jadi keinget waktu kecil lomba2an ma adik2 siapa yg paling berat hukumannya
dari nyokap...bokap ga pernah marah...
sering juga gangguin nyokap tidur biar marah n menghukum kita2...

-----Original Message-----
From: Santi Saraswati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, December 20, 2006 10:26 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Pojok Nakal


POJOK NAKAL
~ Achi TM ~

Selalu ada ruang pujian bagi diri kita
namun kadang tak tersedia ruang untuk segala kesalahan kita

Manusia dewasa seringkali berkilah bila terbukti bersalah. Dengan ilmunya 
yang sudah setinggi gunung, mereka bisa menyusun seribu satu alasan agar 
tidak menjadi 'terdakwa' bahkan kalau perlu mereka mencari seseorang yang 
bisa menjadi kambing hitam. Hal itu tidak hanya dilakukan oleh seorang 
pemilik perusahaan bonafit saja, namun tukang becak pun bisa saja 
memutarbalikkan kesalahan pada orang lain.

Walaupun tidak semua manusia dewasa bersikap seperti itu. Hanya sedikit saja

kasus yang bisa membuktikan kalau orang dewasa lebih mudah meminta maaf 
ketimbang anak kecil. Karena dengan bertambahnya umur maka bertambah pula 
rasa gengsi sebagai seorang manusia yang dewasa dan sukses. Bagi mereka tak 
ada ruang untuk kesalahan dan tak boleh ada cela untuk sebuah kekhilafan.

Ada sebuah materi menarik ketika saya menonton talk show Oprah Winfrey di 
televisi, pada suatu pagi di saat saya sedang suntuk dengan kelakuan adik 
bungsu saya yang masih berusia 3 tahun. Dalam talk show tersebut, Oprah 
menghadiran seorang bintang tamu yaitu Super Nanny, dia adalah pengasuh anak

paling laris di Amerika. Konon katanya sudah ratusan kali Nanny berhasil 
menghadapi tingkah laku anak - anak yang 'nyeleneh' dalam arti hiperaktif, 
kasar, nakal dan susah diatur. Nanny hanya mengajarkan satu hal pada 
anak-anak itu,  yaitu  : Minta maaf dan mengakui kesalahan serta berjanji 
tidak akan mengulanginya kembali.

Super Nanny tidak menggunakan kekerasan fisik, yang sering kita temui pada 
masyarakat umumnya, dalam mendidik anak-anak  'nakal' itu. Tapi dia 
menggunakan metode, 'tempat nakal'.

Tempat Nakal bisa berupa karpet nakal, bangku nakal, atau kolong nakal. Di 
sekitar tempat nakal itu tidak dibangun 'benteng' berupa apapun. Jadi 
sebenarnya anak-anak itu bisa saja kabur namun mereka tidak bisa pergi 
karena Nanny mengawasi gerak-gerik mereka.  Anak-anak yang bertingkah  
kelewat batas  akan dimasukkan dalam tempat nakal itu. Mereka tidak boleh 
dipukul, tidak boleh dimaki kasar apalagi dibentak-bentak. Yang Nanny 
lakukan hanya meletakkan mereka di tempat nakal itu dan diam!

Nanny tidak menghiraukan bila anak -anak itu menangis meraung, 
memukul-mukulnya bahkan berkata kasar padanya. Nanny hanya berkata, "kamu 
harus diam di sini sampai kamu sadar apa kesalahan kamu." setelah itu Nanny 
pergi. Dia akan kembali menghampiri anak-anak itu bila mereka berhenti 
menangis. Dia akan mengeluarkan mereka dari tempat nakal bila sudah meminta 
maaf pada orang yang telah mereka jahati.

Setelah itu, Nanny akan memeluk mereka, mengelus punggung mereka penuh kasih

sayang lalu memuji tindakan mereka yang mau meminta maaf. Setelah situasi 
sudah sedikit membaik, Nanny mulai memberikan pengertian apa kesalahan yang 
telah mereka perbuat.

Aku mencoba untuk menerapkannya pada adik bungsuku yang memang sudah mulai 
terlihat bandel. Aku meletakkannya ke pojok nakal yang ada di dalam kamar 
mamaku. Aku melakukan itu karena ia memukul wajah mama dengan sangat keras 
ketika tidak dibelikan mobil-mobilan. Saat aku meletakkan dia di pojok 
nakal, ia memukulku, aku mencoba diam, meniru sikap Nanny. Adikku berontak, 
ia berlari keluar kamar dan aku menariknya kembali ke pojok nakal. Sampai 
empat kali seperti itu dan adikku capek sendiri.

Dia bilang aku jahat! Dia menangis sedih, sebenarnya hatiku pilu mendengar 
itu semua. Tapi aku tetap pada pendirianku. Setelah adikku diam dari tangis,

aku menghampirinya dan berspekulasi, "apa Ucha tahu apa kesalahan Ucha? Ucha

tahu kenapa Ucha masuk ke pojok nakal?" tanyaku dengan keyakinan kalau anak 
umur 3 tahun sudah paham apa yang kita katakan.
Dan adikku menggeleng. Perlahan aku menjelaskan kesalahan yang ia perbuat, 
aku lakukan berulang-ulang sampai aku bilang, "Ucha ngerti kalau Ucha 
salah?"
Ia mengangguk. Aku melanjutkan kalimatku, "kalau begitu, Ucha harus minta 
maaf, ya, sama mama."
"Iya... mama... maafin Ucha, ya," ujar adikku masih dengan isak tangis.
Mamaku sedang ada di ruang tamu. Aku memeluk adikku erat dan membimbing dia 
keluar dari pojok nakal. Aku menggendongnya dan membawanya ke hadapan mama. 
Saat melihat mama, adikku langsung memeluk mama dan berpindah tempat 
gendongan. Ia tidak menangis meraung lagi, hanya air matanya saja masih 
menitik.
"Ayo Ucha, minta maaf lagi di depan mama," ulangku.
"Ma... ma... Uchanya minta maaf..." ujar adikku yang membuat gemas.
Aku dan mama menciumi pipinya. Diam-diam aku salut juga dengan caranya Nanny

mendidik anak nakal. Terbukti setelah beberapa kali aku memasukkan adikku ke

pojok nakal, adikku jadi lebih mudah diatur dan bisa dinasehati dengan baik.

Ia tidak perlu dibentak lagi. Secara tidak langsung sikap ini bisa 
menimbulkan jiwa lembut pada anak serta mengajarkan anak untuk terus 
instropeksi diri.

Yang lebih hebat lagi, adikku sama sekali tidak takut kalau dia duduk 
sendirian di pojok ruangan manapun kecuali bila aku bilang, "itu adalah 
pojok nakal. Tempat anak nakal berada."
Sejak saat itu aku selalu memberikan ia pilihan ketika ia susah sekali 
disuruh makan sayur, "mau menjadi anak baik atau anak nakal? Kalau anak baik

harus rajin makan sayur. Ucha anak baik atau anak nakal?"
Dan adikku selalu menjawab, "Ucha anak baik!"

Malam ini kulihat Ucha tidur terlelap setelah aku mendongenginya sebuah 
kisah tentang Pangeran Ucha, ya, namanya sendiri. Aku ingin ia bangga pada 
dirinya namun ia juga sadar pada kelemahan dan kesalahannya.

Mataku terpejam. Tersersit tanya yang mengiris hati. "Apakah aku sudah 
seperti Ucha? Yang mampu mengakui kesalahanku sendiri? Yang berdiam diri di 
pojok nakal untuk instropeksi?

Nampaknya aku juga butuh duduk sendirian di pojok nakal dan kita semua 
sebagai manusia dewasa memang butuh sesekali untuk duduk di pojok nakal. 
Menemukan kesalahan kita dan segeralah meminta maaf. Jadi teringat sebuah 
syair sebelum aku terlelap malam ini.

Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan
hanya yang berjiwa pemberani yang mau mengakui...
Betapa bahagianya punya banyak teman betapa indahnya
Betapa bahagianya bisa saling menyayangi....*

By : Achi TM (getoh)
* mengutip lagu Sherina

_________________________________________________________________
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/


--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke