Saya setuju dengan Mbak Renny. Saya tidak pernah bisa mentleransi PRT or Suster yang berpenyakit yang menular termasuk TBC. dengan alasan yang kurang lebih sama dengan mbak Renny. Dan saya juga selalu cek dulu dia punya penyakit TBC or pernah sakit parah apa gitu sebelum saya rekurit PRT or Suster.
Memang sih kita butuh PRT or Suster, tapi anak lebih utama, kaalu ada apa2 dengan anak, perasaan kita juga tidak tenang. better, ganti aja mbak, dengan alasan kesehatan. apalagi TBC menular dan anak mbak aja tertular.. duh kasihan si kecil. maaf ya mbak kalau kurang membantu. On 1/4/07, Renny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Sorry mbak, kalo saya termasuk yg tidak dapat mentoleransi penyakit TBC ini. Apalagi pengasuh anak ya... Anak lebih berharga dari segalanya. Dan kesehatan itu tidak dapat dibeli oleh apapun. Apa mbak mau mengorbankan keluarga hanya demi seorang PRT ?. PRT bisa dicari lagi koq, tapi kalo anak yg sakit, apa gak kasihan?. Masa depannya masih jauh ke depan. Saya bisa bilang begitu karena dahulu saya kecil, saya tinggal di keluarga besar papa. Bersama orang tua, oma, opa, adik papa & kakak papa. Kakak papa terkena TBC parah sampai2 batuk darah karena gaya hidupnya dia sendiri yg tdk bisa berhenti merokok & suka bergadang. Oleh krn itu mama memutuskan pindah supaya kami anak2nya tidak tertular. Bbrp tahun kemudian, saat saya datang bermain, melihat dgn mata kepala sendiri, adik papa batuk darah padahal adik papa itu sangat menjaga kesehatannya, tidak merokok, tidak bergadang... Dan parahnya stlh cek up ternyata oma jg sudah tertular jg. Duh, sedih hati ini sebegitu parahnya penularan itu terjadi padahal kakak papa sudah berobat ke dokter spesialis paru bertahun2. Peralatan makan si penderita saja harus di steril dulu. Apalagi ini hidup satu rumah, penularan bisa terjadi lewat udara. Terakhir saat saya menerima kabar kakak papa saya itu meninggal krn batuk darah ketika tidur dan darahnya masuk hidung shg beliau tdk dpt bernafas dan dalam perjalanan ke rmh sakit beliau menghembuskan nafas terakhir. Hmm, jgn sampai kejadian dulu deh baru menyesal... Kalo mbak berniat baik membiayai pengobatan PRT nya sih boleh saja. Tapi untuk mempekerjakannya lagi sebaiknya tidak ya. Apa mbak yakin, saat dia pulang, di keluarganya ternyata ada yg mengidap TBC jg, dan dia tertular lagi.. Lalu pas balik ke rmh mbak, eh dia bw penyakit lagi, gimana?? Sorry ya kalo kurang membantu. Renny (mama Kevin) Dewi Tembaga wrote: >Dear Parents, > >Pada tanggal 31 Desember 2006 kemarin, tiba2 pembantuku muntah/batuk keluar darah yang agak banyak (kental) padahal selama ini tidak ada tanda2 sakit atau sedang batuk, siangnya aku bawa ke UGD, sama dokter jaga di UGD disuruh tes darah dan rontgen thorax, dari hasil pemeriksaan diketahui kalo pembantuku positiv terkena TBC, sama dokter di RS disuruh ke Puskesmas untuk menerima pengobatan selama 6 bulan, Kemarin pembantuku sudah ke Puskesmas, setelah dilihat hasil rontgen, disuruh tes dahak, (tapi sayang dahaknya ternyata tidak bisa keluar) hari ini dia kembali ke Puskesmas untuk bawa dahak. Karena mengetahui pembantuku positive TBC, aku bawa anakku ke dokter u.periksa (karena pembantuku sudah 1 tahun 3 bulan ngasuh anakku). Setelah dirontgen dan diperiksa oleh dokter anak, anakku katanya ada flek di paru2nya, dengan diagnosa "interstitiel infltratrate ringan di perihiler paru kanan, paru kiri tampak bersih, corakan bronchofaskuler kanan ramai, hilus kanan agak padat, mediastinum tidak melebar, sinus dan diagfragma baik, tdk tampak pleuralefussion, iga-iga kesan intact, kesan: Broncopneumoni ringan kanan, suspect proses spesifik (lab?), COR dalam batas normal" kemudian dikasih obat u.2 minggu (katanya hrs menjalani pengobatan TBC selama 6 bulan), salah satu isi obatnya ada rimpaficin (kalo gak salah tulis), O iya anakku umurnya 3 tahun setengah. > >Yang saya mau tanyakan: >- apakah pembantu saya harus diberhentikan? (mengingat kerjanya sangat bagus) selain itu kayanya dulu saya pernah baca.. (kalo penderita TBC sudah minum obat selama 2 minggu, maka bakterinya sudah tidak menular) jadi kalo memang benar seperti itu, pembantuku mau saya titipkan di rumah bibinya dulu selama 2 minggu, baru setelah 2 minggu, kembali ke rumah saya. >- apakah obat untuk anak saya harus diberikan? > >Maaf kalau sharingnya agak panjang, soalnya saya lagi bingung sekali, terima kasih untuk perhatian dan bantuannya. > >regards, > >dewi > > -------------------------------------------------------------- Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
-- Yesi URL: http://belle-sara.blogs.friendster.com/my_blog/