Korban Gempa dan Tsunami di Pangandaran 25 Jiwa
PANGANDARAN, KOMPAS - Hingga pukul 19.45 WIB, data Satkorlak Kabupaten Ciamis menyebutkan, gempa yang diikuti dengan gelombang pasang, yang menerjang wilayah selatan Kabupetan Ciamis dan sekitarnya, telah menewaskan 25 orang. Jenazah seluruh korban telah ditampung di Puskesmas Pangandaran. Daerah terparah di Kabupaten Ciamis yang terkena dampak gempa dan gelombang pasang adalah Kecamatan Pangandaran. Selain dekat dengan titik episentrum gempa, kawasan wisata ini memiliki kepadatan pendudukan yang lebih besar daripada daerah lain di garis pantai selatan Jawa. Hingga Senin (17/7) malam dilaporkan, ribuan warga masih memadati Kawasan Mesjid Agung Pangandaran. Selain di Mesjid Agung, sebagian masyarakat memenuhi jalan-jalan di kawasan Bunderan Mesjid Agung. Mereka terpaksa mengungsi menyusul kekhawatiran terjadinya gelombang tsunami yang lebih besar. Sementara itu, ratusan warga lainnya di sejumlah desa memilih menyelamatkan diri ke daerah-daerah yang lokasinya lebih tinggi. berdataran tinggi. Beberapa desa yang menjadi tujuan pengungsi adalah Desa Purbahayu, Desa Pagergunung, dan Desa Sukahurip. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis, Iing Syam Arifin, fokus penanganan pascamusibah oleh Satkorlak untuk sementara adalah melakukan evakuasi terhadap warga yang masih tinggal di daerah bencana serta korban-korban yang berjatuhan. Penanganan musibah terhambat kendala komunikasi. Diawali gempa kecil Bencana yang terjadi di Pangandaran, menurut saksi mata Mamat Surahmat (36), diawali dengan datangnya gempa kecil, sekitar pukul 15.30 WIB. "Untuk sebagian orang mungkin tidak merasakan gempa itu karena skalanya yang kecil, beberapa menit setelah itu gelombang air laut setinggi sekitar 3-4 meter melaju dengan kencang dan menghantam bibir pantai," ujar Mamat, yang saat itu berada 100 meter dari bibir pantai daerah Cikembulan, Kecamatan Pengandaran. Setelah terjadi gelompang pasang yang sangat besar, mayat-mayat banyak ditemukan ditepi pantai. Kios-kios dipinggir pantai tersapu ombak. Ombak juga menghantam hotel dan penginapan yang ada ditepi jalan. "Ada beberapa mobil dan perahu yang masuk ke dalam hotel, korban luka-luka banyak, ada beberapa yang selamat karena naik ke lantai tiga hotel yang ada disekitar pantai," tutur Mamat. Sementara, di pantai timur, sekitar 200 meteran dari bibir pantai terlihat bekas-bekas hempasan ombak. Sejumlah bangunan yang terdiri dari kios dan rumah hancur, perahu berserakan dan tergeletak di sepanjang pantai. Aliran listrik padam, suasana menjadi sangat gelap. Satkorlak meminta agar orang yang tidak berkepentingan tidak masuk ke area pantai. Dari pantauan Kompas, kerusakan yang paling parah terjadi di pantai barat. Penduduk di daerah itu kini berkumpul di gerbang tol Pangandaran. Beberapa diantaranya masih mencari-cari sanak keluarganya. Masjid Agung Pangandaran pun dipenuhi oleh para pengungsi. Pasangnya gelombang laut tidak hanya terjadi di Pangandaran, tetapi juga di Pantai Cibuaya, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Setelah sempat surut sejauh 50 meter, saat terjadi tsunami di pantai Pangandaran, gelombang pasang tiba-tiba datang. Koboy (40) warga desa Cibuaya mengatakan, "Warga sempat ketakutan akan terjadinya tsunami, sehingga memilih mengungsi. Sebanyak 3 mobil mengangkut warga sekitar pantai menuju tempat yang lebih tinggi". Laut Selatan Jawa Menurut Surono, Kepala Bidang Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung, gempa yang terjadi Senin (17/7) sekitar pukul 15.15 dan terasa di Jakarta, bersumber dari laut selatan Jawa. Masyarakat diharapkan tidak panik karena kekuatan gempa dinilai cukup kecil. "Kekuatan gempa sekitar 5,6 skala richter. Itu termasuk kecil," ujar Surono. Pusat gempa berada jauh dari Jakarta, di laut selatan sekitar 279 kilometer dari selatan Bandung, di sekitar Pangandaran. Menurut Surono, gempa kecil ini terjadi di zona penujaman lempeng Australia dan Eurasia. "Di Jakarta, yang merasakan gempa hanya orang yang berada di lantai-lantai atas sekali, seperti lantai 27. Saya sedang berada di lantai 7, tetapi tidak merasakan gempa," tutur Surono. Itu sebabnya Surono mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir karena biasanya gedung tinggi dilengkapi konstruksi tahan gempa. Kalaupun ada gempa susulan, kekuatan gempa lebih kecil dari gempa utama. Di Bandung, gempa ini nyaris tidak terasa. (adh/aha/ynt/jon) Tsunami 34 Hilang di Kebumen, 24 Tewas di Cilacap Laporan Wartawan Kompas Hindharjoen Nts KEBUMEN, KOMPAS - Gempa disusul gelombang tsunami yang menghantam daerah pantai Kebumen, Jawa Tengah, mengakibatkan sedikitnya 600 perahu nelayan hilang dan ratusan perahu hancur dihantam gelombang besar. Dari pantai Suwuk di Kecamatan Ayah, Kebumen, 10 orang pemancing dilaporkan hilang ditelan gelombang tsunami, sedangkan di Desa Ayah 24 orang penduduk dilaporkan hilang. Dari Cilacap, Tim SAR Wijaya Kusuma menyelamatkan 7 orang penduduk yang pada saat gelombang setinggi 5 meter menghantam Pantai Telukpenyu dan Lengkong sedang berada di pantai. Laporan terkahir dari beberapa daerah yang diterima Satuan Pelaksana Penanggulanga Bencana Alam Cilacap hingga Senin sekitar pukul 21.00 menyebutkan 24 orang ditemukan tewas. Korban tewas berasal dari beberpa desa di Kecamatan Binangun 12 orang, Nusawungu 4 orang dan Adipala 8 orang. Mereka yang tewas adalah orang-orang yang sedang mencari rumput, penjual bakulan dan warga yang sedang bermain-main di pantai ketika gelombang besar muncul dan menghantam kawasan pantai. Gelombang yang menghantam kawasan pantai Kebumen lebih besar dibanding yang menghantam Cilacap karena gelombang terhalang Pulau Nusakambangan seluas 117 Km. Kekuatan gelombang dahsyat bisa diredam Pulau Nusakambangan sehingga kilang BBM, PLTU dan pabrik-pabrik di sepanjang pantai terhindar dari kerusakan. Sekitar pukul 20.00 gelombang datang lagi dan air laut masuk ke daratan sampai jarak 400 meter dari garis pantai. Gelombang besar (tsunami) setinggi yang berselang 1,5 jam membuat kepanikan luar biasa penduduk di sepanjang pesisir selatan Jateng Selatan dari Kebumen sampai Cilacap. Hampir seluruh warga yang tinggal di dekat pantai, bahkan penduduk yang tinggal di desa-desa yang jaraknya lebih dari 25 kilometer dari garis pantai selatan Jawa Tengah mengungsi. Ratusan nelayan yang sedang berada di pantai Karangduwur kaget oleh kejadian yang belum pernah dilihat selama ini. Sebelum terjadi gelombang besar, air laut tiba-tiba surut ke arah laut sekitar 100 meter dari garis pantai. Beberapa saat kemudian muncul gelombang besar. "Tinggi gelombang kira-kira 10 meter menghantam kawasan pantai Kebumen hingga radius 500 meter dari garis pantai," ungkap Daryanto (35) warga Karangduwur. Gelombang besar menyapu kawasan hingga radius 500 meter dari garis pantai. Gelombang besar menghempaskan 125 perahu dan menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur. Di desa ini 20 warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang. Sementara 150 unit perahu nelayan di Ayah dan 372 perahu di pantai Suwuk juga hilang atau hancur dihantam gelombang. Saksi mata menyebutkan lebih kurang 10 orang yang sedang memancing di perairan Ayah hilang disapu gelombang. Di dekat lokasi ditemukan enam sepeda motor dan sebuah sepeda yang pemiliknya tidak diketahui, diduga milik para pemancing yang belum diketahui nasibnya. Empat sepeda motor hingga Senin malam masih tertimbun lumpur dan penduduk sedang berusaha mengevakuasi sepeda motor itu. Wakil Bupati Kebumen KH Nashrudin al Mansyur didampingi Adi Nugroho, Kepala Sub Bidang Badan Informasi dan Komunikasi dan PDE, saat meninjau lokasi bencana di Ayah menerima laporan hilangnya 34 penduduk akibat disapu gelombang dasyat. "Petugas dari Kecamatan Ayah sedang menyisir lokasi bencana untuk mencek kebenaran laporan tersebut," ujar Adi Nugroho, Senin malam di Karangduwur. Dari Cilacap ratusan perahu di Telukpenyu dan Lengkong rusak. Secara terpisah Husni Banser, Kepala Hubungan Pemerintahan dan Masyarakat (Hupmas) Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap mengatakan, berdasar hasil pengecekan di lapangam tangki-tangki penimbunan di Area 70 yang lokasinya dekat pantai Teluk Penyu dilaporkan aman. "Tidak ada kerusakan apa-apa, tapi petugas masih mencek ulang kondisi tangki penimbunan BBM di Area 70," ujar Husni Banser. Warga Cilacap khususnya dari Kecamatan Adipala dan Maos hingga Senin (17/6) malam sekitar pukul 21.00 masih terus berdatangan ke pendopo Kabupaten Banyumas. Ratusan orang tua maupun anak-anak tampak beristirahat di pendopo yang digelari tikar. Ny. Narwen (50), warga Glempang, Maos, mengatakan bersama warga lain ia mengungsi naik mobil pikup. Narwen mengaku tidak tahu apa yang terjadi dan hanya ikut teman. Ia juga mengajak seluruh keluarga termasuk ayahnya Sangkarta (60). Sumirah (30) warga Bunton, Adipala beramai-ramai naik truk bersama 3 anaknya. "Jam empat brangkat sampai sini jam 19.30," kata Sumirah. Sumirah tidak tahu dimana suaminya kini berada. Selain Pendopo Si Panji, Gor Satria, Kantor Polres Banyumas, kantor Kecamatan seperti kecamatan patikraja juga dipenuhi pengungsi. Petugas kepolisian masih terus mengumpulkan pengunsi untuk dipusatkan di kota Purwokerto di pendopo si panji. Sekitar pukul 21.30, arus kendaraan dari arah Cilacap masih tinggi bandingkan hari biasa. Pikup berisi warga dan motor masih banyak yang berjalan ke arah Purwokerto. -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 18, 2006 8:27 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] Tsunami pagi.. moms & dads, mohon kalau ada postingan mengenai tsunami di pangandaran & cilacap kemarin sore. -------------------------------------------------------------------------- Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]