Spekulasi Titik Akhir Keberadaan KI-574

Pencarian Adam Air diperpanjang tanpa batas waktu. Konsentrasi di laut sembari 
tetap memantau daratan Sulawesi. Hingga Rabu kemarin, atau memasuki hari ke-10 
hilangnya Boeing 737-400 bernomor lambung PKKW itu, proses pencarian belum juga 
menemukan titik terang. Sempat terselip harapan ketika awal pekan ini beredar 
informasi bahwa seorang nelayan bernama Baharuddin, warga Salo Pompom, 
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, mengaku melihat sebuah 
benda besar meluncur dari ketinggian ratusan meter.

Pada 1 Januari 2006 pukul 14.00 WITA, di tengah cuaca buruk dan berkabut, 
Baharuddin yang saat itu berada di koordinat 02.32.02 LS-118.54.45 BT 
mengatakan bahwa benda besar yang ia yakini sebagai pesawat itu terbang kian 
rendah menuju arah Bandara Tampapadang, Kalukku. Dan diperkirakan setelah dua 
menit berselang, "Terdengar suara seperti ledakan besar," kata Baharuddin.

Cerita Baharuddin mendapat perhatian pihak Lantamal IV Makassar. KRI Fatahillah 
segera dikirim menuju seputar perairan Mamuju. Singkat cerita, KRI bernomor 
lambung 361 yang dilengkapi teknologi sonar (sound and range) yang dapat 
mendeteksi metal menggunakan sensor gelombang suara itu menemukan tiga titik 
logam di perairan Mamuju.

Amerika Serikat memiliki kepentingan menurunkan bantuan. Setidaknya, tiga warga 
Amerika --Stephanie Jackson, Lindsay Jackson, dan Scott Jackson-- tercatat 
sebagai penumpang Adam Air yang hilang itu.

Paket bantuan Amerika itu melengkapi bantuan pencarian dari Singapura, yang 
mengirim dua unit Fokker-50 pada pertengahan pekan lalu. Kedatangan pesawat 
pengintai yang, antara lain, dilengkapi instrumen inframerah untuk memindai 
panas (yang terpancar dari permukaan tanah) itu dilengkapi 27 kru. Mereka semua 
anggota Singapore Air Force (Angkatan Udara Singapura).

Menyusul kemudian pesawat bantuan Kanada jenis Beechcraft King Air BE20, yang 
bisa terbang di ketinggian 22.000 kaki dan dilengkapi radar detektor metal 
dalam melakukan pemetaan daratan. Rencananya, pesawat yang sempat diperbantukan 
di Aceh pasca-tsunami ini akan diprioritaskan menjelajahi daratan Sulawesi 
Selatan dan Sulawesi Barat.

Setelah upaya menelusuri tangkapan pihak Singapura atas pancaran ELT (emergency 
locater transmitter) atau ELBA (emergency locater beacon aircraft) --yang 
diasumsikan sebagai milik Adam Air KI-574-- tempo hari tidak membuahkan hasil, 
upaya menemukan Adam Air menjadi lebih sulit dan kompleks. Pakar 
telekomunikasi, Roy Suryo, melontarkan gagasan untuk meminta bantuan satelit 
IFF (identifying friend or foe) bernama Key-Hole milik National Security 
Agency, Amerika Serikat. "Satelit ini bertugas memonitor semua benda bergerak, 
termasuk pesawat maupun kapal," kata Roy.

Masalahnya, tidak mudah meminta pemakaian Key-Hole. Butuh strategi tepat untuk 
meminta data dan penelusuran Key-Hole 11 --dalam istilah militer dikenal dengan 
nama Crystal-- yang dapat meng-cover wilayah Indonesia. Selain menempuh 
prosedur resmi G to G antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat, juga 
harus tersedia data teknis yang akurat menyangkut keberadaan Adam Air sejak 
take off dari Bandara Juanda sampai titik menghilangnya.

Dengan begitu, identifikasi atas pergerakan KI-574 akan diperoleh secara 
spesifik oleh Key-Hole. Dari situ bakal terlihat titik di mana Adam Air yang 
apes itu jatuh. "Selain grafik, informasi yang diberikan Key-Hole juga berupa 
citra dengan resolusi rendah," ujar Roy.

Kepala Dinas Penerangan TNI-AU, Daryatmo, pun ragu. Sebab urusan penggunaan 
Key-Hole dianggap tidak semudah yang dibayangkan. Sebab ini terkait dengan 
keamanan negara.

Bambang Sulistiyo, dan Anthony (Makassar)
[Laporan Utama, Gatra Nomor 9 Beredar Kamis, 11 Januari 2007] 

http://www.gatra.com/artikel.php?id=101148

Kirim email ke