Membaca kisah begini rasanya bagaimana ya..? pertanyaan saya : MANA TANGGUNG JAWAB SI ORANGTUA?
Menurut saya, hukuman juga harus di sharing ke orang tua pelaku (juga ditimpakan dalam porsi tertentu ke orang tua pelaku). Kok bisa-bisanya anak sampai bisa berbuat begitu. Harusnya ada semacam 'pembelajaran' bagi orang tua dalam situasi anak-anak melakukan tindakan kejahatan. Tidak sedikit orang tua yg sebenarnya tidak/belum siap menjadi orang tua tapi tetap egois ingin menjadi orang tua (dalam arti mempunyai anak) tanpa berpikir lebih panjang ttg bagaimana kesiapan/kesanggupan dia untuk membesarkan anaknya nanti. Tidak usah jauh2 di Indonesia ini sudah banyak contoh didepan mata kita bagaimana orangtua2 yg berpotensi seperti itu, di persimpangan jalan pusat keramaian di kota Jakarta atau kota2 besar lainnyabisa ditemui, ada yg menggelandangkan anaknya, ada yg mengeksploitasi anaknya, bisa juga termasuk anak2 sekolah yg tawuran, dsb. Wassalam ----- Original Message ----- From: "Dewi Wakkary" <[EMAIL PROTECTED]> To: "balita anda" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, August 20, 2003 4:17 PM Subject: [balita-anda] FW:(True Story) Dua bocah sadis > Subject: true story -- child criminal > > Seumur Hidup bagi Dua Bocah Pembunuh Balita > > PRESTON - Dua bocah yang masing-masing berusia 11 tahun yang > menculik, > menyiksa dan membunuh seorang bocah lain berumur dua tahun dan masih > belajar > berjalan, James Bulger. Kamis kemarin dijatuhi hukuman seumur hidup > di penjara khusus anak-anak. Prakiraan semula hukuman yang akan > dijatuhi > hanya 20 tahun. > > Kasus terjadi akhir Februari lalu itu mengejutkan publik dunia dan > dianggap > sebagai kejahatan anak-anak paling kejam dalam kurun waktu dua > setengah abad > ini. Hakim Morland memutuskan dua bocah itu, Robert Thompson dan Jon > Venables, yang memasuki sejarah kejahatan Kamis kemarin, sebagai > pelaku > pembunuhan termuda di Inggris dalam waktu dua setengah abad terakhir. > Dan > kejahatan mereka sebagai "tindakan kejam yang tiada bandingnya dan > sadis". > Toh kedua bocah itu tetap saja nekad menyatakan dirinya tak bersalah > atas > tuduhan hakim. Menteri Dalam Negeri Michael Howard, yang menyatakan > "ngeri" > atas kasus itu, memutuskan untuk memenjarakan dua bocah itu dalam > unit > khusus dan sebuah rencana hukuman akan dirancang, yang akan > mentransfer > mereka ke lembaga rehabilitasi kaum muda bila mereka tumbuh dewasa > kelak. > > Paman korban, Raya Matthews usai mendengarkan keputusan hakim > langsung > berteriak : "Bagaimana sekarang rasanya, hei..kamu bajingan cilik ?" > Dua > bocah itu tampak terdiam, duduk tak bergeming mendengarkan putusan > hakim. > Mereka menangis tetapi tangisnya tak digubris pengunjung. Para > pekerja > social perawatan anak-anak segera mengawal keduanya dengan cepat > keluar dari > ruang sidang, menuruni tangga gedung pengadilan dan dimasukkan ke > dalam > mobil tahanan yang dikerumuni banyak orang. Keduanya langsung > dilarikan ke > penjara di mana selama ini mereka mendekam sejak peristiwa pembunuhan > bulan > Februari lalu. > > Drama kejahatan yang terjadi di kota Preston di Inggris bagian utara > itu, > telah menimbulkan kesedihan mendalam pada keluarga-keluarga korban > dan > menimbulkan keprihatinan pada keluarga pelakunya. Namun berita itu > muncul > sebagai berit utama di berbagai surat kabar di seluruh dunia. Hakim > Morland, > yang menyatakan "eksploitasi kekerasan dalam film video boleh jadi > menjadi > bagian dari ulah kedua bocah itu," menghukum keduanya atas titah Ratu > Inggris. Dan hukuman seumur hidup terhadap pelaku kejahatan termuda > itu baru > pertama kalinya dikeluarkan dalam sejarah Inggris. Ibu James, Denise > Bulger, > saking sedih dan marahnya atas kelakuan dua bocah itu, mengharap > mereka > dimasukkan saja ke balik teralis besi campur bersama narapidana > dewasa. > > "Saya anggap, kini mereka telah mulai masuk pada bagian terberat > dalam > hidup > ini, yakni dijebloskan dan terkunci di balik sel. Untuk apa yang > telah > mereka lakukan, mereka mesti dijebloskan di dalam sebuah sel bersama > semua > penjahat lain - saya tak urusan berapa usia mereka". > > Ibu Thompson, salah satu pelaku, masih tampak sulit menerima > kenyataan bahwa > anaknya yang tampaknya montok dan berbola mata gelap itu, yang > wajahnya > dipajang di halaman depan berbagai Koran edisi Kamis kemarin, > ternyata > seorang pembunuh kejam. "Dia (Thompson) memang telah menceritakan > kebohongan-kebohongan, namun dia juga mengungkapkan kebenaran tentang > suatu > hal sejak awal hingga akhir - dia tak membunuh bayi itu," kata Anne > Thompson > kepada para wartawan setelah usainya persidangan yang memakan waktu > 17 hari > itu. Selama masa persidangan itu, para pengunjung pengadilan dibuat > merinding bulu kuduknya saat mendengarkan runtutan tragedy itu. > > TRAGEDI KESADISAN > > James Bulger diajak pergi pergi meninggalkan ibunya yang lagi > belanja di > sebuah supermarket pinggiran kota Liverpool oleh Thompson dan > Venables > (waktu itu usianya baru 10 tahun). Waktu itu ibunya tengah > memilah-milah > daging yang mau dibelinya. Mereka menyeret dan mendorong bocah yang > lagi > belajar berjalan itu. Sejak keluar dari supermarket, James Bulger > meraung-raung mencari ibunya. Namun di sepanjang jalur rel kereta api > sejauh > empat kilometer yang sepi, James diseret dan ditendangi tanpa belas > kasihan. > Di sana, menurut kesaksian dalam masa persidangan selama 17 hari itu, > Thompson maupun Venables menghantamkan batu bata, batu, kayu dan > potongan > besi ke arah kepala James. James yang belum tahu apa-apa itu masih > terus > ditendangi sekalipun telah mandi darah. Mata bocah balita itu pun > disiram > cat dan ketika akhirnya terbunuh, kedua bocah itu meletakkan mayat > James di > atas rel kereta api yang mengakibatkan mayat itu terbelah dua bagian > akibat > terlindas kereta api barang. Mayatnya ditemukan dua hari kemudian, > dan kedua > pelaku pembunuhan itu ditangkap di rumahnya seminggu setelah > kejadian. > Keduanya berhasil dilacak melalui rekaman video pemantau keamanan > supermarket. Pengacara Dominic Lloyd yang mewakili Thompson, > menyatakan > bocah itu sekarang "mulai menjalani hidup baru di dalam kegelapan > yang ia > ciptakan sendiri setelah pembunuhan itu". > > "Dia memiliki kisah abadi, ketika keduanya diangkut di dalam mobil > tahanan > dan dilempari batu oleh massa ketika hadir di pengadilan untuk > sidang. Ia > juga tak akan pernah lupa akan teriakan cemoohan yang dilontarkan > sesama > bocah. Dia harus berbahagia tinggal di mana dia sekarang berada, > karena tak > langsung dihukum mati". > > Para detektif yang menginterogasi kedua bocah itu sebelum proses > pengadilan, > menggambarkan mereka layaknya setan yang berulah dengan membunuh > orang hanya > demi kesenangan semata. Motif dan brutalitas pembunuhan tersebut > telah > mengundang reaksi massa di Inggris dan diluar negeri, di mana > gambar-gambar > rekaman kamera pemantau keamanan yang > menunjukkan James tengah digelandang dua bocah itu menuju > kematiannya, > disiarkan di jaringan televisi multi internasional. Serangan atas > bocah itu > yang tak jelas tujuannya tersebut telah membangkitkan pertanyaan yang > tak > terjawab tentang kenakalan remaja dan mengapa kejahatan semacam itu > bisa > terjadi. > > Baik Robert Thompson maupun Jon Venables ternyata berasal dari dua > keluarga > yang broken home. Dan memang sering melakukan tindak kriminal,suka > mengutil, > suka berlagak jagoan, serta senang membolos sekolah. Lingkungan > tempat > permainan keduanya memang buruk. Setelah ayah Thompson meninggalkan > ibunya > dan enam saudaranya yang lain dan setelah rumahnya terbakar habis, > mereka > pindah ke rumah penampungan, di mana Robert Thompson kian jahat > perangainya. > Dia mempecundangi adiknya sendiri, membangun reputasi sebagai pelajar > yang > malas, suka memanipulasi dan secara alamiah liar. Para tetangganya > mengatakan Thompson suka menjerat burung-burung dan memenggal kepala > unggas > tangkapannya itu. Ibunya kehilangan kendali dan akhirnya semua > anaknya > terjerumus ke jurang kegelapan. > > Jon Venables dikenal di sekolah sebagai bocah yang suka mengganggu > dan > mengacau. Dia suka memukul dari belakang, menggoyang kursi pelajar > lain, > membuat suara gaduh. Suka melukai diri sendiri dengan gunting, > melukai > teman-temannya dan gurunya dipecundangi. Orang tuanya pun pasrah. > Thompson > dan Venables memang rekan sekelas yang sehobi. Hari-hari ini pun, > rakyat > Inggris dihadapkan pada arus kemungkinan munculnya kejahatan > anak-anak > lainnya, yang muncul dari keluarga yang retak dan cerai. Juga > kekerasan yang > banyak tersaji dalam permainan video atau film video yang disebutkan > hakim > sebagai salah satu factor penyebabnya, mulai banyak disorot publik. > > > "L'amour n'est pas parce que mais malgre" > > Sumber : TRUE STORY > > > > ----------------------------------------------------------------- --------------- > --------------------------------------------------------------- ------ > >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]