintahkan isterinya bergaul 
dengan lelaki yang dia ajukan sendiri.

Dalam pernikahan-warisan, anak lelaki mendapat warisan dari bapaknya dengan 
cara menikahi ibu kandungnya sendiri setelah sang bapak meninggal. Pada jaman 
modern ini, perbuatan yang juga dikutuk dalam drama mitologi Yunani Kuno 
Oedipus itu dikenal pula dengan istilah : incest.

Selain motif ekonomi yang mengemuka dalam pernikahan warisan, masyarakat Arab 
jahiliyah mengenal pula pernikahan paceklik. Dalam pernikahan paceklik suami 
menyuruh istrinya untuk menikah lagi dengan orang kaya, demi mendapatkan uang 
dan kebercukupan pangan. Pernikahan ini semata-mata dilakukan sebab 
ketidak-berdayaan ekonomi. Ironis dan sungguh hina, ketika setelah kaya 
perempuan itu pulang kembali pada suami lamanya.

Selain pernikahan istibda', pernikahan-warisan dan pernikahan-paceklik, 
masyarakat Arab jahiliyah juga mengenal aktivitas swinger atau tukar pasangan 
yang dikenal dengan sebutan pernikahan tukar guling. Pernikahan tukar guling 
ini dilakukan untuk bersenang-senang saja, dan adakalanya menampilkan ritual 
tertentu ketika si wanita hamil karena aktivitas swinger-nya. Ritual itu 
dilakukan untuk menentukan siapa ayah si anak yang dikandung atau terlahir dari 
rahimnya. Cara ritualnya ?

Perempuan yang mempunyai suami lebih dari satu (mulai dari dua sampai sembilan 
orang), setelah hamil akan menentukan sendiri siapa suami dan bapak daripada 
anak yang dia kandung.

Ketika perempuan melahirkan seorang anak, semua lelaki yang pernah menggaulinya 
duduk melingkari sang anak. Sang anak lalu dibiarkan berjalan atau merangkak 
seenak arah. Ketika ia berjalan mengarah ke salah seorang di antara mereka, 
maka siapa yang dihampiri itulah yang ditentukan sebagai bapak dari anaknya.

Andai Islam tak mengharamkan poliandri, barangkali apa yang pernah terjadi pada 
masyarakat jahiliyah dulu akan terjadi pada masa kini. Dengan diharamkannya 
poliandri jauh sejak berabad-abad lalu saja, aktivitas swinger maupun poliandri 
walaupun terselubung itu masih saja terjadi. Kasus perselingkuhan, 
kegiatan-kegiatan free sex yang banyak dilansir oleh mass media maupun buku 
(misalnya : Jakarta Underground-nya Moammar Emka) merupakan rujukan data yang 
tak terbantahkan, soal ada atau tidaknya aktivitas penyimpangan seksual yang 
menjerumuskan, mengorbankan dan merendahkan martabat kaum wanita itu. Dalam 
kasus pengharaman poliandri inilah makanya, kita mesti mengakui betapa hukum 
Islam telah sempurna memagari kemungkinan- kemungkinan buruk yang bakal 
menggusur umat manusia kedalam lumpur kenistaan.

 

________________________________

-----Original Message-----

From: Irma Sri Aryani

Tp kan ga semua orang bisa tes DNA, berhubung biayanya yang super duper mahal 
(sambil berusaha keukeh ma pendapat sendiri niih...he2..he2...)

-----Original Message-----

From: [EMAIL PROTECTED]

secara ilmu kedokteran dah canggih..

bisa saja ketauan..kan ada tes DNA

:)

Kirim email ke