waduh pak, kalo ngebandinginnya ama tahun 85, jauh banget kali ya. coba bandingkan sama tahun 97 dulu deh.
di depok, depan teknik ui, harga kos2an 450 itu dulu dah bagus. kamar mandi di dalam, walaupun berdua juga siy. yang sederhana itu 120rb. tahun 85, dengan uang 100 rupiah, dah bisa beli bihun 1 bungkus, es mambo sirup 2 bungkus (jaman sd tuh)... hehehe...inflasinya berapa persen tuh ya..apalagi kalo nanti anak2 kita kuliah. coba pak, biaya asuransi/tabungan pendidikannya bakal mencukupi ndak :D selama ini yang dihitung kan uang pangkalnya aja (yang dio-cover asuransi maksute) On 8/7/06, rasdi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear parents Kemarin sabtu, saya pergi kebandung untuk menemani anak kakak, yang sedang mencoba menjadi mahasiswa di ITB. ada 2 peristiwa yang saya alami : peristiwa gembira: ternyata dia tembus juga / diterima sebagai mahasiswa ITB jurusan farmasi, rasanya ikut senang dan bangga, jadi teringat thn 85 saat saya juga merasa senang karena tembus disipenmaru. peristiwa sedih: setelah pasti diterima, kami hunting u/ cari kos, ternyata saya kaget seribu bahasa, setelah keliling cukup lama maka kami memilih kos dengan standart paling minim dan harganya adalah lebih dari 1000% dibanding saat saya kuliah dulu. kamar dengan sederhana harus membayar 450 rb /bln, bandingkan jaman dulu dengan fasilitas yang hampir sama saya hanya membayar Rp 20.000. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan nasib orang yang masih pas-pasan, rasanya sudah tidak ada tempat lagi bagi orang miskin untuk berkuliah, juga saatnya kita mulai jeli merencana biaya pen- didikan, karena komponen termahal untuk dana pendidikan sudah bukan uang pangkal semata, tapi jauh lebih mahal adalah biaya hidup selama anak kita kuliah nanti Salam keprihatinan Rasdi