***********************
No virus was detected in the attachment no filename
No virus was detected in the attachment no filename

Your mail has been scanned by InterScan.
***********-***********


*buru2 diforward ke suami*

wahahahaha
tengs mbak artikelnya


  ----- Original Message -----
  From: Nor Janah
  To: 'balita-anda@balita-anda.com'
  Sent: Friday, January 26, 2007 2:34 PM
  Subject: [balita-anda] FW: OOT:[daarut-tauhiid]Bila istri cerewet.....


  Renungan bagus nih dari milis sebelah & buat bapak-bapak bila istrinya
  cerewet jangan langsung marah yaa...

  Mohon maaf bukan bermaksud sara & delete aja bagi yang tidak berkenan

  -----Original Message-----
  From: Ahmad Bustam
  Subject: [daarut-tauhiid] Bila istri cerewet.....


  Assalaamu'alaikum wr. wb.


  Renungan untuk suami-suami
  Bila Istri Cerewet

  Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah
  sekaliber Umar bin Khatabpun cerewet.

  Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin
  Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan
  istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
  Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya
  melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun
  terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan
  istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal
  melaporkan istrinya pada Umar.

  Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan,
  berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal
  di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?

  Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah
  BP4 tersebut?

  1. Benteng Penjaga Api Neraka

  Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya,
  niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh
  elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak,
  membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun
  demi terpuasnya satu hal; syahwat.

  Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki
  untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia
  mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak
  diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

  Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api,
  ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan
  indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan
  liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan
  raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu
  menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

  2. Pemelihara Rumah

  Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
  Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang
  tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli
  ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar
  harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia
  Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

  Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh
  cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa
  pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih
  telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada
  salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga
  harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

  3. Penjaga Penampilan

  Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian
  warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan
  bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap
  pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya,
  menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang
  tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya
  berkeluh kesah atas kecakapannya itu

  4. Pengasuh Anak-anak

  Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan
  istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan.
  Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar.
  Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah
  istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke
  depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas
  beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar
  akan hal itu.

  5. Penyedia Hidangan

  Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas
  di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan
  suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal
  terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi
  istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami
  memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak
  pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami
  tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan
  sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu
  menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang
  disuka dan dibenci suami.

  Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel.
  Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di
  pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara
  hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan
  untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia
  mendengarkan keluh kesah buah lelah.

  Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela
  dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah
  ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar
  pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

  Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak
  hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi
  keluarganya.

  WallahuAlam.





Kirim email ke