link :http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/14/0103.htm

AKS Mengaku Membunuh Anak Karena Sayang

"AKHIR-AKHIR ini, ia sangat senang membicarakan soal ketiga anaknya. Betapa
ia sangat menyayangi mereka. Ia bercerita soal saat-saat terakhir bersama
anak-anak itu. Bahkan, katanya dia melakukan (pembunuhan-red.) itu karena
sayang sama anak-anaknya," ungkap Adardam Achyar, S.H., M.H., saat berbagi
cerita tentang Ny. AKS (31) di sela-sela proses autopsi di TPU Muslimin
Rancacili, Kp. Babakan Karet Kel. Derwati Kec. Rancasari Kota Bandung,
Selasa (13/6).

Karenanya, Adardam menduga bahwa indikasi gangguan jiwa dalam pembunuhan
Abdullah Faras Elmaki alias Faras (6), Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif
(3), dan Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) sangat kuat. "Saat
ngobrol, ekspresinya berubah-ubah. Kadang-kadang menangis, melamun, bahkan
adakalanya kepalanya agak menunduk tapi pandangannya ke atas. Berbicaranya
kadang tak fokus," ujarnya.

Adardam mengungkapkan, Ny. AKS sempat berkisah tentang saat-saat terakhir
bersama anaknya. Hari itu, ketiga anaknya sangat riang, padahal sebelumnya
mereka sakit. "Mendadak sembuh. Yang tadinya susah makan, jadi mudah.
Sepulang sekolah, Faras sempat langsung minta diajarkan baca Alquran. Lalu,
malamnya mengingatkan ibunya untuk segera salat isya. Sementara, Nazhif
sangat senang mendengarkan lagu anak-anak. Hari itu, semuanya riang," tutur
Adardam.

Menurut dia, Ny. AKS dan sang suami pandai mengurus anak. Apalagi, keduanya
memang termasuk orang yang cerdas secara akademik. Ia mengatakan, kehidupan
keluarga itu pun sangat Islami dan dalam kondisi yang sakinah, mawadah,
warahmah. "Bahkan, Pak Iman memiliki kebiasaan untuk memandikan ketiga
anaknya sebelum berangkat kerja. Hari itu (Kamis, 8/6,-red.) pun demikian,"
katanya.

Adardam mendapat kisah lain seputar anak-anak itu. Kira-kira seminggu
sebelum kejadian, Iman Abdullah --sang ayah-- sempat membawa dua anaknya,
Nazhif dan Umar, jalan-jalan. Sementara, Faras, tidak mau ikut. Saat itu,
entah kenapa, mereka memilih melewati TPU Muslimin Rancacili. "Begitulah
cara Iman mendidik anak-anaknya. Ia memperkenalkan, ini makam...ini
sawah...ini jembatan, sampai seperti itu *lho*. Itu rutin dilakukan Iman
untuk memperkenalkan alam kepada anak-anaknya, ungkap Adardam.

Cerdas dan aktivis

Menurut beberapa temannya, Ny. AKS merupakan perempuan cerdas. Sejak SD
hingga perguruan tinggi, tersangka pembunuh tiga anak kandungnya itu, selalu
memperoleh prestasi di kelasnya. "Dia adalah aktivis dakwah yang taat
beribadah, berjiwa sosial, dan punya cita-cita tinggi. Dia sangat sayang
kepada anak dan ingin anak-anaknya sukses, mengenyam pendidikan tinggi, dan
berprestasi," tutur sumber "PR".

Menurut mantan rekan-rekan kuliahnya di ITB, mengakui, kalau AKS termasuk
mahasiswi cerdas. "Dia sempat kuliah di Arsitektur, tapi kurang cocok
sehingga pindah ke Planologi. Semasa kuliah, dia rajin salat, dan baca
Alquran," ujar teman kuliahnya, yang juga aktivis sebuah lembaga dakwah
kampus di Bandung.

Dari beberapa dosen di ITB, diperoleh informasi, AKS dilahirkan dari
lingkungan keluarga yang cerdas. "Ibunya seorang dokter terkenal di Kota
Boyolali. Ayahnya juga cerdas, menguasai tujuh bahasa asing. Ny. AKS ketika
SD hingga tamat SMA di Boyolali, juga selalu menjadi juara kelas," kata
seorang dosen, yang juga dikenal sebagai mubalig.

Cerdas dan taatnya beragama Ny. AKS, diakui pula oleh penasihat hukumnya.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)-nya tatkala wisuda 3,24. "Saya sempat
bertemu dengan ayahnya, sehingga tahu benar mereka adalah keluarga yang taat
beragama dan cerdas. Boleh jadi, ini kasus yang pertama kali unik.
Karenanya, kami terpanggil untuk mendampingi Ny. AKS. Riwayat hidup dan
pendidikan Ny. AKS berbeda dengan kasus-kasus sejenis lainnya," kata Iwan
Hilmansyah, S.H.,M.H., salah seorang penasihat hukum terdakwa, ketika
ditemui "PR" di kantornya Jln. Mutiara 4-A Bandung.

Selain Iwan, penasihat hukum lainnya yang tertarik untuk mendampingi AKS
adalah Adardam Ahyar, S.H., M.H., M. Irwan Nasution, S.H., dan T.
Raihasnyah, S.H.
Iwan mengemukakan, Ny. AKS baru bisa menangis "dahsyat" ketika Minggu
(11/6) pagi di sebuah rumah peristirahatan di daerah Lembang. "Sabtu (10/6),
ia sempat dipertemukan dengan ayah kandung dan kerabatnya. Juga, ada orang
tua Iman Abdullah dan kerabatnya. "Tatkala di Jln. Mutiara AKS juga menangis
lagi. Keadaan wajahnya tampak berbeda jauh dibandingkan hari Sabtu (10/6).
Saat itu, kalau diajak bicara, ia menunduk," ujar Iwan.
--

Best Regards,
[EMAIL PROTECTED] Surya & Akmal

Kirim email ke