Musim penghujan ini, Anda perlu bersiap-siap lagi menghadapi serangan leptospirosis. Penyakit ini memang baru mulai banyak dibicarakan pada paska banjir tahun 2002, di mana dari 103 pasien yang didiagnosa menderita leptospirosis, 21 di antaranya (20%) meninggal dunia. Padahal, penyakit yang gejala awalnya mirip flu ini sudah muncul di berbagai penjuru Indonesia sejak abad ke-19. "Angka kematian yang cukup tinggi dua tahun yang lalu mungkin terjadi karena penderita datang berobat setelah terlambat," jelas dr. Thomas Suroso , MPH, Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (PPBB), Direktorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM-PL), Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bagaimana menyiasatinya?
Gejalanya tak spesifik Sekalipun bisa berakibat fatal, gejala-gejala leptospirosis seringkali luput dari pencatatan, karena tidak spesifik (lihat boks "Inilah Gejala yang Mungkin Timbul"). Dan, jika hanya melihat gejalanya saja, tak jarang penyakit ini diduga sebagai flu, malaria, atau demam berdarah. Paling-paling gejala yang 'agak spesifik' dan menjadi salah satu indikasi dari penyakit ini adalah nyeri otot di betis, punggung, dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot, karena meningkatnya kreatinin fosfokinase (sejenis racun pada ginjal ) . Pada keadaan seperti ini, biasanya penderita mengeluh sukar berjalan. Gejala leptospirosis itu sendiri bisa ringan, namun bisa juga berat. Gejala yang ringan, biasa disebut leptopsirosis anikterik atau tidak tampak kuning, mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyakarat. Sementara itu, gejala yang berat disebut leptospirosis ikterik atau tampak kuning ada sekitar 10 % dari kasus leptospirosis di masyarakat. Pada kasus leptospirosis ikterik, kondisi penderita sering bertambah berat dengan cepat, sehingga kemungkinan besar pasien akan mengalami gagal ginjal, kerusakan hati, atau meningitis (radang selaput otak). Kondisi ini disebut Weil's disease . Dengan melihat gejala pasien serta kewaspadaan untuk menduga leptospirosis saja, memang tak begitu saja bisa langsung menentukan bahwa pasien benar-benar menderita leptospirosis atau tidak. Untuk itu, dokter biasanya melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Mungkinkah si pasien cepat sembuh? "Umumnya, dengan obat-obatan antibiotika biasa, penderita bisa sembuh. Itu kalau cepat ditangani! Namun, pada kasus leptospirosis yang berat dan tidak diobati, biasanya akibatnya akan fatal," jelas dr. Thomas. Waspadai perantara penularannya Penularan leptospirosis memang bisa terjadi dalam berbagai cara. Bakteri leptospira dapat menginfeksi manusia melalui kontak dengan air, tanah, serta tanaman yang telah dikotori oleh air seni (urin) hewan penderita leptopsirosis (bisa hewan peliharaan semacam anjing, kucing, atau sapi, akan tetapi bisa juga hewan liar, seperti tikus). Makanya, jika Anda punya binatang peliharaan, Anda bisa mengantisipasi penyakit ini dengan mengamati kondisinya. Sulitnya, sekalipun sudah tertulari bakteri leptospira, umumnya anjing atau kucing tak memperlihatkan gejala sama sekali. Kalaupun ada, biasanya hanya tampak lemah dan matanya kekuning-kuningan. Jika ini yang terjadi, Anda perlu ekstra hati-hati. Sebab, leptospirosis dapat menyebabkan berbagai gangguan si hewan, seperti gagal ginjal, kebutaan, gangguan di saluran genital (alat kelamin), gangguan sistem saraf pusatnya, keguguran, dan kematian. "Namun, untuk mengetahuinya, seperti juga pada manusia, perlu pemeriksaan darah di laboratorium," kata dr. Thomas. Bagaimana caranya masuk ke tubuh manusia? Bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung atau kulit yang lecet, atau kadang-kadang melalui saluran pencernaan dari makanan yang terkontaminasi oleh urin tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bisa jadi, si kecil yang sedang bermain tanpa sengaja menyentuh cairan yang mengandung urin anjing, kucing atau tikus (yang mengandung bakteri leptospira), lalu menggosok-gosok matanya. Cara ini sudah cukup 'efektif' untuk membuatnya terinfeksi bakteri tersebut. "Penularan yang selama ini dapat ditelusuri memang dari urin binatang ke manusia. Kasus penularan dari manusia ke manusia tak pernah ada selama ini," tutur dr. Thomas. Yang perlu menjadi catatan adalah, pada awalnya, sekitar 15-20 tahun lalu, laporan mengenai penderita leptospirosis lebih banyak di daerah pertanian, pekerja tambang, rumah potong serta orang-orang yang sering berenang di sembarang tempat. "Tapi, kasus penderitanya kini bervariasi dan beralih ke penduduk biasa di kota. Misalnya, seorang pria di Semarang tertular leptospirosis gara-gara kena urin anjingnya ketika mencuci mobil di halaman rumahnya. Kok, bisa? Bisa jadi, waktu itu ada luka di kakinya. Akibatnya, urin anjingnya yang terbawa oleh air masuk lewat kakinya dan menularinya," tuturnya lagi. Bagaimana dengan penularan melalui kaleng minuman? Dari Kalimantan memang dinyatakan ada 6 penderita leptospirosis. Salah satu cara penularannya, diduga dari kaleng softdrink yang kebetulan terkena urin tikus ketika disimpan di gudang toko. "Penderita itu tampaknya ceroboh, sebab tidak membersihkan dulu permukaan kaleng minumannya ketika mau minum. Jadi, kebersihan diri dan lingkungan penting diperhatikan untuk mencegah penularan penyakit," sambungnya. Waspada banjir Menjaga kebersihan diri dan lingkungan rumah dari bakteri yang 'bandel' ini ternyata bisa kacau ketika banjir datang. Itu terlihat dari banyaknya korban di Jakarta tahun 2002. "Hal ini bisa dimengerti, karena ketika banjir, tikus-tikus tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya. Selain itu, urinnya yang mungkin mengandung bakteri leptospira terbawa air ke mana-mana," jelas dr. Thomas. Dari penelitian yang dilakukan oleh Direktorat PPBB, Ditjen PPM-PL Depkes tahun lalu, diperkirakan 50% tikus di Jakarta menderita leptospirosis dari berbagai jenis. Ini berarti, urin binatang got itu bisa menularkan bakteri leptospira pada siapa saja. Baik pada sesama tikus, binatang lain, maupun manusia! Terlebih lagi, bakteri dalam urin dari binatang yang sakit itu bisa bertahan dalam air selama sebulan (juga pada air jernih). Namun, jika berada pada air yang kadar keasamannya tinggi, bakteri akan mati. Jadi, bukan tak mungkin, jika air got sangat pekat, bakteri leptospira malah tak bertahan lama. Yang jelas, banjir yang dulunya diidentikkan dengan perumahan kumuh dan kotor, kini bisa saja menerpa perumahan mewah. Jika kebetulan rumah Anda kebanjiran, hal yang perlu diwaspadai adalah selalu menjaga kebersihan tubuh (terutama jika ada luka) dari air kotor yang diperkirakan membawa berbagai bakteri. Siapa tahu, anjing peliharaan Anda atau tikus di lingkungan Anda kebetulan 'membawa-bawa' bakteri penyakit tersebut! Sekalipun begitu, Anda tak perlu terlalu panik! Tidak semua anjing, kucing atau tikus pasti tertular leptospirosis. Sehingga, urinnya juga tak selalu mengandung bakteri leptospira yang beraneka jenis itu. Jika tubuh Anda cukup sehat, sekalipun terinfeksi, Anda akan cukup kebal untuk melawan penyakit yang ini. Tapi mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati. Inilah Gejala yang Mungkin Timbul * Demam * Menggigil * Sakit kepala * Muntah * Nyeri persendian * Konjungtivitis (radang selaput mata) * Rasa nyeri pada otot, terutama otot betis, paha dan punggung * Diare Perhatian! * Gejala leptospirosis dapat terjadi dalam 2 fase, yakni: * Setelah fase pertama yang ditandai dengan demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot muntah atau diare, pasien mungkin terlihat agak sembuh untuk sementara waktu. Tetapi, kemudian ia akan sakit lagi. * Pada fase kedua leptospirosis ikterik, kemungkinan gejalanya akan lebih berat lagi. * Masa inkubasi (dari terinfeksi sampai munculnya penyakit) leptospirosis biasanya berlangsung antara 2 hari sampai sekitar 4 minggu. Namun, rata-rata masa inkubasi adalah 10 hari setelah terinfeksi. * Penyakit ini bisa berlangsung selama 3 hari sampai 3 minggu, atau bahkan lebih lama lagi. * Jika tidak diobati, maka penyembuhan penyakit ini akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa saja berakibat fatal (kematian pada yang mengalami kerusakan ginjal). Trik-trik Pencegahan yang Jitu: * Sering-sering bersihkan lantai . Campur air untuk mengepel dengan cairan yang mengandung anti kuman (desinfektan). * Pakai boot jika melalui air banjir . Ini untuk mengurangi kemungkinan masuknya bakteri jika ada luka di kaki. * Bersihkan genangan air . Air yang menggenang dan terkena urin tikus bisa menyimpan bakteri leptospirosis. * Selalu mencuci tangan . Terutama, sehabis memegang sesuatu yang mungkin dikencingi tikus, anjing, atau kucing. * Jauhkan sampah . Sampah memang mengundang tikus, sehingga jangan taruh tempat sampah di dalam rumah. Atau, segera buang keluar sampah. * Sediakan jebakan tikus . Jika di rumah Anda diduga ada tikus, sediakan lem tikus, racun tikus, atau perangkap biasa. Paling tidak, hal ini mengurangi populasi tikus di dalam rumah. * Vaksinasi binatang peliharaan . Jika Anda punya anjing atau kucing, datang saja ke dokter hewan untuk divaksinasi leptospira. Sayangnya, vaksinasi ini hanya untuk 1 atau 2 jenis leptospira saja, sehingga tidak membuatnya kebal terhadap berbagai jenis leptospira yang ada (saat ini sudah ada 200-an jenis leptospira di dunia). * Selalu menutup makanan di meja . Menutup rapat-rapat makanan dengan tudung saji akan menghindari datangnya tikus. * Berenang di tempat bersih . Bakteri ini bisa bertahan selama sebulan di air, jadi pilihlah tempat berenang yang sekitarnya aman dari urin tikus. * Berkebun pakai sarung tangan . Ketika berkebun, tangan sering menyentuh tanah, batang pohon, dan sebagainya, yang mungkin saja masih mengandung bakteri leptospira dari urin anjing atau kucing Anda. -------------------------------------------------------------- Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]