Dear all,

We cordially invite you to come and see SEKOLAH GLOBAL JAYA in action. It's OPEN DAY on 27th January 2007 at 8am - 2pm, located at Bintaro Jaya, Sektor IX, Jl. Raya Jombang Pondok Aren, Tangerang. Phone: 021-7457562. Don't miss it.



From: [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
To: "Balita anda" <balita-anda@balita-anda.com>
Subject: [balita-anda] [MLDI] Artikel Tifus oleh : Prof. Dr. Iwan Darmansjah, SpFK
Date: Thu, 25 Jan 2007 09:15:49 +0700

Artikel dari milis tetangga, semoga bermanfaat.


   Widal Positif Belum Tentu Tifus

   Prof.Dr. Iwan Darmansjah, SpFK

   Bila musim sedang berganti di Indonesia, terutama di kota-kota besar,
   sering ditemukan penyakit tifus yang merupakan penyakit usus halus.
   Penyebabnya beberapa tipe kuman Salmonella typhi.

   Kuman tifus terutama dibawa oleh air dan makanan yang tercemar, karena
   sumber air minum di Jakarta, umpamanya, kurang memenuhi syarat.
   Sayuran dapat saja dicuci dengan air kali yang juga dipakai untuk
   penampungan limbah. Kakus pun berakhir di got atau kali. Padahal kuman
   tifus berasal dari kotoran manusia yang sedang sakit tifus. Karena
   kota-kota besar merupakan kakus terbuka raksasa, maka kuman tifus pun
   berada dalam banyak minuman dan makanan yang lolos oleh proses
   memasak.

   Keadaan itu menyebabkan kenyataan : mungkin tidak ada orang di Jakarta
   yang tidak pernah menelan kuman tifus ! Bila hanya sedikit kuman yang
   terminum, biasanya orang tidak terkena tifus. Namun, kuman yang
   sedikit demi sedikit masuk ke tubuh menimbulkan suatu reaksi imun yang
   dapat dipantau dari darah; dikenal dengan reaksi Widal yang positif.

   Seseorang di Indonesia yang mempunyai reaksi Widal positif, belum
   berarti sakit tifus. Tapi bila reaksi Widal positif ini terjadi
   seumpama di Swiss, dan orang itu tidak pernah makan di pinggir jalan
   Jakarta serta tidak pernah diberi vaksin tifus, maka kemungkinan ia
   benar menderita tifus. Di negara maju sistem pembuangan limbah
   disalurkan melalui pipa-pipa tertutup sehingga tidak bercampur dengan
   kotoran manusia.

   Dewasa ini pemeriksaan Widal di laboratorium umum dilakukan begitu
   terdapat demam 1-3 hari. Bila reaksi Widal ditemukan positif, orang
   menjadi gelisah. Kadang-kadang ia makan obat antibiotik sendiri atau
   memperlihatkan hasil laboratorium itu kepada dokter. Sering terjadi,
   dokter langsung memberikan obat tifus kepadanya.

   Widal, seperti semua hasil laboratorium, harus diinterpretasikan
   dengan bijak. Tanda-tanda klinis penderita harus lebih diutamakan
   daripada reaksi Widal yang positif. Mengapa ? Karena hampir semua
   orang di Indonesia mempunyai reaksi Widal positif tanpa sakit tifus.
   Penderita tifus mulai demam rendah (subfebril) malam hari, hilang
   esoknya, terulang lagi malamnya, menjadi makin hari makin tinggi.
   Mulainya malam saja, kemudian siang juga. Tifus tidak pernah mulai
   dengan demam tinggi pada hari pertama sampai ketiga. Bila demam terus
   berlanjut dan pada hari ke 5 - 6 menjadi lebih tinggi, maka barulah
   tiba waktunya untuk memeriksa Widal dan melakukan pembiakan kuman dari
   darah. Hasil pembiakan kuman tifus yang positif merupakan bukti pasti
   adanya tifus. Sayangnya, hasil kultur kuman ini baru diketahui sesudah
   satu minggu (diluar negeri dalam 2 - 3 hari, dan ini merupakan
   tantangan untuk laboratorium kita).

   Angka reaksi Widal sendiri tidak ada artinya, karena naiknya suhu yang
   khas, perlahan, sampai tercapai suhu tinggi sesudah 5 - 6 hari
   merupakan simtom yang lebih penting untuk menduga adanya tifus. Demam
   tinggi yang terjadi sampai 4 - 5 hari, tanpa tanda-tanda infeksi kuman
   yang jelas, lebih dari 90% kemungkinannya ialah infeksi oleh virus,
   yang tidak perlu diberi antibiotika.

   Berbeda dengan diet zaman dulu, kini tifus tidak memerlukan diet bubur
   yang ketat; nasi agak lembek sudah cukup. Daging, telur, ikan, ayam,
   tahu, tempe, sedikit sayur, dan buah boleh saja. Namun, yang pedas dan
   keras seperti kacang sebaiknya dihindarkan. Yang lebih penting ialah
   istirahat (tidur terlentang) sepanjang hari, sampai panas turun selama
   beberapa hari.

   Bila dirawat di rumah ia masih diperbolehkan berdiri dan jalan
   perlahan hanya satu kali sehari untuk buang hajat. Kencing dilakukan
   di tempat tidur saja. Suhu perlu dicatat empat kali sehari untuk
   ditunjukkan pada dokter yang merawat. Namun, penderita dilarang pergi
   ke tempat praktek dokter. Banyak pergerakan menyebabkan suhu naik
   lagi, karena kuman terlepas dari tempat perkembangannya di usus masuk
   ke dalam darah. Pergerakan banyak juga menimbulkan risiko usus pecah
   pada minggu ke 3 - 4. Dengan perawatan ini dan obat antitifus yang
   khusus, demam baru akan turun dalam 4 - 8 hari. Bila panas sudah turun
   dalam 1 - 2 hari setelah pengobatan, kemungkinan bukan tifus yang
   diderita.

   Sekali Lagi Mengenai Test Widal Utk Tifus

   Seorang wanita, 13 thn, yang bertubuh besar dan biasanya sehat, datang
   dengan demam 6 hari. Demam tidak terlalu tinggi dan datang hilang
   selama 5 hari dan terukur 39.5° C di kamar praktek. Pasien diantar
   ayahnya, membawa hasil laboratorium (inisiatif sendiri), termasuk
   nilai titer Widal (antara 0 dan 1/160) yang semuanya normal. Ia
   mengeluh sakit kepala dan mual sebagai keluhan utama, serta berak
   encer 1 kali. Wajahnya menunjukkan ia menderita ringan saja. Saya beri
   surat periksa labor untuk tes urine lengkap dan kultur darah, yang
   hasilnya baru akan diperoleh beberapa hari lagi. Dengan diagnosis
   klinis tifus saya beri siprofloksasin dengan pesan tidak boleh jalan
   dan istirahat tidur di rumah. Tanggal 14 Des demam naik 40.1°C dan
   karena ayah panik, pasien dirawat di RS PI, dimana ia diberi infus
   cefotaxime. Tgl 16 Des saya menerima SMS , menyatakan hasil kultur
   darah tifus positif.

   Apakah Tes Widal harus dilakukan pada semua pasien demam?

   Sejak beberapa tahun terakhir pemeriksaan tes Widal menjadi rutin men-
   screen penderita demam untuk penyakit tifus. Kebiasaan ini hanya
   terjadi di Indonesia. Entah asal mulanya dari mana sulit dilacak,
   karena hampir semua dokter spesialis dan umum melakukannya secara
   salah kaprah kolektif. Hal ini begitu menyolok, sehingga pasien
   sendiri meminta labor melakukannya bila demam. Pengelola labor-pun
   secara tidak etis menawarkan test ini kepada setiap pasien yang lagi
   demam. Pada hal, semua dokter harus tahu bahwa nilai titer Widal tidak
   bisa dipakai untuk mendiagnosis tifus. Semua buku kedokteran juga
   tidak ada yang akan membenarkannya. Sehingga tujuan komersial oleh
   para pelaku tidak bisa disingkirkan.

   Reaksi Widal merupakan test imunitas yang ditimbulkan oleh kuman
   Salmonella typhi / paratyphi, yaitu kuman yang terdapat di minuman dan
   makanan kita yang terkontaminasi dengan tinja orang yang sakit tifus.
   Jakarta dan Indonesia merupakan reservoir raksaksa kuman salmonella
   dan lainnya. Semua manusia di Indonesia pasti pernah kemasukan kuman
   salmonella melalui food-chain ini. Bila kebetulan jumlah kuman yang
   tertelan cukup besar mungkin akan timbul penyakit tifus yang terutama
   ditandai oleh demam berkepanjangan sebagai ciri khas. Namun tidak
   semua demam adalah tifus. Tifus perlu dicurigai bila demam berlanjut
   sedikitnya 6-7 hari. Juga demam tifus pada hari2 permulaan hanya
   ringan, tidak konstan, naik-turun, dan hanya setelah 5-7 hari akan
   tinggi menetap, disertai badan pegal dan sakit kepala, serta kadang2
   mual dan diare ringan. Diagnosis tifus bisa dicurigai setelah demam
   sekitar seminggu ditambah gejala2 diatas. Secara statistik juga demam
   tanpa adanya gejala positif yang mengarah ke penyakit lain,
   kemungkinan tifus adalah yang paling besar di Jakarta. Hal ini juga
   ditopang oleh musim kemarau dan banjir yang membawa kuman salmonella.

   Pemeriksaan labor untuk konfirmasi kecurigaan tadi ialah kultur darah,
   dilakukan sewaktu ada demam tinggi yang merupakan pertanda bahwa kuman
   sedang menyebar dalam darah (sehingga lebih mudah dikultur). Kultur
   tidak bia dilakukan pada hari2 permulaan demam karena cenderung masih
   negatif. Kita harus menunggu hingga demam sudah tinggi dan konstan.
   Sayangnya hasil kultur untuk kepastian diagnosanya baru diperoleh
   setelah 4-6 hari. Namun pengobatan sudah bisa dilakukan atas dasar
   penilaian klinis, sambil menunggu hasil kultur.
   Test Widal tidak bisa dipercayai karena terlalu banyak test yang false
   positif maupun false negative.

   Test Widal hanya akan berguna untuk follow-up, terutama jaman dulu
   waktu mana belum ada antibiotika dan tifus bisa berlangsung 1 bulan
   atau lebih. Ia berguna untuk melihat apakah titernya naik selama
   penyakit tersebut. Inipun tidak berguna lagi karena obat antibiotik
   yang ampuh sudah tersedia dan akan menyembuhkan tifus dalam 7-10 hari,
   sehingga tidak perlu follow-up. Tingginya titer juga sangat individual
   dan tergantung kemampuan tubuh kita membuat antibody. Misalnya, saya
   mempunyai seorang pasien laki, muda yang selama lebih dari 6 bulan
   (tanpa demam) diberi antibiotika berganti2 oleh dokternya hanya karena
   titer Widalnya sangat tinggi (sekitar 1/8000) dan tidak mau turun.
   Tentu hal ini mubazir.

   Sekarang musim hujan lagi dan frekuensi tifus akan naik di Jakarta.
   Bawalah tulisan ini dan berilah ke dokter anda bila anda disuruh
   periksa Widal.
   Be a `smart patient'!

   Makna Nilai Laboratorium

   Dengan adanya teknologi canggih, maka banyak orang mengira bahwa
   dengan memeriksakan diri di suatu laboratorium dapat menentukan
   penyakit yang dideritanya, misalnya bila terjadi demam. Asumsi ini
   tidak benar. Ilmu kedokteran mendiagnosa penyakit terutama dengan cara
   klinis, dan laboratorium merupakan pelengkap. Sering hasil
   laboratorium disertai dengan nilai-nilai normal disebelah nilai yang
   ditemukan, sehingga sangat sugestif bahwa bila nilai yang ditemukan
   itu di luar batas-batas normal, maka hal itu berarti "abnormal", dan
   abnormal diartikan "sakit". Hal ini TIDAK BENAR.

   Sebelum kita menarik kesimpulan seperti di atas perlu difahami
   beberapa hal:
   1. Nilai laboratorium "normal" ditentukan oleh himpunan data nilai lab
   yang banyak sekali dari orang-orang yang dianggap dalam
   kondisi "normal" sehingga diperoleh batasan yang dianggap "normal"
   secara statistik. Namun manusia sangat bervariasi sehingga perolehan
   nilai lab itu perlu diinterpretasi secara ilmiah. Misalnya suatu nilai
   darah, seperti laju endap darah dapat dipengaruhi oleh ada-tidaknya
   haid, dan caveat ini tidak disebut dalam laporannya. Walaupun suatu
   nilai yang tinggi, misalnya 100 mm/1jam, dapat dihubungkan dengan
   suatu proses di tubuh seperti adanya infeksi atau adanya tumor bila
   memang didukung oleh keadaan klinis. Kekecualian pun bisa terjadi,
   artinya "tidak ada penyakit".

   2. Ada nilai lab yang mempunyai batasan normal sempit, dan perolehan
   nilai dil luar batasan ini berarti pasti abnormal (sakit). Misalnya,
   tinggi-rendahnya hemoglobin (Hb) dapat memastikan adanya anemia
   ("kurang darah"), dan dapat ditentukan secara konsensus, dibawah nilai
   Hb berapa, diperlukan transfusi darah. Contoh lain, misalnya, nilai
   fungsi ginjal, kreatinin, mempunyai batasan normal yang sempit, dan di
   atas batasan ini menunjukkan semakin berkurangnya fungsi ginjal secara
   pasti. Terdapat hubungan jelas antara bertambahnya nilai kreatinin
   dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa
   perlu dilakukan tindakan cuci darah misalnya.

   3. Sebagian nilai lab mempunyai batasan lebar dan arti yang kadang-
   kadang tidak terlalu penting bila batasan "normal" dilampaui.
   Memperoleh nilai reaksi Widal positif untuk menandakan adanya antibody
   terhadap kuman tifus dalam tubuh kita merupakan suatu nilai lab yang
   sering dirisaukan oleh penderita bila ada demam. Dalam terbitan
   INTISARI bulan ???.telah dibahas mengenai arti suatu reaksi Widal yang
   positif, yang belum tentu berarti menderita tifus. Widal positif tanpa
   adanya demam khas selama kurang-lebih seminggu bukanlah tifus. Reaksi
   Widal positif hanya disebabkan oleh tercemarnya sumber air minum di
   kota-kota besar Indonesia oleh kuman Salmonella typhi dari penderita
   tifus.

   4. Nilai tinggi kolesterol dan asam urat dewasa ini juga merupakan
   momok untuk mereka yang suka makan enak dan banyak. Segala gejala yang
   dirasakan seperti pegal, linu, sakit kepala, sakit sendi,
   dikhawatirkan sebagai akibatnya. Sebagian besar hal ini tidak benar,
   dan kenaikan sedikit diatas "normal" tidak perlu dirisaukan; apalagi
   diharuskan makan obat. Biasanya dengan melakukan diet yang baik nilai-
   nilai ini sudah turun ke normal. Sebaliknya makan obat disertai makan
   banyak berlemak tentu merupakan tindakan tidak rasional.

   5. Pemeriksaan lab juga sering berlebihan; semua fungsi fisiologis
   diperiksakan tanpa adanya petunjuk klinis apa yang hendak diketahui.
   Pemeriksaan semacam ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang
   diharapkan dan menghamburkan biaya. Sebaiknya pemeriksaan lab perlu
   direncanakan dengan baik oleh dokter anda dan untuk menghemat biaya
   perlu dibatasi jenisnya. Hasil lab yang sering diperlihatkan kepada
   dokter anda setelah anda sendiri memintanya di laboratorium biasanya
   mengandung banyak kekurangan karena tidak dipilih menurut kebutuhan
   yang riel. Interpretasi hasilnya juga tidak dapat dilakukan sendiri
   tanpa pengetahuan lebih lanjut.

   Iwan Darmansjah
_______________________________________________




--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]


_________________________________________________________________
FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/


--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke